Mohon tunggu...
Fitri YullianiTaryana
Fitri YullianiTaryana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Matematika yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senandung Cinta Aqila

8 Februari 2023   08:47 Diperbarui: 8 Februari 2023   08:49 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Senandung Cinta Aqilla (Pexels.com/Samarth Singhai)

"Hmmm..."

Wah bahaya, tidak bisa dibiarkan, pikir ema... Puter otak, cari cara... Ayo... Ayo... Dan, ahaaaa...

"Neng, si Pompom leungit" ucap ema mulai memainkan drama
"Hah...?" mata yang tadinya terpejam sekarang terbuka sempurna
"Kopom kamana ma?" tanya Aqila panik sambil celingukan mencari sosok gembul berbulu putih kesayangannya
"Yes bangun..." sorak ema dalam hati

"Ini Pompom" ucap Rasyid yang baru memasuki rumah. Mendapati tunangannya masuk sembari menggendong Pompom membuat Aqila memutar bola matanya malas dan kembali ke mode rebahan

"Ma, ini Rasyid beli baso mang Nana. Bisa tolong pindahin ke mangkok ma, kayaknya Aqila ga mau, buat ema aja. Rasyid tunggu di belakang ya, kita makan berdua di gazebo" ucap Rasyid tanpa mempedulikan sang tuan putri yang tambah manyun mendengar ucapannya barusan.


"Otreh a" jawab ema centil, menggoda Aqila. Yang digoda tentu makin sebal dan memutuskan untuk pergi ke kamar sambil menghentakan kakinya. Rasyid hanya melirik kelakuan kekasihnya itu dengan sudut matanya, dia menggeleng pelan seraya menghela nafas dalam. Sudah mau kuliah tapi kelakuan masih mirip anak SD.

*

5 tahun berlalu

Seorang perempuan cantik yang masih mengenakan kebaya dan juga toga tampak bersimpuh di depan sebuah pusara bertuliskan MUHAMMAD RASYID ALFARIDZI. Ya, dia adalah Aqila, si gadis manja dan juga keras kepala Saat ini dia datang untuk memenuhi janjinya kepada seorang lelaki yang telah tidur di pusara yang ada di hadapannya.

"Aa, aku udah lulus" ucap Aqila sambil terisak pelan, suaranya terdengar pilu. Aqila masih saja merasa dihantam penyesalan yang tak kunjung reda, seandainya saja dia tahu jika sore itu adalah sore terakhir dirinya bertemu dengan Rasyid, tentu saja dia tidak akan bertingkah menyebalkan hanya karena kecemburuannya yang tak beralasan.

Sedikitpun Aqila tidak menyangka, jika pelukan di sore hari itu adalah pelukan terakhir mereka. Pelukan yang begitu erat ketika Rasyid pamit untuk pulang, dan ternyata dia benar2 pulang. Kecelakaan yang dialami Rasyid di jalan menuju rumahnya mengakibatkan cedera yang cukup parah sehingga dia menghembuskan nafas terakhirnya di perjalanan menuju rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun