Kemampuan berpikir kritis (critical thinking) merupakan salah satu skill yang dibutuhkan di abad 21, baik di dunia akademis maupun di dunia kerja.Â
Dengan berpikir kritis, seseorang dapat memaparkan pemikiran dan menumbuhkan ide-ide baru serta menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Melihat pentingnya kemampuan ini untuk dimiliki, pendidikan di Indonesia sudah mulai menggiatkan dan mengintegrasikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan saat ini ke dalam proses pembelajaran.Â
Dalam kaitannya dengan berpikir kritis, aktifitas belajar siswa harus disusun berdasarkan level kognitif. Jika kita merujuk kepada taksonomi Bloom, terdapat enam level kognitif yang tiga diantaranya merupakan high order thinking skills (HOTS), yaitu menganalisa (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan mencipta (create).Â
Untuk melihat sejauh mana kompetensi berpikir kritis siswa, Indonesia sudah beberapa kali mengikuti berbagai assessment tingkat internasional seperti Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)dan Programme of Internasional Student Assessment (PISA) yang disusun dengan soal-soal HOTS.Â
Hasilnya menunjukkan bahwa performa kognitif siswa-siswa Indonesia termasuk ke dalam 10 besar peringkat terbawah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.Â
Untuk itu, guru Bahasa Inggris perlu membiasakan siswa dengan aktifitas belajar yang mengharuskan berpikir kritis, salah satunya dengan meyediakan soal-soal berbasis HOTS, agar performa siswa Indonesia secara global dapat meningkat. Â
Akan tetapi, berdasarkan studi pendahuluan (preliminary research) dengan metode diskusi kelompok terfokus, diketahui bahwa mayoritas guru Bahasa Inggris SMA di kota Padang belum mengerti cara membuat soal-soal berbasis HOTS karna ketidakmampuan dalam mengelompokkan yang mana yang HOTS, MOTS dan LOTS (dimensi proses berpikir oleh Anderson & Krathwohl).Â
Selain itu, juga diperoleh temuan bahwa mayoritas guru kurang menguasai konsep penilaian portofolio dan penerapannya, sehingga tingginya motivasi para guru akan adanya sosialisasi konsep merdeka belajar.
Untuk menindaklanjuti hal ini, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dari Universitas Negeri Padang bekerjasama dengan MGMP Bahasa Inggris kota Padang menyelenggarakan pelatihan penyusunan soal bahasa Inggris berbasis high order thinking skills (HOTS) bagi guru bahasa Inggris sekolah menengah atas (SMA) di kota Padang.Â
Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pengajaran bahasa Inggris terutama di kota Padang, terkait pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan soal-soal Bahasa Inggris berbasis HOTS.
Tim PKM ini terdiri dari tiga orang dosen dari Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, UNP yang diketuai oleh Dr. Refnaldi, S.Pd., M. Litt dan beranggotakan Dra. Yetty Zainil, M. A., Ph.D. dan Fitrawati, S.S., M. Pd. Adapun MGMP Bahasa Inggris kota Padang terdiri dari 45 orang guru yang dikoordinasikan oleh Verastuty S.S., M. Kom. Saat ini pusat kegiatan/ sekretariat MGMP ini berada di MAN 2 Padang, tepatnya di Jalan Gajah Mada, no.100, Gunung Pangilun Padang.
Pelatihan ini menitik fokuskan bimbingan teknis dalam pembuatan instrument penilaian yang bersifat HOTS dalam bentuk soal harian, UTS dan UAS, namun sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk web training secara daring pada Agustus dan September 2021 melalui platform video Zoom meeting, sehingga tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19. Â Â
Web traning dibagi menjadi 4 sesi penyampaian materi tentang konsep HOTS, language assessment, language assessment using HOTS questions, dan creating HOTS questions. Â Kemudian, serangkaian workshop ini dilanjutkan dengan penugasan mandiri dimana peserta diminta menerapkan materi teoritis ke dalam praktik menyusun soal-soal harian, UTS dan UAS Bahasa Inggris yang memenuhi kriteria HOTS.
Pelakasanaan web training ini berjalan dengan sistematis dan tepat sasaran serta mencapai target. Hal ini ditandai dengan banyaknya peserta yang antusias untuk bertanya, mengemukakan masalah yang dihadapi dalam penyusunan instrumen penilaian, baik ketika sesi diskusi berlangsung secara sinkronus melalui Zoom meeting maupun secara asinkoronos melalui grup WhatsApp.Â
Selain itu, para peserta juga berhasil mengumpulkan soal bahasa Inggris berbasis HOTS yang telah direvisi sesuai dengan masukan yang diberikan oleh tim PKM. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Inggris sekolah menengah atas (SMA) di kota Padang sudah memahami konsep instrumen penilaian berbasis HOTS dan mampu menyusun soal sesuai kriteria HOTS. Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI