Mohon tunggu...
Fitri Restiana
Fitri Restiana Mohon Tunggu... -

penulis,ibu rumah tangga, anggota IIDN. Motto : Menulis itu bagaikan tarikan nafas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asah Bakat, Anak Bukanlah Objek

13 Maret 2015   09:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:44 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lazimnya, semua orangtua menginginkan yang terbaik dan akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan putra putrinya. Asupan gizi yang seimbang, pendidikan yang maksimal, merupakan beberapa syarat terbentuknya sikap dan kepribadian anak di kemudian hari. Banyak orangtua berharap anak akan sukses, tapi tidak mau terlibat aktif dalam proses pembentukan karakter anak di masa kecil. Faktor ekonomi, kesibukan dan lelah karena pekerjaan dan aktivitas adalah alasan orangtua tidak mau dan tidak mampu memberikan hak anaknya dengan baik.Dengan berbagai alasan ini pula banyak anak yang tidak tergali minat dan bakatnya.

Bakat adalah kemampuan yang melekat sejak lahir dan merupakan kemampuan dasar untuk belajar dalam tempo yang relatif pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Sedangkan minat adalah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya.

Bakat dan minat ini sejatinya sudah mulai terlihat saat anak sudah bisa diajak komunikasi dengan baik. Menurut Stefi Siera Ngangi, pendiri sanggar tari Stefies’s House of Creativitydan lembaga pendidikan Kiwikids Preschool & Kindergarten, bakat seorang anak harus difasilitasi sedini mungkin. Adapun caranya antara lain memasukkan anak ke dalam lembaga pedidikan yang sesuai dengan minat, bakat visi da misi orang tua.

Lembaga pendidikan yang berdiri sejak tahun 2004 ini mengedepankan bakat dan minat anak didik. Penggaliannya menggunakan metode pendekatan personal dan persuasif. Anak didik dilibatkan secara penuh dalam proses belajar mengajar. Ini akan memupuk rasa tanggung jawab atas pilihannya dan diharapkan anak akan berusaha keras mewujudkan mimpinya.

Namun hal ini tetap takakan terwujud jika tidak mendapat support dari orangtua. Sebesar apapun semangat orangtua mencetak anaknya, perlu diingat bahwa anak bukanlah ojek, mereka adalah subjek atas dii dan masa depannya. Kewajiban orangtua sebatas memfasilistasi dan mengarahkan. Jika postif, beri mereka dorongan, tapi jka mengarah pada sesuatu yang tidak baik, maka orangtua wajib memberi rambu secara ketat dan bijak.

www.fitrirestiana.web.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun