Mohon tunggu...
M FitraRachmandani
M FitraRachmandani Mohon Tunggu... Lainnya - Freelamcer

Menulis apa yang dipikirkan dan kebanyakan tentang lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mempertanyakan Lagi Duka dan Cinta, Menjalani Keduanya Melalui Film "Jatuh Cinta Seperti Film-Film"

4 Januari 2024   20:35 Diperbarui: 4 Januari 2024   20:59 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagus, tokoh utama, tidak lagi fokus pada penampilan atau kekayaan pasangannya, tetapi pada kehadiran pasangan yang bisa mendampinginya hingga tua dan membangun keluarga bersama. 

Di Indonesia, menikah dianggap sebagai tahapan yang alami dan menjadi tidak menikah bisa dianggap di luar norma budaya. Bagus, meskipun menemukan kembali cintanya dari masa lalu, Hannah, yang seorang janda, menunjukkan penerimaan atas statusnya tanpa memandang stereotip sosial.

Di sisi lain, bagi wanita yang belum menemukan pasangan setelah menjadi janda, tekanan sosial untuk menikah kembali atau memiliki pasangan hidup bisa sangat besar. 

Ada ekspektasi kuat dari masyarakat untuk melanjutkan kehidupan berpasangan, dan wanita yang memilih untuk tetap menjanda tanpa menikah lagi bisa dihadapkan pada stereotip atau stigma sosial. 

Pengalaman ini mencerminkan perjalanan emosional yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan lingkungan sosial. Penerimaan atau pandangan masyarakat terhadap situasi ini bisa sangat berbeda-beda, sangat tergantung pada lingkungan sosial dan nilai-nilai keluarga yang mendominasi di sekitarnya.

5. Pola Visual dan Audio:

Pola visual yang mencolok dalam film ini adalah teknik monokrom, menghadirkan hitam dan putih sebagai warna dominan. Penggunaan teknik ini membantu dalam menggambarkan emosi yang kuat, membiarkan penonton terhubung lebih dalam dengan perasaan karakter-karakter utamanya. 

Penggunaan teknik monokrom ini bukan hanya estetika semata, tetapi sebuah keputusan yang cerdas untuk memperdalam pengalaman penonton dalam menyaksikan cerita tentang kehilangan dan pemulihan. 

Berbeda dengan film-film lain yang sering memanjakan mata dengan visual berwarna-warni, film ini mengeksplorasi kekuatan emosional melalui kesederhanaan warna yang dipilihnya. Teknik monokrom bukanlah pilihan yang sewenang-wenang. 

Sebaliknya, penggunaan hitam dan putih didorong oleh ambisi untuk menggambarkan kekuatan emosi dan kehilangan. Warna-warna yang minim ini mendorong penonton untuk terhubung secara lebih mendalam dengan perasaan yang dihadapi oleh karakter-karakternya. Pilihan ini memberikan dimensi emosional yang dalam. 

Dengan menahan diri dari visual yang penuh warna, film ini mampu menciptakan kedalaman yang lebih besar dalam menceritakan cerita tentang kehilangan. Penonton dibawa pada perjalanan emosional yang terasa lebih intens, memungkinkan mereka merasakan perasaan yang sama dengan karakter-karakter utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun