Mohon tunggu...
Safrida Fitri Nasution
Safrida Fitri Nasution Mohon Tunggu... Lainnya - Seberapa banyak engkau menulis, pada akhirnya akan membaca

Anak desa, terlahir dari keluarga miskin, namun berkecukupan dengan rasa syukur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Tanpa Ibu, Cinta Ayah yang Menyembuhkan

13 Januari 2025   15:00 Diperbarui: 13 Januari 2025   14:59 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan Foto: Ayah Terhebatku

Kehilangan seorang ibu di usia yang sangat kecil adalah luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh. Hidup tanpa kasih sayang dan bimbingan seorang ibu sering kali membuat kami, anak-anaknya, merasa ada kekosongan yang sulit diisi. Namun, di tengah kekosongan itu, ada sosok luar biasa yang berdiri kokoh untuk kami: Ayah.

Ayah saya adalah seorang pria yang tidak hanya tangguh, tetapi juga penuh cinta. Ia bukan hanya menjadi kepala keluarga, tetapi juga menjadi seorang ibu bagi kami. Kehidupan kami jauh dari kata mewah. Kami tidak tergolong keluarga kaya, tetapi ayah selalu memastikan kami mendapatkan apa yang kami butuhkan, terutama pendidikan.

Ayah pernah menjalani hidup sebagai nelayan. Ia berlayar menantang ombak, berjuang di tengah laut untuk membawa pulang ikan yang menjadi harapan hidup kami. Ketika kehidupan di laut semakin sulit, ia beralih menjadi petani. Ayah mengolah tanah dengan tangan yang kasar dan penuh luka demi memastikan kami tetap bisa makan dan bersekolah. Setiap pagi, ia pergi ke ladang dengan penuh semangat, meskipun raut wajahnya sering menunjukkan kelelahan yang mendalam.

Yang luar biasa dari ayah adalah caranya mencintai kami tanpa syarat. Ia tidak pernah membandingkan kami dengan anak-anak tetangga, meskipun kehidupan mereka mungkin terlihat lebih baik. Ayah selalu percaya bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan jalannya sendiri. Dalam setiap kesempatan, ia mengajarkan kami untuk bangga pada diri sendiri, menghargai apa yang kami miliki, dan terus berusaha menjadi yang terbaik.

Ayah juga sosok yang sangat sabar. Sepanjang hidup saya, saya tidak pernah melihatnya marah. Bahkan ketika kami, anak-anaknya, membuat kesalahan, ia selalu menasihati dengan lembut. Kata-katanya tidak pernah menyakitkan, tetapi penuh makna dan membimbing kami untuk belajar dari kesalahan tersebut. Ketenangannya adalah sumber kehidupan bagi kami.

Salah satu pelajaran terbesar yang saya dapat dari ayah adalah tentang pentingnya pendidikan. Meskipun hidup serba pas-pasan, ia tidak pernah menyerah untuk memastikan kami mendapatkan pendidikan yang layak. Ayah percaya bahwa pendidikan adalah pintu menuju kehidupan yang lebih baik. Ia rela mengorbankan banyak hal, bahkan kebutuhan pribadinya, demi melihat kami berhasil.

Namun kini, tubuh yang dulu kuat itu mulai melemah. Usia dan kerja keras sepanjang hidup telah melelahkan tubuhnya. Terkadang melihat ayah sedang sakit, hati saya terasa hancur. Namun, di saat yang sama, saya merasa sangat bersyukur. Semua yang kami capai hari ini adalah hasil dari cinta, pengorbanan, dan kerja kerasnya.

Ayah saya adalah pahlawan sejati. Ia mungkin bukan pria kaya dengan harta melimpah, tetapi ia memiliki kekayaan cinta yang tidak ternilai. Ia mengajarkan kami tentang arti kerja keras, ketulusan, dan keikhlasan. Kehilangan ibu adalah luka besar bagi kami, tetapi cinta ayah telah menjadi penyembuh yang luar biasa.

Melalui tulisan ini, saya ingin dunia tahu bahwa saya adalah anak dari seorang ayah yang hebat. Seorang pria sederhana yang dengan kekuatannya, telah membesarkan kami menjadi manusia yang kuat, penuh syukur, dan menghargai kehidupan. Ayah, terima kasih atas segalanya. Kami mencintaimu lebih dari yang bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Kini, saat saya mengenang semua yang telah ayah lakukan, saya sadar bahwa hidup kami adalah cerita tentang ketabahan dan cinta tanpa batas. Saya berharap, melalui tulisan ini, semua orang yang membacanya bisa memahami bahwa di balik setiap kesulitan, ada cinta yang mampu menjadi penyembuh. Cinta itu mungkin hadir dalam bentuk yang sederhana, tetapi dampaknya begitu mendalam dan abadi. Ayah, engkau adalah cahaya dalam kegelapan, kekuatan dalam kelemahan, dan inspirasi dalam perjuangan kami. Loveyouayah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun