Zainal Arifin Hussein menjelaskan apa yang terjadi hari ini,(banjir-red) salah satunya diakibatkan oleh massive nya penebangan pohon bakau liar,(mangroove) di kawasan pesisir Inhil.
Dari data yang dihimpun oleh organisasi tersebut ribuan pohon bakau,(mangroove) di tebang setiap hari oleh masyarakat di kawasan pesisir penghasil bakau,baik untuk digunakan secara pribadi,industri arang maupun dijual kepada penampung (bangsal kayu-red).
"Dari data yang kita miliki,kita telah melakukan uji sampel di salah satu desa di Inhil,dan kita dapati ada sekitar 2500,batang pohon bakau yang di tebang setiap hari nya,Bisa Abang bayangkan berapa desa penghasil bakau di Indragiri hilir ini." Ungkap Zainal Arifin Hussein yang tergabung dalam organisasi JIKALAHARI.
Selain itu Zainal Arifin Hussein yang juga berprofesi sebagai dekan fakultas ekonomi disalah satu perguruan tinggi swasta ini mengharapkan pemerintah pusat segera melakukan evaluasi terhadap izin hutan tanaman industri,(HTI) yang ada di kabupaten Inhil.
"Kita berharap pemerintah pusat mengevaluasi seluruh perizinan HTI yang ada di Indragiri hilir,Karna dampak intrusi air laut ini kan banyak faktor,seperti perubahan iklim yang membuat permukaan air laut naik,kemudian perusakan ekosistem mangroove,dengan alasan ekonomi,padahal ekosistem mangroove ini kan untuk mencegah abrasi,intrusi,kalau ini tidak segera di tangani akan sangat berdampak buruk terhadap lingukungan", Terangnya.
Selain itu Zainal Arifin Hussein juga menambahkan dari data dan fakta yang ia kumpulkan bersama rekan-rekan di beberapa organisasi, ada puluhan ribu hektar kebun pertanian kelapa rakyat mati akibat tenggelam sehingga membuat ribuan petani kehilangan mata pencarian.(FA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H