Mohon tunggu...
Money

Perilaku Konsumsi yang Islami

1 Maret 2019   11:58 Diperbarui: 1 Maret 2019   12:25 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam islam, pada hakikatnya konsumsi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik fisik maupun batin. Kebutuhan ini terkait dengan segala sesuatu yang harus dipenuhi agar dapat berfungsi dengan sempurna. Di sisi lain, ada keinginan yang terkait dengan hasrat atau harapan untuk menjadikan sesuatu itu menjadi lebih sempurna. Hal inilah yang memicu kehendak seseorang untuk membeli atau memiliki barang / jasa tersebut.

Ajaran Islam tidak melarang manusia untuk memenuhi kebutuhan ataupun keinginannya karena semua yang ada di bumi ini diciptakan untuk kepentingan manusia. Namun, manusia diperintahkan untuk mengonsumsi barang/jasa yang halal dan baik saja secara wajar dan tidak berlebihan. Begitu juga dengan kesenangan dan kemewahan. Kesenangan atau kemewahan diperbolehkan asalkan tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas yang sudah ditentukan.

Seperti yang dijelaskan dalam Hadis berikut ini.

عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ كُلُوا وَتَصَدَّقُوا وَالْبَسُوا فِى غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلاَ مَخِيْلَة (رواه النَّسَائُى

Artinya : dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasulullah SAW bersabda: "makan dan minumlah, bersedekahlah serta berpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong." (HR. Nasa'i)

Setiap orang mukmin berusaha mencari kenikmatan dengan cara mematuhi perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugerah yang diciptakan Allah untuk umat manusia demi kemaslahatan umat. Islam sangat melarang perbuatan yang melampaui batas, termasuk pemborosan dan berlebih-lebihan (bermewah-mewahan), yaitu membuang-buang harta dan menghambur-hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya memperturutkan hawa nafsu.

Konsumsi berlebih-lebihan dalam Islam disebut dengan israf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti menggunakan harta dengan cara yang salah, yakni menuju tujuan terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum dan hal seperti makanan, pakaian, tempat tinggal atau bahkan sedekah. Ajaran islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar dan berimbang, yakni pola yang terletak di antara kekikiran dan pemborosan (Arif, 2010:87).

Kaum muslim dianjurkan untuk menggunakan kekayaan mereka (langsung atau tidak langsung) pada hal-hal yang mereka anggap baik dan menyenangkan bagi mereka (Rahman, 2002:19). Sebenarnya, Islam banyak memberikan kebebasan individual kepada manusia dalam masalah konsumsi. Mereka bebas membelanjakan harta untuk membeli barang-barang yang baik dan halal demi memenuhi keinginan mereka dengan ketentuan tidak melanggar batas-batas kesucian. Walaupun begitu kebebasan yang dimaksud di sini terbatas pada barang-barang yang baik dan suci saja. Batasan tersebut tidak memberi kebebasan kepada kaum muslimin membelanjakan harta mereka atas barang-barang yang tidak bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.

Disatu sisi melarang membelanjakan harta secara berlebih-lebihan semata-mata menuruti hawa nafsu, sementara di sisi lain juga mengutuk perbuatan perbuatan menjauhkan diri dari kesenangan menikmati benda-benda yang baik dan halal dalam kehidupan. Mengenai pandangan tentang pentingnya kekayaan, Islam memberi banyak penekanan pada pengaturan dan penggunaan kekayaan tersebut. Manusia dianjurkan untuk menjaga harta benda mereka dengan hati-hati dan membelanjakannya secara adil dan bijaksana agar keinginan-keinginan yang dihalalkan itu terpenuhi (terpuaskan) (Rahman, 2002:22).

Keinginan manusia itu tidak terbatas. Hamper-hampir tidak pernah berhenti berkeinginan. Jika satu keinginan sudah terpenuhi, maka akan muncul keinginan lain yang timbul, maka dengan demikian manusia memperjuangkan seluruh hidupnya untuk memuaskan rentetan keinginan yang tiada hentinya, tapi semuanya tidak dapat memberi kepuasan kepada mereka. Sebenarnya itulah sifat dari keinginan yang memerlukan dan mengarah pada usaha-usaha yang tetap dari sisi kehidupan manusia untuk memenuhi keinginan yang senantiasa bertambah.

Manusia membelanjakan semua hartanya dalam rangka memuaskan keinginannya. Sebagian dari keinginannya sangat penting bagi kehidupannya, sementara sebagian lainnya perlu untuk mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kerjanya. Adapun keinginan sangat penting bagi kehidupan manusia antara lain :

1. Makan dan Minum

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun