Mohon tunggu...
Fitranty Adirestuty
Fitranty Adirestuty Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

"Ekonom" yang berperilaku "Pendidik"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ramadhan Kau Pergi Lagi

20 Agustus 2013   13:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:04 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Setiap habis ramadhan, hamba cemas kalau tak sampai, umur hamba tak sampai, umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempatan.....”

Ramadhan kau pergi lagi, ada yang hilang, dan aku baru tersadar...

Subuh itu, adzan bersahutan silih berganti, anak-anak ramai menuju surau, hingga dinginya pagi menjadi nikmat tak terperi. Kini hari berganti keheningan, lengkingan adzan sayup-sayup melempuh dikejauhan. Sesumbar dai kini terkunci, tinggalkan mimbar membisu. Riuh anak-anak di surau itu tak terdengar lagi. Kelezatan dahaga, kenikmatan rasa lapar di siang hari, bagai kuda lepas dari kandangnya. Adzan magrib, kini tak ada lagi yang mengantar kerinduan berbuka.

Ramadhan, kini tak ada lagi saat-saat nikmat beribadah, berdialog tanpa kata dalam isyarat doa hanya denganMu Ya Rob di malam-malam sunyi itu.

Kadang air mata ini bercucuran mengingat ramadhan yang hanya dilalui begitu saja dengan duniawi dan hanya berucap “Tuhan maaf aku sedang sibuk”. Sementara di belahan bumi sana ada yang merasakan nikmatnya berjihad , genangan darah, tangis anak kecil menjadi penghias di bulan ramadhan.

Tapi ini hari kemenangan, makanan diada-adakan, dahaga berubah menjadi genangan minuman, segalanya serba baru. Wajah-wajah berseri, yang rindu dipertemukan. Yang dendam diramahkan, yang keras dilenturkan, dalam uluran tangan menyapa, ini hari kemenangan!

Sementara di gubuk-gubuk reyot sana, dapur-dapur tak berasap, ada wajah menunduk lesu, ada tangis yang menyayat, tak ada parsel dan kartu lebaran untuknya.

Ya, kadang kita kukuh dalam kebahagiaan, teguh dalam ambisi, kita beri hadiah pada si kaya, kita terlantarkan anak yatim.Kadang kita tak sadar berharganya sebutir nasi yang kita buang, padahal diluar sana ada wajah-wajah kuyu memelas sebutir nasi. Kita tak pernah sadar berharganya uang recehan, padahal di luar sana ada yang kegirangan mendapat uang recehan.

Namun semua itu harus kita lalui, roda waktu yang terus berputar, nafas kehidupan yang terus bergulir hingga Ramadhan Kau Pergi Lagi..

Dan aku tersentak, ramadhan ternyata kau singgah singkat saja di kehidupanku, mengusik kelalaian dan keterlenaan dalam kefanaan dunia ini.

Kalaulah Izrail bilang ini ramadhan terlahirku, izinkan aku mengulang ramadhan di tahun ini, ijinkan hamba menghapus luka di hati setiap manusia yang pernah hamba sakiti, dan ijinkan hamba membahagiakan orang tua hamba Ya Rob..

“Setiap habis ramadhan, hamba cemas kalau tak sampai, umur hamba tak sampai, umur hamba di tahun depan, berilah hamba kesempatan.....”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun