OPINI, - Nikmatnya setumpuk uang negara memang perkara luar biasa, terutama bagi para kaum Oportunis yang hidup bak jamur di negeri ini. Dengan berbagai pola dan metode, mereka memainkan peran guna mencari celah untuk manfaatkan uang dari hasil darah dan keringat rakyatnya sendiri.Â
Kaum oportunis ini memiliki pola kerja dengan cara berkonspirasi dalam menjalankan aksi. Bahkan kaum ini selalu melibatkan para pihak untuk ikut berkolaborasi. Hal ini diperlukan agar niat bulus dan akal busuk aksi mereka dapat terakumulasi dengan presisi.
Keterlibatan para pihak itu sangat mungkin dilakukan karena strategi ini di anggap paling manjur, agar aksi Tipu-tipu mereka dapat tercover dengan baik, dan jangan heran jika hal ini sebenarnya sudah di lakukan sejak jaman penjajahan. Pun demikian hari ini tampaknya kolonialisme di negeri ini telah berganti muka dengan di isi oleh bangsa Indonesia asli.
Jika dilihat dari sisi budaya, kaum oportunis ini tampaknya tidak lagi memiliki rasa malu akibat keserakahan mereka. Kaum oportunis hanya memikirkan kenikmatan perut dan ala hidup hedonisme serta prestesiusme. Tentu dengan berbagai dalih dan alibi, mereka selalu punya cara dan alasan karena telah ambil bagian menikmati kue dari duit anggaran yang berasal dari keringat rakyat itu.
Dari segi agama, Alih-alih mengikuti ajaran kitab suci yang semestinya dapat di pedomani, para kaum Oportunis memandang persoalan hak dan kewajiban serta pahala dan dosa bukanlah bagian dari tanggung jawab mereka. Kaum ini lebih berpedoman kepada ajaran kitab karangan mereka sendiri, tentang bagaimana celah hukum dapat dikibuli dengan berbagai kolaborasi serta atraksi filosofi dan alibi demi memuluskan aksi.Â
Pada sisi ekonomi, persoalan masih banyaknya rakyat menderita akibat kemiskinan yang menerpa, seolah hanya hiburan semata bagi mereka. Padahal hak sebenarnya untuk menikmati uang tersebut ada di tangan mereka dengan segudang asa yang notabene rakyat jelata dan jauh dari kata hidup layak dan sejahtera.
Bahkan sebuah rilis mengejutkan yang di keluarkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyimpulkan bahwa kemiskinan yang terjadi di negeri ini akibat ulah para begal uang negara tersebut. Sehingga struktur tata negara yang telah di bangun oleh pendiri bangsa ini perlahan rusak akibat ulah para kaum yang hanya mementingkan diri sendiri beserta kelompok mereka.Â
Lantas bagaimana dengan nasib bangsa ini untuk generasi yang akan kita titipkan guna meneruskan kehidupan mendatang, semua jawaban terpulang kepada diri kita sendiri?Â
Penulis F. Andriyan Founder Garis Tengah Media Inhil(GTMI).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H