Sebagian orang mungkin menganggap remeh soal 'kata-kata'. Namun, sebenarnya slogan, tagline, atau istilah lainnya sangat kuat dalam mempengaruhi pikiran orang.
Tidak mudah membuat slogan. Sekilas hanya terdiri dari beberapa kata, tapi cobalah Anda membuatnya sesekali. Lebih tidak mudah lagi membuat slogan yang bisa menginspirasi dan menggerakkan banyak orang.
Nah, saya ingin berbagi mengenai slogan yang pernah saya buat. Slogan ini dulunya diikutkan untuk sayembara Gerakan Hidup Bersih dan Sehat yang diadakan oleh Rotary Club Indonesia pada tahun 2008. Peserta sayembaranya sendiri mencapai ribuan orang dari seluruh Indonesia, bahkan diikuti oleh diaspora Indonesia di luar negeri.
Alhamdulillah, saat itu saya meraih gelar juara 1.
Syukurnya lagi karena slogan itu akhirnya dipakai oleh banyak komunitas, dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Orang-orang mungkin tidak terlalu peduli siapa yang memulai slogan itu, bahkan ada saja yang mengklaim-klaimnya, tetapi tentunya itu bukan masalah besar. Yang paling penting adalah slogan itu bermanfaat.
Namun, di sini bukan tips membuat slogan yang ingin saya sampaikan. Saya ingin menjabarkan lebih lanjut latar belakang dari slogan itu. Saya pikir konteksnya masih relevan karena hari ini kita masih dihadapi berbagai masalah lingkungan, di antaranya persoalan sampah ini.
Kita tahu, masalah Indonesia adalah infrastruktur persampahan yang masih terbatas. Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah kita banyak yang overcapacity di berbagai daerah. Bahkan, tempat sampah kecil-kecil atau sederhana pun terkadang masih sulit kita temui.Â
Di tengah perjalanan, misalnya, kadang kita ingin membuang sampah, tetapi tidak menemukan tempat yang tepat. Di sebagian besar pantai, kita sulit menemukan tempat sampah sehingga banyak orang mengambil cara singkat dengan membuang sampahnya ke laut. Di tempat-tempat umum pun kadang tidak mudah menemukan tempat sampah. Itulah mengapa masih banyak sampah yang kita temukan berserakan.
Pemerintah punya tanggung jawab untuk menyediakan sarana prasarana sampah. Namun, akan lebih mudah jika non-pemerintah ikut serta berkontribusi. Apa yang dilakukan oleh PT Elnusa Petrofin (EPN) melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu yang patut diapresiasi, misalnya penyediaan Giant Trash Can dan program Armada Transportasi Sampah Desa Sapa Raya (ASIAP). Jika usaha ini meluas dan melibatkan lebih banyak lagi pihak, maka perlahan-lahan persoalan minimnya sarana prasarana dapat teratasi.
Namun, tentu saja masalahnya tidak hanya ketersediaan sarana prasarana, tetapi juga pada kesadaran individu-individu. Meski sarana prasarana terbatas, kalau tiap individu peduli dan bertanggung jawab, maka sampah tidak akan terbuang di sembarang tempat. Solusinya adalah seperti bunyi slogan saya tadi: kantongi aja dulu!
Kita sedih melihat masih banyak orang yang membuang sampah di sungai, danau, laut, hutan, dan sebagainya. Kesadaran tentang sampah memang masih rendah di Indonesia.Â
ebagai contoh, menurut data Dinas Lingkungan Hidup Surabaya, dikutip dari CNN Indonesia, sampah yang mengalir di sungai Surabaya mencapai 20 ton per hari. Limbah domestik ini menjadi salah satu penyebab besar tercemarnya sungai-sungai. Data Badan Pusat Statistik (BPS) (2023) menyebut bahwa mayoritas sungai di Indonesia sudah tercemar. Hanya sekitar 8,1% sungai yang memenuhi baku mutu lingkungan.
Menjaga lingkungan dari limbah domestik adalah tanggung jawab setiap individu, bukan hanya pemerintah. Sebagian orang menganggap perkara ini sepele. Padahal, dampaknya besar sekali. Pembuangan sampah di sungai, misalnya, dapat berakibat pada tercemarnya air sungai yang potensial dimanfaatkan oleh masyarakat.Â
Kita tahu, hampir semua Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia mengambil air baku dari sungai. Jika sungai tercemar, maka PDAM membutuhkan biaya yang lebih untuk mengolah air tersebut hingga layak digunakan sebagai sumber air bersih. Limbah di sungai pun mengancam keanekaragaman hayati. Bahkan, dampaknya akan semakin jauh bila sampah-sampah itu akhirnya mengalir ke laut, yakni kualitas lingkungan ekosistem laut akan menurun.
Kesadaran membuang sampah di tempatnya ini sungguh persoalan yang sangat dasar, tetapi faktanya kita memang belum bisa beranjak. Kita belum bicara mengenai pengetahuan pemilahan sampah, daur ulang, dan sebagainya. Tugas kita masih sangat banyak.
**
Sampai detik ini, saya terus dihantui slogan yang pernah saya buat. Setiap kali saya memegang sampah, saya sering tersadar untuk tidak membuangnya sembarangan. Saya akan memilih untuk mengantongi atau menyimpannya terlebih dahulu hingga menemukan tempat sampah. Mudah-mudahan saya bisa terus konsisten, dan mudah-mudahan bisa menginspirasi teman-teman semua.
Bumi kita cuma satu, cuma kita yang wajib menjaganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H