Mohon tunggu...
Fitra IstianahTurahman
Fitra IstianahTurahman Mohon Tunggu... Akuntan - Fitra istianah turahman, lahir pada tanggal 15 April 2001

Ketika kamu tak mampu mengucapkannya maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Money

Eksistensi Nyata Bank Indonesia Terhadap Konektivitas Sistem Pembayaran Asean-5

20 Juni 2023   23:22 Diperbarui: 20 Juni 2023   23:33 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mari kita refleksikan Kembali terkait sebuah hal yang awalnya dianggap ekspektasi belaka kini menjadi eksistensi nyata. Pernahkah kamu melihat sejenis barcode pembayaran diberbagai tempat perbelanjaan bahkan di parkiran. 

Dulu sistem pembayaran cashless dengan barcode semacam itu terasa seperti ekspektasi belaka dan awal munculnya pun terasa asing di masyarakat. Akan tetapi seiring berjalannya waktu hal tersebut menjadi familiar dan berkembang pesat, bahkan saya juga salah satu penggunanya.
Konsep aksesibilitas itu disebut Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). 

Munculnya sistem standarisasi pembayaran yang diluncurkan oleh pihak Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) pada 17 Agustus 2019 tersebut membuka mindset masyarakat Indonesia bahwa cashless itu gak ribet, aman dan terjamin meski berbeda-beda e-walletnya atau m-bankingnya. Sistem pembayaran seperti ini pun semakin luas menyebar disetiap penjuru daerah yang berada di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, bahkan sampai ke negara-negara tetangga. 

Buktinya pada sejak tahun 2022 lalu QRIS resmi diimplementasikan disejumlah negara-negara Asean, seperti Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Pengimplementasian konektivitas tersebut bukan hanya yang berbasis QR code tetapi juga fast payment yang telah disepakati oleh 5 negara yang berada di Asean atau disebut Asean-5 terkait Regional Payment Connectivity (RPC).

Sedikit cerita saat saya mengikuti salah satu kegiatan Global Education di Thailand sebenarnya saya ingin mencoba membeli jajanan dan membayarnya menggunakan QRIS, sebab akan menarik jika ketika saya Kembali ke Indonesia saya bisa bercerita kepada teman-teman, saudara, dosen dan lainnya terkait bagaimana pembayaran QRIS di sana. 

Rasa penasaran tersebut dilatarbelakangi oleh materi yang disampaikan salah satu dari pihak Bank Indonesia regional Jawa Tengah saat acara GenBI Korkom Semarang dalam agenda Leadership Forum di Jogja bahwa di Thailand juga ada QRIS. Akan tetapi selama saya berjalan-jalan di beberapa tempat wisata untuk pembayaran cashless melalui QRIS memang masih terbilang minim. Ada kalanya saya bertanya kepada tour guide sembari menunggu tibanya busway, katanya QRIS di Thailand memang ada bahkan keberadaanya sangat mempermudah transaksi bagi mereka yang ingin bertransaksi tanpa uang tunai saat di Thailand. 

Sayangnya penyebaran dan kerjasama pada merchant-merchant di Thailand yang masih terbilang baru dan belum seramai merchant-merchant pengguna QRIS di Indonesia, sehingga untuk mengetahui keberadaannya pun belum seluas yang diketahui masyarakat Indonesia.

Sembari menunggu di depan toko es cream dan disela-sela perbincangan itu pun saya berpikir bahwa adanya QRIS di luar negeri itu keren karena efesien, efektif, dan aman. Alasannya kita tak perlu ribet mencari money changer, bisa hemat waktu untuk melakukan aktivitas lain, tidak perlu khawatir adanya pencopetan, dan ya tentunya mengikuti perkembangan zaman. Selain mempermudah pembayaran juga dapat menstimulus akselerasi daya beli antar negara Asean. 

Hal itu mampu memperlancar sendi-sendi konektivitas antar negara-negara Asean dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih terintegrasi. Kalau kita memahami kata Pak Jokowi salah satu tujuan infrastruktur itu untuk konektivitas transportasi supaya memadai dalam meningkatkan arus perekonomian. Analogi hal tersebut serupa dengan konektivitas pembayaran antar negara-negara Asean. Menimbang akan lebih menghemat budget negara dan waktu akses. 

Tidak terlepas dari hal tersebut orang-orang pada prinsipnya akan lebih minat membeli sesuatu jika aksesnya mudah. Terlebih lagi konektivitas mampu membangun hubungan baik antar negara, sebab persaingan antar negara bukan lagi hal yang perlu dijadikan strategi meningkatkan perekonomian di negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun