Mohon tunggu...
Fitrah Ilhami
Fitrah Ilhami Mohon Tunggu... Musisi - Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, seorang guru

Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, guru, dengan situs blog: fitrahilhamidi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Repot Benar Jadi Kontraktor

6 Juni 2020   16:07 Diperbarui: 6 Juni 2020   16:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Handphone berdering ketika aku sedang bersiap pulang dari kerja. Telepon dari istriku.  

"Bang, di mana?" 

"Di hatimu." 

"Bang, aku serius. Cepat pulang. Rumah bocor parah. Ini bocornya sampai ke ruang tamu." 

"Oh, oke,  Neng. Aku pulang sekarang." 

Saat itu hujan lebat mengguyur Surabaya.  Bahkan banyak wali murid yang menjemput anaknya memilih berteduh di teras sekolah daripada langsung pulang. Menunggu hujan agak reda.  Aku berlari menuju parkiran, mengambil jas hujan dari jok motor, memakainya lalu bergegas pulang. 

 ***

 Memang, rumah kontrakan kami kali ini agak parah. Ada saja masalah yang membuat kami bete. Pada mulanya masalah air. Air PDAM di rumahku sulit sekali mengalir, meski sudah memakai mesin pompa.  Pernah dua hari  berturut-turut air tidak mengalir. Persediaan air bersih di rumah habis. Aku sampai kalut, karena butuh banget air bersih buat MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Berulang kali aku mengecek pompa air, mirip tukang servis, meski sebenarnya itu  cuma gaya-gayaan saja karena aku tak tahu apa-apa tentang pompa air. Biar terlihat sebagai lelaki berguna saja di depan istri. Jujur aku bingung ketika itu.  

Nah, di saat bingung seperti itu, tiba-tiba tetangga tanya.  

"Kenapa, Mas?" 

"Gak punya air, Bu. Airnya gak ngalir. Ndak tau pompanya masalah  ini kayaknya." 

"Berarti gak punya air sama sekali ini?" 

Aku mengangguk. 

"Ya Allah, kasihan," 

Ibu tetangga nampak iba. "Bentar saya kasih air buat  Mas, ya. Saya pinjem selang dulu ke tetangga." 

Ibu itu lalu mengetuk satu per satu pintu rumah tetangga, meminjam selang. Sampai seluruh gang jadi tahu kalau aku gak  punya air. Setelah terkumpul, selang itu disambungkan ke kamar mandi rumahku.   

Melihat air mengalir di kamar mandi membuatku terharu. Benarlah, bahwa tetangga adalah saudara terdekat kita. Siapa yang pertama kali menolong kita ketika ada masalah kalau bukan tetangga? Kata Rasulullah, bila kau mengimani Allah dan Hari Akhir, maka  berbaik-baiklah kepada tetangga.  

Adalah Rasulullah yang bila Sayyidah Aisyah memasak, beliau akan berkata, "Lebihkan kuahnya, karena kita akan berbagi masakan pada tetangga." Lebih jauh lagi, Rasulullah bahkan mengingatkan umatnya agar tidak meninggikan rumah hingga membuat sirkulasi udara rumah tetangga menjadi terganggu.  

*** 

Hanya saja, selalu meminta air pada tetangga membuatku sungkan. Jadi aku berinisiatif servis-kan pompa air ke tukang servis. Setelah diservis, seminggu dua minggu, air mengalir lancar. Namun pada minggu ketiga, pompa kembali bermasalah. Kadang air mengalir, kadang tidak sama sekali.  

Aku coba telepon pemilik rumah, tapi ternyata nomornya sudah tak aktif. Mau samperin rumahnya, tapi aku tak tahu alamat dia.  Repot bener jadi kontraktor.  Aku benar-benar bisa merasakan bagaimana susahnya hidup tanpa air.  

Suatu pagi empat hari lalu, ketika semalaman air tak  keluar dan hanya mengandalkan air sisa kemarin, istri memperingatkanku,  "Abang, mandinya dua gayung saja loh ya? Biar hemat."

"Loh, mana bisa mandi dua gayung doang, Neng?" aku protes.  

"Bisa! Segayung pertama buat basahin badan, terus sabunan sama sampoan. Abis itu bilas deh rambut dan badan Abang pakai air gayung kedua."

 Enak banget ngomongnya emak-emak ini. Okelah aku coba.  

"Oh iya, Bang. Gak usah beol loh, ya. Ntar abis airnya buat cebok."  Istri mengingatkan sebelum aku masuk kamar mandi.  "Aku tungguin Abang di depan kamar mandi. Biar gak nakal ngelebihin air." 

"Iya iya," ucapku sewot.  

Aku masuk kamar mandi, kemudian mempraktekkan teori 'dua gayung' milik istri.  

 ==== 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun