Setiap akhir tahun, orang beramai-ramai membicarakan tentang resolusi. Akhir tahun menjadi waktu yang tepat bagi setiap orang dalam menyusun program pribadi satu tahun kedepannya, meskipun sebenarnya resolusi tidak saja di akhir tahun.Â
Bisa saja daftar resolusi dibuat di akhir bulan. Tentu resolusi untuk satu bulan di depannya. Namun dari pada itu yang terpenting adalah punya resolusi atau target-target kedepannya yang harus dicapai karena tidak punya resolusi sama dengan tidak punya tujuan tertentu atau dengan kata lain menjalani hidup seadanya.
Resolusi tersebut kerap dikaitkan dengan target pencapaian seperti finansial, jika pendapatan rata-rata 4-5 juta per bulan maka di tahun depan target itu menjadi 6-7 juta perbulan. Sebagian kita ada yang memfokuskan target soal prestasi, misalnya dengan menargetkan juara 1 kelas atau pada ajang perlombaan. Ada juga resolusi tentang pacar, jodoh, dan soal hati lainnya.
Sebelum jauh-jauh membicarakan soal resolusi, penulis mencoba mengartikan kata resolusi dengan merujuknya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam KBBI, resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasa berisi tentag tuntutan suatu hal.Â
Ketika kita menghubungkan dengan konteks tahun baru, penulis mencoba mengambil kesimpulan bahwa resolusi adalah keputusan yang tertancap dalam hati berupa harapan dan dalam waktu tertentu harapan tersebut dapat terealisasi atau terwujud.
Mengutip Wikipedia, resolusi tahun baru merupakan tradisi sekuler yang pada umumnya terdapat di dunia Barat, tetapi juga bisa ditemukan di dunia belahan lainnya, seperti Indonesia.Â
Asal muasal resolusi sebagaimana yang terdapat pada Wikipedia, penduduk Babilonia kuno berjanji kepada para dewa yang mereka sembah setiap awal tahun bahwa mereka akan mengembalikan semua benda-benda yang telah mereka pinjam dan membayar utang mereka.Â
Bangsa Romawi memulai awal tahun dengan berjanji kepada dewa Janus, yang namanya diabadikan menjadi nama bulan Januari. Pada Abad Pertengahan para kesatria mengucapkan "sumpah merak" pada akhir musim Natal setiap tahunnya untuk menegaskan kembali komitmen mereka sebagai kesatria.
Di Indonesia tradisi resolusi di pergantian tahun juga tak kalah ramainya. Ramai-ramainya tampak jelas ketika kita melihat ke jejaring sosial media, media massa ataupun blog-blog pribadi. Jika kita googling, ada kisaran puluhan tulisan yang berkaitan dengan resolusi tahun baru.
Diantaranya ada yang membuat dengan judul-judul fantastis, menarik, atau memikat, misalnya tribunnews.com yang menulis '10 Resolusi Baru 2019 yang Harus Kamu Terapkan, Tahun Baru Fix Jadi Pribadi yang Lebih Baik'.
Isi atau buah resolusinya pun bermacam-macam, ada yang unik dan ada juga yang di luar biasanya, misalnya mojok.co yang menulis '8 Resolusi Tahun Baru Anti-Maenstream dan Anti Gagal Ala Mojok', salah satunya ialah viral karena zaman sekarang ini viral menjadi salah satu tujuan hidup bagi sebagian orang.