Mohon tunggu...
Fitrah M Guret
Fitrah M Guret Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kekayaan Dan Kesuksesan Berawal Dari Keberanian Mengambil Langkah Pertama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dampak PPN 12% di Halmahera Barat.

6 Januari 2025   23:33 Diperbarui: 6 Januari 2025   23:33 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak PPN 12% di Halmahera Barat: Refleksi dan Solusi untuk Masyarakat

Oleh: Fitrah Maulana Guret

Kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% telah resmi diberlakukan, dan seperti kebijakan lain, perubahan ini membawa dampak yang kompleks. Di Halmahera Barat, daerah yang ekonominya masih bertumpu pada sektor tradisional seperti pertanian, perikanan, dan usaha kecil, kenaikan PPN ini menjadi tantangan tersendiri. Meski kebijakan ini memiliki tujuan nasional yang mulia, kenyataannya, PPN 12% masih sangat menyusahkan masyarakat di Halmahera Barat.

Memahami Kenaikan PPN

Pemerintah menaikkan PPN untuk meningkatkan penerimaan negara, yang dibutuhkan untuk membiayai program-program penting seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Namun, perlu diingat bahwa PPN adalah pajak konsumsi yang langsung memengaruhi harga barang dan jasa. Bagi masyarakat di daerah dengan pendapatan rendah, kenaikan ini terasa jauh lebih berat dibandingkan di daerah yang lebih maju.

Di Halmahera Barat, kenaikan PPN berarti harga kebutuhan pokok naik, biaya produksi meningkat, dan daya beli masyarakat menurun. Contohnya, harga beras, ikan, dan bahan bakar---yang merupakan kebutuhan utama---mengalami kenaikan signifikan sejak kebijakan ini diterapkan. Akibatnya, masyarakat kecil, khususnya nelayan dan petani, menghadapi tekanan ekonomi yang semakin berat.

Mengapa PPN 12% Menjadi Beban Berat di Halmahera Barat?

Halmahera Barat memiliki karakteristik ekonomi yang unik:

  1. Ketergantungan pada sektor primer. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidup pada pertanian dan perikanan, yang sangat sensitif terhadap kenaikan biaya produksi.
  2. Keterbatasan infrastruktur. Distribusi barang yang lambat dan mahal membuat kenaikan PPN semakin terasa di harga akhir produk.
  3. Daya beli masyarakat yang rendah. Dengan pendapatan rata-rata yang masih di bawah standar nasional, setiap kenaikan harga langsung berdampak pada kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar.

Hal ini menunjukkan bahwa implementasi PPN 12% tanpa penyesuaian untuk konteks lokal seperti Halmahera Barat menciptakan beban yang tidak seimbang.

Solusi untuk Mengurangi Dampak PPN 12%

Sebagai putra daerah, saya melihat bahwa solusi untuk masalah ini harus bersifat kolaboratif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  1. Kebijakan Diskriminasi Positif untuk Daerah Tertinggal
    PPN 12% harus disesuaikan dengan kondisi daerah. Pemerintah pusat dapat memberikan relaksasi atau pengurangan tarif pajak untuk kebutuhan pokok di daerah seperti Halmahera Barat agar beban masyarakat berkurang.

  2. Subsidi dan Bantuan Langsung untuk Masyarakat Rentan
    Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa masyarakat yang paling terdampak, seperti nelayan, petani, dan pelaku UKM, mendapatkan subsidi atau bantuan langsung untuk meringankan beban kenaikan harga.

  3. Efisiensi Distribusi Barang
    Pemerintah daerah harus memperbaiki jalur distribusi dan logistik agar kenaikan harga barang tidak semakin membengkak akibat biaya distribusi yang tinggi.

  4. Penguatan Ekonomi Lokal
    Kenaikan PPN bisa menjadi peluang untuk memperkuat produksi dan konsumsi barang lokal. Misalnya, mempromosikan produk pertanian atau perikanan lokal agar tidak terlalu bergantung pada barang impor yang lebih mahal.

  5. Sosialisasi dan Transparansi Pajak
    Masyarakat perlu memahami tujuan kenaikan PPN dan bagaimana penerimaan pajak ini digunakan. Transparansi pemerintah dalam menunjukkan hasil nyata dari penggunaan pajak akan meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Seruan untuk Keseimbangan Kebijakan

PPN 12% memang dirancang untuk kepentingan nasional, tetapi implementasinya harus mempertimbangkan konteks lokal. Untuk daerah seperti Halmahera Barat, kebijakan ini harus dievaluasi agar tidak menambah beban masyarakat yang sudah rentan. Pemerintah pusat dan daerah harus memastikan bahwa reformasi fiskal ini tidak mengorbankan kesejahteraan rakyat di daerah.

Sebagai masyarakat, kita juga harus berperan aktif. Di tengah tekanan ekonomi, semangat gotong royong dan inovasi harus tetap hidup. Kita perlu mencari cara untuk beradaptasi dengan perubahan ini sembari terus mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pada daerah seperti Halmahera Barat.

Penutup: Menyeimbangkan Kebijakan dan Realitas Lokal

PPN 12% adalah tantangan, tetapi juga peluang untuk mendorong perubahan. Pemerintah harus mendengar suara dari daerah, sementara masyarakat harus terus menguatkan daya tahan ekonomi lokal. Dengan langkah-langkah yang tepat, saya percaya Halmahera Barat mampu melewati tantangan ini dan bahkan keluar lebih kuat.

Oleh: Fitrah Maulana Guret, putra daerah Halmahera Barat yang peduli pada pembangunan berkeadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun