“Bu, ulang tahun Alan boleh undang teman teman nggak?”. Pertanyaan Zahran tentu membuat kami kaget. Kami tak pernah merayakan ulangtahun, khawatir akan menjadi tradisi. Umur berkurang kok malah dirayakan, begitu kata suamiku. Kami saling berpandangan. Ada keraguan di wajah suamiku, Kak Andi
“Tumben Zahran minta dirayakan. Memangnya Zahran mau apa?”. Kak Andi menyahut.
“Mmmh, Alan mau teman Alan datang, main dan makan sama sama. Alan kan sudah bisa makan sendiri nggak disuapin lagi. Alan juga mau bilang terimakasih karena temen Alan sering dorongin kursi roda Alan kalau Alan minta jalan-jalan”. Lugu Zahran menjawab pertanyaan Kak Andi dengan lancar.
Kami hanya tersenyum. Membayangkan Zahran yang baru seminggu bisa memegang sendok dan memasukkan makanan ke mulutnya dengan susah payah. Tiba tiba Kak Andi menganggukkan kepala dengan pasti.
“ Kalau begitu sekarang kita antar ibu kepasar. Beli ayam, sayur, buah, jajanan dan semua kebutuhan ulang tahun. Oke!”
“Asyik.. , nanti Zaki yang buat es buahnya ya bu”.
“Alan yang susun sendoknya…” Teriak Zahran senang disambut tarian si keriting Dinda.
“Tapi ada syaratnya ya…”
“Apa bu?”. Tanya Zaki dan Zahran berbarengan.
“Zahran harus rajin latihan menjalankan kursi roda, abang juga rajin bantu ibu. Setuju…?.
“Setuju….”. Derai tawa kami semua sambil bersiap untuk pergi kepasar.
Zahran sayang,