Mohon tunggu...
KKN 132 UMD UNEJ
KKN 132 UMD UNEJ Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/Mahasiswa

Kelompok KKN 132 Unej Membangun Desa Periode II TA 2022/2023, di Desa Gunung Malang, Kec. Suboh, Kab. Situbondo.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN UMD UNEJ 132: Rancang Alat Asap Cair Sederhana, Solusi Sampah Organik Desa Gunung Malang

30 Agustus 2023   14:07 Diperbarui: 30 Agustus 2023   14:14 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pembuatan alat asap cair sederhana (dokpri)

Latar belakang inovasi asap cair ini berasal dari analisis Sustainable Development Goals (SDGs) dan survei lapangan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Suboh, Kabupaten Situbondo. Berdasarkan SDGs nomor 12, Desa Gunung Malang memiliki risiko tinggi dalam konsumsi dan produksi yang sadar lingkungan dengan skor 0% (skor rata-rata nasional SDGs nomor 12 adalah 69,16%). Desa ini tidak memiliki sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, seperti keberadaan tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini menyebabkan masyarakat Gunung Malang terbiasa membakar sampah daun kering yang menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, program kami yang bernama "Kita BANGGA: Bangun Generasi Peduli Sampah" bertujuan untuk mengubah daun dan ranting kering yang dibakar sia-sia menjadi produk asap cair yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman dan pengendalian hama pertanian.

Dokumentasi pembuatan alat asap cair sederhana (dokpri)
Dokumentasi pembuatan alat asap cair sederhana (dokpri)

Rangkaian alat asap cair sederhana terbuat dari bahan yang murah dan mudah ditemukan. Alat ini terdiri dari pirolisator, tabung kondensor, pipa distribusi asap, pemanas, dan wadah penampungan asap cair. Bahan biomassa berupa daun-daun harus dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari agar kadar airnya berkurang. Bahan biomassa yang telah kering dimasukkan ke dalam tungku pemanas (pirolisator) yang dibuat dari kaleng bekas yang sudah dilubangi bagian bawahnya. Tungku pemanas ditutup dengan penutup kaleng yang sudah dimodifikasi dan terhubung dengan pipa aluminium, sehingga asap dapat keluar dan mengalir melalui pipa. Bagian tengah pipa dilewatkan melalui tabung kondensor untuk proses pendinginan. Pembakaran dibantu dengan menggunakan kompor gas dan berlangsung selama tiga jam pada suhu 150 - 300 C. Asap hasil pembakaran mengalir melalui pipa dan melewati tabung kondensor untuk mengalami kondensasi menjadi asap cair. Asap cair kemudian ditampung ke dalam wadah penampungan asap cair. Dari 350 gram bahan biomassa, dapat dihasilkan 15 mL asap cair.

Uji coba asap cair pada ulat grayak (dokpri)
Uji coba asap cair pada ulat grayak (dokpri)

Asap cair merupakan hasil kondensasi dari uap hasil pembakaran dengan teknik pirolisis. Asap cair yang dibuat dari sampah biomassa mengandung senyawa fenol, asam asetat, dan flavonoid yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Untuk menguji efektivitas dan dosis asap cair terhadap ulat hama daun tembakau, dilakukan pengujian dengan menggunakan sampel ulat grayak yang diambil dari lahan budidaya tembakau milik petani. Ulat grayak yang banyak ditemukan terdiri dari Spedoptera litura dan Helicoverpa armigera. Pengujian dilakukan dengan menggunakan berbagai konsentrasi asap cair, yaitu kontrol, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Asap cair disemprotkan pada wadah yang sudah berisi ulat dan daun, kemudian wadah ditutup dengan penutup yang sudah dimodifikasi dengan kain kasa dan diberi label. Setiap hari dilakukan pengamatan dengan parameter yang diamati antara lain mortalitas dan skala kerusakan daun. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konsentrasi asap cair yang paling efektif untuk mengendalikan hama ulat grayak adalah 15% dan 20%. Asap cair dari biomassa daun kering mampu menurunkan aktivitas makan dan meningkatkan kematian pada ulat grayak.

KKN UMD 132 sosialisasi kebersihan, kesehatan, dan asap cair di SDN 1, 2 Gunung Malang dan SMPN 2 Suboh. Foto bersama anak-anak dan kepala sekolah. (dokpri)
KKN UMD 132 sosialisasi kebersihan, kesehatan, dan asap cair di SDN 1, 2 Gunung Malang dan SMPN 2 Suboh. Foto bersama anak-anak dan kepala sekolah. (dokpri)

Untuk menunjang inovasi ini, kelompok KKN 132 melakukan sosialisasi dan pelatihan asap cair kepada masyarakat desa. Kegiatan ini meliputi pemaparan materi oleh pihak Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), dan produsen asap cair yang ada di Situbondo, serta demonstrasi pengenalan dan pembuatan asap cair. Selanjutnya, dilakukan pelatihan yang diikuti oleh remaja setempat untuk mengaplikasikan pembuatan asap cair. Pelatihan ini bertujuan untuk membentuk kader remaja yang dapat menunjang program asap cair secara berkelanjutan. Menurut salah satu warga bernama bu Hardin, setelah acara sosialisasi ini diharapkan dapat bermanfaat dan mulai menggunakan pestisida nabati guna memanfaatkan sampah organik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun