Mohon tunggu...
Fitri YullianiTaryana
Fitri YullianiTaryana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Matematika yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tahu Jalan Pulang

20 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 20 Februari 2023   11:33 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cinta tahu jalan pulang (Pexels.com/Pixabay)

Naha kunaon nu geulis loba nu bangor
Naha kunaon nu bangor loba nu geulis
Sigana mah ngarasa asa aing hade rupa
Bisa payu kasasaha tungtungna jadi cilaka

Lastri menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini, sesekali badannya meliuk-liuk seolah-olah sedang berperan sebagai seorang artis dangdut di acara hajatan. Kemoceng yang berada dalam genggaman tangan kanannya acapkali beralih fungsi menjadi sebuah mix. Ulalaaa... Lastri tea atuh...

"Las, konser wae atuh... Aya sendal capit nomer 10 teu...?" tanya ema Emah penjual lotek di belakang SD Padamaju
"Eh ema, aya... nu biru atanapi ungu?" Lastri balik bertanya
"Biru ah, ungu mah meni asa akur jeung hirup ema, jomlo" jawab ema Emah sambil bercanda, ema-ema satu ini memang lawak abis
"Beuh, wios atuh jomlo ge asal bahagia" jawab Lastri sambil fokus mencari ukuran sendal nomer 10 warna biru

"Ungu"
"Ieu ungu"
"Eta ungu oge" gumam Lastri

"Tah ieu ning aya, cobian heula ma" Lastri menyodorkan sepasang sendal permintaan ema Emah

"Cukup ah... turun Las?" tanya ema Emah sambil merogoh saku di celemek yang dikenakannya lalu menyerahkan selembar uang berwarna hijau kepada Lastri
"Turun ma... tinu mobil" gurau Lastri sembari memberikan uang kembalian
"Dasar... Hayu ah, jongko lotek bisi aya nu mangku" Nenek tua yang masih lincah itu bergegas keluar dari warung milik Lastri menuju ke lapak miliknya

Sulastri, putri bungsu Emih Atik dan Abah Jaka yang selalu ceria dan murah senyum. Dia memiliki tiga orang kakak laki-laki yang sudah berkeluarga dan semuanya tinggal di luar kota. Selisih usia Lastri dengan kakaknya yang nomer tiga sangat jauh, hampir 15 tahun. 

Menurut cerita abah, dulu Emih Atik tidak menyadari jika dirinya sedang hamil karena tidak mengalami mual mual apalagi muntah. Emih Atik mengira jika dia sudah tidak mendapat periode bulanan dikarenakan mulai memasuki masa menopause, mengingat usianya sudah 43 tahun. 

Akhirnya abah memaksa emih supaya periksa ke bidan, karena abah curiga dengan pola makan istrinya yang meningkat drastis, seperti tidak makan berhari-hari. Ternyata kecurigaan abah terbukti, ibu bidan mengatakan bahwa Emih Atik positif hamil 2 bulan. Tentu saja Emih Atik sangat terkejut hingga pingsan hampir satu jam. Dan anak yang tidak disangka-sangka itu adalah Lastri, seorang perempuan berwajah manis yang murah senyum.

Lastri hanya seorang lulusan SMK, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, bukan karena masalah biaya namun karena dia merasa kemampuan otakna berada dibawah garis standar. Akhirnya Lastri pun memilih meneruskan warung kelontongan milik ibunya saja mengingat usia Emih Atik yang sudah mulai sepuh, sudah sering mengeluh, pinggang encok lah, lutut sakit lah, mata rabun lah, belum lagi keluhan badan pegel-pegel yang hampir setiap hari Lastri dengar... Faktor U

"Neng, yeuh beresihan lauk, emih hayang goreng nila cenah, sing garing" abah menyodorkan jaring berisi tiga buah ikan berukuran sedang, rupanya abah mampir dulu ke kolam ikan setelah mengontrol keadaan sawah miliknya, untuk memenuhi keinginan sang ibunda ratu tercinta
"Muhun bah" Lastri membawa jaring ikan itu ke belakang sekalian meminta Emih Atik untuk menunggui warung sejenak. Yang dicari  rupanya sedang khusyu menonton ceramah dari ustad kesayangannya di handphone miliknya.

"Mih, nitip warung heula sakedap, neng bade ka dapur heula, ieu abah nyendak lauk jaer tilu, digoreng garing wae?" tanya Lastri pada ibunya
"Sambel jahe na kade hilap... Eh enya eta aya tempe pangirim jang Eman, goreng sakalian neng" Emih Atik menginstruksikan menu makan malam sesuai dengan keinginannya
"Bolehhhh... Apa sih yang engga buat emih mah" jawab Lastri sambil mengeloyor ke dapur

"Neng, emih mah karunya ka jang Eman, tarima wae atuh neng, watir" ucap Emih Atik setelah mereka bertiga selesai menyantap makan malam bersama
"Teu bogoh eneng mah mih" jawab Lastri sambil membereskan tumpukan koran langganan abah
"Rek neang nu kumaha atuh neng? bae we rada hideung saeutik mah, black sweet" ucap Emih Atik sambil tersenyum
"Waduh, emih gaul eung, apal black sweet sagala" goda Lastri sambil terkekeh geli
"Eh apan emih sok ngadangu barudak parawan nu keur jajan di warung, paribasa black sweet black sweet bari sing harihih" jawab Emih Atik sambil mencomot pisang goreng sisa tadi sore

"Jodokeun jeung Dadang anak juragan Amir wae atuh nya" abah ikut nimbrung dalam obrolan dua wanita beda generasi itu
"Eh ulah, budakna rada polontong eta mah, asa aing beunghar" protes Emih Atik, rupanya beliau tidak terlalu menyukai Dadang yang menurut penilaiannya agak sedikit sombong.

"Ah, eneng mah teu acan mikiran rumah tangga, untuk saat ini mah aya emih sareng abah ge eneng sudah bahagia" ucap Lastri sambil bergelayut manja di lengan ibunya
"Teu meunang kitu neng, emih jeung abah geus kolot, pasti maot, moal megar, dulur jauh, eneng didieu sorangan. Moal tenang abah mah ninggalkeun na ge" abah berkata sambil berkaca-kaca
"Udah ah, jadi melow kieu. Lastri ka kamar nya, teu acan solat isya, bisi tunduh manten" pamit Lastri, sengaja dia menghindar dari pembicaraan mengenai pernikahan

"Aa, sudah 7 tahun kita terpisah jarak yang sangat jauh"
"Apa kabar kamu disana?"
"Baik-baik sajakah?" ucap Lastri sambil menatap langit malam, seolah dia berharap jeritan hatinya akan disampaikan oleh angin pada sang kekasih yang nun jauh disana. Hingga saat ini dia masih bertahan dengan janjinya pada lelaki yang mengenalkannya pada arti cinta, lelaki yang memintanya untuk menunggu, lelaki yang meminta dirinya untuk setia. Lastri akan menunggu hingga lelaki itu pulang dengan membawa keberhasilan, seperti janjinya sewaktu di bandara dulu.

*

Satu bulan kemudian

Tok...tok...tok

"Neng, tos bobo" sayup terdengar suara Emih Atik dibalik pintu kamar Lastri
"Oh...Eh...naon mih?" Lastri yang baru saja memejamkan matanya pun terbangun, kesadarannya belum pulih sepenuhnya
"Ada tamu" emih memberitahu
"Tamu?" Lastri berbicara sendiri lalu melirik jam, pukul 8.30 malam, siapa yang bertamu malam-malam begini pikirnya.

Masih dengan perasaan bingung dan rasa ingin tahu yang tinggi, Lastri melangkahkan kakinya ke ruang tamu untuk melihat siapa gerangan yang bertamu disaat dirinya sudah hampir memasuki alam mimpi.

"A...a..." Lastri terbelalak dengan mulut menganga, seperti mimpi mendapati seseorang yang selama ini dia rindukan tengah duduk di kursi ruang tamu rumahnya
"Iya, aku pulang Las... maaf dateng malem malem, baru sampe langsung kesini" ucap Rahmat sambil tersenyum sedangkan Lastri masih terpaku di tempatnya.

"Kamu ga kangen aku?" Rahmat berdiri dan merentangkan kedua tangannya,
"Aaaaa..." setengah berlari Lastri menuju pelukan laki-laki itu, air mata bahagia mengalir di pipinya. Seandainya ini mimpi, Lastri memilih tidak mau terbangun dulu sampai benar-benar puas melepas kerinduan. Namun otaknya mengatakan bahwa semua nyata adanya, bukan mimpi ataupun ilusi.

Hari ini menjadi saksi, dua orang anak manusia yang pernah berikrar untuk saling setia akhirnya dipertemukan kembali. Cinta ternyata tahu jalan untuk pulang. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun