Mohon tunggu...
Fitrah Al  Sidiq
Fitrah Al Sidiq Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa

Memberi dan menerima yang baik-baik

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Melewati Quarter Life Crisis ala Fahd

19 Desember 2019   14:16 Diperbarui: 23 Desember 2019   13:55 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Quarter Life Crisis atau 'krisis perempat usia' secara sederhana, bisa dipahami dengan rasa galau yang timbul di antara rentang usia awal dua puluhan hingga usia pertengahan tiga puluhan. Dalam masa ini kebanyakan kita akan risau akan hidup, akan gundah menjalani hidup, misalnya dengan bertanya mau di bawa ke mana hidup ini, mau berbuat apa nanti, mau jadi apa ke depannya.

Rentang usia ini yang oleh Alex Fowke disebut sebagai periode ketidakpercayaan diri, keraguan, dan kekecewaan tentang hal-hal seputar karir, hubungan, kondisi financial dan lain sebagainya.

Konon, keberhasilan menghadapi dan melewati fase inilah yang akan menjadi modal setiap orang untuk menyonsong masa depannya dengan gemilang dan bahagia (Kata Pengantar Fahd). Jadi, barangsiapa yang gagal menangani quarter crisis life maka akan crisis masa depannya. Baik segi keuangan maupun karir dan lain-lainnya.

Dalam buku terbarunya 'Muda. Berkarya. Kaya Raya.' Fahd mencurahkan perjalanan hidup semasa kecil hingga dewasa. Buku dengan 336 halaman terbagi menjadi sepuluh bagian, dengan 5 atau 6 cerita di tiap bagiannya.

Ditulis untuk masa kecilnya yang pernah merasakan bagaimana diremehkan, diinjak-injak, dikucilkan dan dibuang, yang tersimpan menjadi kemarahan seiring pertumbuhannya.

Ibu yang menangis, ayah yang murung, dan adik yang ketakutan ketika seseorang datang mengobrak abrik rumahnya menagih utang, sering terbayang-bayang di kepalanya.

Kini, ia terpaksa menyebut 'kenangan' itu dengan satu kata. Pembalasan. Hidup ini berat, balas dendam adalah sebuah hal yang menyenangkan. Kata Fahd. Ia tau bahwa dendam dan marahnya harus dibayar di kemudian hari. Ia harus melakukan sesuatu untuk membalasnya. Ia rajin.

Tersebab luka ia punya tujuan untuk sembuh. Tersebab dendam ia selalu punya pikiran untuk membalaskannya. Ia sadar, barangkali karena nasib buruk ia jadi punya kesempatan untuk menemukan nasib baik. Tersebab orang-orang melemparnya dengan batu bata ia bisa membangun rumah.

Bagian 1 dalam buku itu berjudul Taruh Hatimu di Puncak Gunung. Sebelum kita membaca isi bagiannya lebih lanjut, penulis selalu menyuguhkan semacam kata-kata mutiara. Misalnya seperti hati yang tersimpan di puncak gunung tak akan merasa lelah karena yang lelah adalah tubuh yang mendaki. Hati yang tersimpan di puncak gunung tak akan terbakar karena yang terbakar adalah hutan-hutan yang kita jelajahi selama memperjuangkan mimpi. Hati yang tersimpan di gunung tak akan tergelincir karena yang tergelincir adalah tindakan dan pilihan (yang bodoh) yang kita buat.

Bagian 2. Mulailah dari Akhir. Berkebalikan dengan yang selama ini kita anut. Dari segi katanya juga sudah 'menggelikan'. Bagaimana memulai dari akhir. Biasanya memulai ya dari awal. Namanya aja mulai. Hehe.

Tapi maksudnya adalah mengakhiri karir yang berstatus PNS menjadi pengusaha. Fahd mundur dari PNS pada tahun 2014. Alasannya memilih jadi pengusaha. Februari 2017 adalah rapat pertamanya di perusahaan. Menerima penghargaan Outstanding Young Alumni Award dari Australia Award dan Australia Global Alumni pada tahun 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun