Mohon tunggu...
Fitrah Ilhami
Fitrah Ilhami Mohon Tunggu... Musisi - Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, seorang guru

Penulis buku, personil nasyid Fatwa Voice, guru, dengan situs blog: fitrahilhamidi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagi, Banser Berulah Lagi

23 Oktober 2018   05:42 Diperbarui: 23 Oktober 2018   05:48 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Kali ini mereka berani membakar bendera berkalimat Tauhid, di Garut.  Tindakan konyol yang membuat umat Islam tersinggung, dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Merusak kegembiraan perayaan Hari Santri Nasional.

Mengapa kukatakan konyol? Karena Banser melakukan sesuatu yang melampaui kewenangan mereka. Dan ini bukan hanya terjadi sekali, tapi berkali-kali.

Tindakan kontroversial yang dilakukan Ansor dan Banser, seperti membubarkan pengajian, mengadakan Bantul Masail dan mengeluarkan fatwa sendiri, telah mendapat pertentangan bukan hanya dari ormas Islam lain, bahkan dari kalangan Nahdiyin sendiri.

Dan kritik terhadap Ansor sekaligus Banser pernah dilontarkan oleh Gus Muzammil, pengasuh pondok pesantren Ma'arif NU, Bantul, pada saat menghadiri kajian 'Padang Mbulan' - nya Cak Nun di Jombang setahun lalu.

"Oke, Ansor. Kita harus tahu dulu apa posisi Ansor di sebuah organisasi besar bernama Nahdlatul Ulama ini," begitu Gus Muzammil memulai diskusi.

"Jadi begini, dalam organisasi NU, terdapat divisi Syuriah dan Tanfidziyah. Divisi Syuriah berisi para ulama. Harus ulama, harus orang yang paham ilmu agama. Karena Syuriah inilah yang nanti membuat fatwa  lewat forum yang disebut Bathsul Masail. Sedangkan Tanfidziyah bertugas sebagai pelaksana fatwa dari Syuriah tersebut."

Penjelasan berlanjut,

"Nah, biar pelaksaan atas keputusan Syuriah berjalan lancar, maka butuh pemuda-pemuda gesit sebagai pengawal fatwa para ulama. Itu sebabnya NU membentuk  Gerakan Pemuda Ansor, anak organisasi NU yang khusus mengurusi kepemudaan. Kalau di Muhammadiyah ada Pemuda Muhammadiyah, di NU ada GP. Ansor."

"Jadi aneh banget ketika kemarin GP. Ansor ber-Bathsul Masail sendiri, lalu buat fatwa sendiri."

Ucapan Gus Muzammil tersebut mengacu pada tindakan GP. Ansor yang mengadakan rapat internal menjelang Pilgub DKI Jakarta setahun lalu, kemudian mengeluarkan fatwa: 'Memilih Pemimpin Non Muslim Hukumnya Sah/ Boleh. Karena kelayakan seorang calon pemimpin diukur dari kemampuannya melaksanakan tugas dalam melayani masyarakat.'

Fatwa dari GP.  Ansor tersebut segera mendapat tanggapan dari KH. Maimoen Zubair, Sarang,

"Menyikapi keputusan Bathsul Masail GP. Ansor, kami sepakat dengan wakil Ro'is Aam PBNU, KH. M. Miftahul Akhyar, bahwa 'Perkara yang Sah, itu belum tentu halal' . Bahkan lebih tepatnya, ketika Non Muslim dipaksakan terpilih menjadi pemimpin, maka berarti statusnya bukan sah, tetapi disahkan karena darurat. Kecuali calonnya adalah penista agama, maka jelas tidak sah, karena melanggar undang-undang. Jadi tidak ada jalan lagi bagi warga muslim Jakarta, kecuali memilih Paslon yang keduanya muslim." (KH. Maimoen Zubair)

Gus Muzammil lantas melanjutkan, "Lah, kalau kayak gini ini, Ansor buat fatwa sendiri ini namanya apa? Gak nggenah, kan. Ansor itu underbow-nya NU, harusnya manut sama fatwa Ulama NU. Ini kok malah buat fatwa sendiri. Gak beres ini. Ibarat tangan pada tubuh, Ansor bergerak tanpa perintah dari otak. Gak boleh harusnya. Ngawur ini. Nah, kalau Ansor saja gak boleh ngambil tindakan tanpa arahan ulama Syuriah apalagi BANSER?"

Seketika terdengar gelak tawa dari jamaah Maiyah-nya Cak Nun.

"Loh, iya kan? Banser itu singkatan Bantuan Serbaguna. Posisi mereka itu satu tingkat di bawah Kodim, satu tingkat di atas Hansip."

Suara tawa makin membahana.

"Iya. Banser itu tugasnya cuma bantu-bantu kalau NU punya acara," Gus Muzammil berhenti sejenak. "Beberapa saat lalu rumah saya didatangi Wakapolres Bantul. Beliau bilang, 'Maaf Kyai, njenengan sedang dilaporkan oleh Banser.' Loh, atas dasar apa saya dilaporkan? Atas dasar postingan Kyai di fesbuk, jawab Wakapolres. Oh, oke. Saya katakan ke beliau, 'Pak, kalau begitu lanjutkan kasus ini sampai ke pengadilan. Jangan dihentikan. Saya pingin tahu Banser yang mana yang berani ngelaporin saya."

Kalimat terakhir Gus Muzammil langsung mendapat respon jamaah, "Ciyeeee."

"Bener, toh? Saya ini orang NU tulen. Punya pesantren. Kok Banser berani ngelaporin saya ke polisi. Kalau saya punya salah ya dimaafkan, toh. Masa' Ahok yang berani bentak-bentak Kyai Ma'ruf Amin di pengadilan saja dimaafkan sama Banser, kenapa saya nggak dimaafkan?"

"Ahok itu sudah kasar ke Kyai Ma'ruf Amin, eh, Banser malah bilang, 'Ya udah, dimaafkan.' Kalau gitu ngapain Banser dilatih silat Pagar Nusa? katanya sudah latihan ilmu kebal? Kok gampang banget memaafkan orang yang sudah menghina Kyai kita. Terus kapan ilmu silatnya digunakan kalau gitu? Udah berhenti saja ikut silat. Bubar. Bubar."

"Hahahaha... " jamaah terpingkal-pingkal.

See, nampak sekali bahwa internal Ansor dan Banser ini sudah gak beres, sampai mendapat kritikan sepedas itu dari kalangan mereka sendiri.

Kita juga melihat, tingkah Ansor dan Banser ini sudah beberapa kali melampaui kewenangan mereka sebagai anak organisasi NU. Mereka bukan polisi, bukan pula tentara. Cuma sekedar underbow-nya NU. Jadi tindakan mereka yang seolah-olah penegak hukum itu bisa jadi masalah di masyarakat.

Jadi berhenti sweeping-sweeping bendera tauhid. Berhenti pula bubar-bubarin pengajian setelah itu lanjut dangdutan. Berhenti. Kalian tak berhak sedikit pun melakukan hal itu karena kalian bukan penegak hukum.

Kalian mengaku cinta NKRI, kami pun sama. Kalian muslim, kami juga demikian. Syahadat, sholat, dan Nabi kita sama persis. Bukankah sangat jelas Al-Quran menjelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap pada sesamanya,

"Mereka adalah kaum yang sangat lemah lembut terhadap sesama muslim, namun tegas terhadap kafir yang memusuhi Islam."

Jadi mulai malam ini, berhenti bersikap arogan dan jangan bertindak sesuatu yang berpotensi melukai hati umat Islam dengan terus-terusan mempersoalkan kalimat Tauhid. Apalagi berani membakarnya.

Karena kau pasti takkan mau saat mati nanti,  bukan kalimat "Laa Ilaa Ha Illallaah' yang tertulis di kain penutup keranda mayatmu, melainkan tulisan,

"JUAL BATU AKIK MURAH. MINAT INBOX"

***

Surabaya, 23 Oktober 2018

Fitrah Ilhami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun