Mohon tunggu...
fitrah amalia
fitrah amalia Mohon Tunggu... Diplomat - student

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi yang Tepat sebagai Salah satu Prinsip Diplomasi Moral

2 November 2019   06:42 Diperbarui: 2 November 2019   06:46 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketidakakuratan intelektual biasanya sering lahir dari kesalahan pada ucapan, juga lahir dari ketidaksukaannya untuk menghadapi fakta yang tidak enak, serta ketidak-mampuannya untuk mengalami dan beraksi pada sejumlah bentuk dan tingkatan realitas yang berbeda pada saat yang sama. Diplomat-diplomat terpandang, dikenal kesalahannya karena ketidakakuratannya. Kita lihat misalnya Bjorkoe, Buchlau, Thoiry, Stressa dan Munich, untuk melihat dengan sadar bagaimana sebuah bangunan damai bisa runtuh disebabkan oleh adanya perkataan yang tidak jelas yang ternyata menutupi substansi kata yang sebenarnya. Memori adalah teman yang sangat elusif (sukar dipahami), dan jangan sampai dipercayai dalam waktu yang lama. Setiap percakapan, usaha dan perbuatan, juga setiap perkataan yang diungkapkan kepada seseorang hendaknya segera ditulis pada saat itu juga.

Kebiasaan dalam menulis semua komitmen, meskipun mungkin tidak menyenangkan untuk beberapa saat, akan memberikan manfaat yang sangat besar. Rasulullah sendiri adalah sosok yang tidak bisa menulis, namun demikian Rasulullah dalam setiap kesempatan selalu menegaskan agar semua transaksi dan kesepakatan segera ditulis. Kita telah bahas sebelumnya bagaimana Islam menekankan agar segala hal yang bersifat kontraktual ditulis dengan rapi. Ini hal yang sangat indah, ketika Islam mengharuskan untuk segera menulis setiap perjanjian.

Ini bukan saja banyak menyelesaikan masalah-masalah pelik yang menyangkut dunia, namun juga merupakan perintah agama, bahkan semua transaksi kita sehari-hari selalu berada di hadapan Tuhan. Dan jika kita berhasil untuk menipu-Nya, sebab dia tahu semua apa yang ada pada kita bahkan apa yang terlintas dalam otak kita. Allah telah mewajibkan penulisan dalam setiap kontrak, kecuali jika transaksi itu berlangsung dan selesai di tempat.

Lalu bagaimana dengan ketidak-akurasian moral? Ketidak-akuratan moral ini mengambil berbagai bentuk. Untuk menganalisa satu situasi dengan menuliskan sebuah laporan dengan mengambil model Delphi yang mengatakan: "Heads I win, tails you lose (pribahasa yang berarti : Apapun yang terjadi sayalah yang menang adalah sebuah bentuk berita tertulis yang tidak mengikat) hanya akan mengelak dari tanggung-jawab. Kesepakatan seperti ini hanyalah menggambarkan bahwa kesepakatan itu lahir dari rasa ketidakpercayaan diri terhadap kebijakan yang diambil.

Salah satu contoh positip dari perilaku moral yang tidak benar pada seorang diplomat adalah asumsi bahwa seorang diplomat harus menjalankan semua yang diinstruksikan negaranya, meskipun dia sadar bahwa instruksi tersebut tidak semuanya dia sukai, karena ia melihat bahwa komunikasi yang benar dan jujur hanya akan merusak nama negaranya, dan karena dia sebagai utusan, maka dia saat itu harus berusaha untuk memaksakan sebuah misi yang harus dia sampaikan.

Dua kasus di atas diliputi dengan kekurangpercayaan diri terhadap integritas moralnya. Keduanya lahir dari lemahnya karakter yang mengedepankan kecintaan terhadap oportunisme daripada kecintaananya kepada kebenaran. Pendekatan yang hanya berdasarkan instruksi seseorang sangat jauh sekali dengan prinsip-prinsip fundamental diplomasi Islam. Tatkala Rasulullah menerima risalah -satu misi yang sangat tidak enak untuk disampaikan- ketika beliau menerima amanah itu, beliau tidak berusaha untuk lari dari tanggung jawab atau mencari evasi dari yang telah ditugaskan.

Tatkala beliau menerima instruksi untuk menyampaikan apa yang beliau terima, beliau langsung pergi ke bukit Shafaa dan menyampaikan apa yang diperintahkan. Beliau memang gagal menyampaikan misi yang diinginkan, namun dengan melakukan itu beliau telah mencatat sebuah kemenangan. Tak ada satu jiwa pun yang berkumpul di bawah bukit itu yang mengingkari integritasnya, mereka semua menyatakan kesaksiannya akan kecintaan Rasulullah kepada kebenaran, meskipun tak scorang pun menerima kebenaran yang beliau sampaikan. Segera setelah kegagalannya itu datang sebuah perintah untuk mengajak dan menegur keluarga-keluarga terdekatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun