Mohon tunggu...
Fitri Jayitri Iti Saibah
Fitri Jayitri Iti Saibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga

profil MBTI saya adalah ENTJ, saya sangat suka menulis tapi biasanya saya lebih suka menulis tulisan ilmiah dan baru kali ini saya mencoba untuk menulis dalam artikel populer. Saya juga sangat gemar untuk pergi berkelana. Tempat yang paling saya suka adalah hutan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka: Sudah Bawa Perubahan atau Malah Zonk?

1 April 2024   15:25 Diperbarui: 1 April 2024   15:25 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dirancang untuk membawakan transformasi bagi sistem pendidikan di Indonesia. Wakil ketua komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian turut mendukung penuh kurikulum ini untuk jadi terobosan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dalam pernyataan resmi dari kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hetifah menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka itu tidak hanya untuk menanggapi kebutuhan pendidikan setelah pandemi, tetapi juga sebagai langkah yang baik untuk hadapi dinamika global yang terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman.

Menginjak dua tahun sejak peluncuran Kurikulum Merdeka untuk jadi kurikulum terobosan di tanggal 11 Februari 2022, jumlah satuan pendidikan yang sudah melaksanakan Kurikulum Merdeka per 2023 menurut data Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek sudah hampir 70% dan kemungkinan besar angka tersebut akan terus meningkat. Hal ini karena rencananya di tahun 2026 nanti kemendikudristek akan menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai standar resmi kurikulum di seluruh sekolah di Indonesia tanpa terkecuali. Namun, meskipun penerapannya semakin meluas saat ini, perlu dipertanyakan lagi apakah penerapan Kurikulum Merdeka sudah benar-benar memberi perubahan pada pendidikan Indonesia atau malah gitu-gitu aja? 

Meskipun Kurikulum Merdeka memiliki keleluasaan bagi pihak sekolah maupun tenaga pendidik untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa, potensi lokal dan perkembangan zaman, tetapi kurikulum ini dinilai masih belum bisa membawakan transformasi yang signifikan dalam pendidikan Indonesia. Implementasi Kurikulum Merdeka masih dihadapkan dengan kendala-kendala, utamanya kendala perihal kesiapan para tenaga pendidik, mengingat peran mereka sangat penting dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. 

Guru masih kesulitan dalam menentukan metode dan strategi pembelajaran yang benar dan tepat sehingga terkadang guru menggunakan proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan fokus Kurikulum Merdeka dalam peningkatan kemampuan softskill dan karakter pada siswa. Direktur Eksekutif Bajik (Barisan Pengkaji Pendidikan) Dhita Puti Sarasvati, juga menjelaskan bahwa kebebasan guru dalam menentukan sendiri tujuan pembelajaran hanya dapat dilakukan jika semua guru Indonesia telah dibekali pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Namun kenyataannya, masih banyak guru yang kesulitan dalam hal tersebut karena kurangnya pembekalan yang matang.

Keterbatasan penguasaan teknologi untuk pengaplikasian dalam proses pembelajaran oleh para guru turut menyulitkan penyesuaian pembelajaran yang berbasis digital di tengah perkembangan zaman yang terus berubah. Hal inilah yang membuat proses pembelajaran masih terbilang kuno karena kurangnya pemanfaatan alat-alat teknologi yang tersedia dan arus internet yang tidak memadai jadi mau tidak mau harus mengesampingkan pembelajaran yang berbasis digital.

Kendala selanjutnya, ada hubungannya dengan ketidakmerataan, seperti kesenjangan fasilitas  pendidikan antara sekolah di perkotaan dan pedesaan serta keterbatasan sumber daya terutama akses internet dan teknologi sementara sarana tersebut sangat penting untuk menunjang keberlangsungan dari Kurikulum Merdeka. Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim, mengatakan bahwa “Saat ini 50% sekolah masih kesulitan listrik dan terdapat gedung yang rusak”(6/05/2022). Tentu saja permasalahan ini menjadi tantangan-tantangan yang berat untuk satuan pendidikan, terutama satuan pendidikan yang ada di daerah-daerah terpencil seperti di desa untuk menyesuaikan diri dengan Kurikulum Merdeka. 

Berangkat dari hal ini, Kurikulum Merdeka masih perlu untuk dievaluasi serta diperbaiki agar sistematikanya dapat memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan sektor pendidikan tanah air. Tahap pertama yang dapat dilakukan itu tentunya persiapan dari pemerintah untuk sekolah dan guru agar mereka dapat memahami dan mengimplementasikan rancangan Kurikulum Merdeka sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, persiapannya dapat melalui program seperti  sosialisasi atau workshop bagi para guru agar pemahaman mereka mengenai bagaimana caranya menentukan metode pembelajaran yang sesuai sekaligus kemampuan mereka dalam menggunakan media digital dapat meningkat. Langkah tersebut pastinya akan berdampak besar bagi para siswa, mereka akan dapat lebih memberdayakan kemampuan dirinya juga menerapkan  pengetahuan yang sudah mereka pelajari untuk perkembangan bangsa. 

Kedua, perlu menjadikan pemerataan pembangunan fasilitas dan sumber daya internet serta teknologi sebagai prioritas penting untuk mendukung keberlangsungan Kurikulum Merdeka. Dengan cara ini,  semua anak sekolah dan guru di seluruh wilayah Indonesia, baik perkotaan maupun perdesaan bisa mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengakses pendidikan yang berkualitas dan berbasis digital. Hal ini tentunya akan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan siswa dan guru untuk memanfaatkan penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran serta mendapatkan pengetahuan. Jadi, bisa dibilang kita akan lebih kompetitif di dunia digital dan tidak ketinggalan zaman lagi. Ini juga dapat menjadi salah satu langkah penting transformasi pendidikan di Indonesia yang kita harapkan dari Kurikulum Merdeka. 

Tujuan dari Kurikulum Merdeka yang disusun oleh Kemendikbudristek sebenarnya sudah baik karena orientasi sistem pendidikan yang diberikan memang sejalan dengan perkembangan zaman, hanya saja masih terdapat permasalahan dalam proses implementasinya. Mulai dari yang paling dasar yaitu kesiapan dan kemampuan guru. Masih banyak guru yang perlu disiapkan dan ditingkatkan kemampuannya untuk bisa mengajar sesuai konsep dan tuntutan dari Kurikulum Merdeka. Belum lagi soal keterbatasan fasilitas dan sumber daya digital yang masih jadi masalah besar di beberapa daerah, membuat proses belajar-mengajar yang berorientasi Kurikulum Merdeka jadi terhambat. Oleh karena itu, meskipun tujuan dari kurikulum ini bagus dan sejalan dengan perkembangan zaman, tetapi jika implementasinya masih belum maksimal, tetap saja akan menjadi hambatan besar dalam mencapai hasil yang diinginkan. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun