Ditemani secangkir kopi sambil menatap rinai hujan dibalik jendela,
Aku terdiam cukup lama. Hening. Damai. Namun juga hampa.
Sudah sejauh ini kah aku berlari?
Dimanakah ini?
Mengapa terasa sangat melelahkan?
Kawan, mungkin saat ini kamu merasa bingung, hilang arah dan tujuan.
Namun, jika kita sederhanakan.
Bukankah meminum secangkir kopi panas tanpa merasa perih dilambung merupakan sebuah nikmat sehat yang tak ternilai harganya?
Bukankah melihat rinai hujan dibalik jendela adalah impian seorang tunanetra?
Tanpa kita sadari, kita selalu terbelenggu oleh nikmat orang lain sampai-sampai lupa untuk memaknai setiap momen yang terjadi dalam hidup kita.
Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau. Tapi lupa kah sudah berapa lama rumput kita sendiri kamu biarkan layu dan mengering?
Teruntuk temanku, kamu tidak tertinggal. Sangat tidak tertinggal. Sungguh. Ini hanya perihal waktu, proses dan takdir yang tidak bisa disamaratakan.
Sudah tertakar, dan takkan pernah tertukar.
Tetap semangat, ya!
Diary Senja, 07 Ags 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H