Manusia diberikan akal sebagai jalan untuk mengenal penciptanya. Salah satu cara untuk mengenal pencipta adalah dengan mengenal ciptaan-Nya dan merenungi tentang penciptaannya. Karena tiada satu makhluk pun yang diciptakan tanpa tujuan. Tulisan ini mencoba untuk mengintegrasikan antara Al-Qur'an dan sains melalui pembentukan mutiara pada tiram mutiara. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari proses terbentuknya mutiara tersebut.Â
Dasar berpikir
Dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 190 -191 Allah berfirman yang artinya :Â
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka."
Quraish Shihab dalam tafsir Al Misbah menjelaskan bahwa ayat ini mengundang manusia untuk berpikir, karena sesungguhnya dalam penciptaan matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang terdapat di langit dan perputaran bumi pada porosnya, yang melahirkan silih bergantinya malam dan siang, baik dalam masa maupun dalam panjang dan pendeknya terdapat tanda-tanda kemahakuasaan Allah bagi ull-albb, yakni orang-orang yang memiliki akal yang murni. Mereka adalah orang yang terus-menerus mengingat Allah, dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi apapun. Obyek zikir adalah Allah, sedangkan obyek akal pikiran adalah seluruh makhluk ciptaan-Nya. Akal diberi kebebasan seluas-luasnya untuk memikirkan fenomena alam, dan terdapat keterbatasan dalam memikirkan zat Allah.
Hal ini sejalan dengan sebuah hadist Hasan yang menjelaskan "Rasulullah melihat suatu kaum, maka ditanya: "Mengapakah kamu?" Jawab mereka: "Kami sedang memikirkan zat Allah. Maka Nabi bersabda: "Berpikirlah (perhatikanlah) makhluk Allah, dan jangan memikirkan zat Allah, maka sungguh kamu tidak dapat memperkirakannya (menjangkaunya), atau membatasi kebesaran-Nya." (H.R Abu Nu'aim dari Ibnu Abbas).
Bersandar dari Qur'an dan hadits di atas, maka sudah jelaslah bahwa kita diperintahkan untuk berpikir. Berpikir di sini konteksnya adalah tentang makhluk Allah. Dimana dari proses berpikir ini kita akan mendapatkan pelajaran sehingga sampai pada kesimpulan bahwa tiada satu makhluk pun yang sia-sia penciptaannya.Â
Proses Pembentukan MutiaraÂ
Salah satu makhluk yang Allah ciptakan dan dapat diambil pelajaran darinya adalah tiram mutiara. Tiram mutiara termasuk kedalam filum Moluska, kelas bivalvia. Tiram mutiara dapat ditemukan di laut maupun air tawar, hidup menempel pada karang atau substrat berpasir di kedalaman berkisar antara 10 sampai 75 meter. Keunikan dari hewan ini adalah dapat menghasilkan perhiasan berupa mutiara. Hal ini sejalan dengan firman Allah yang mengatakan :
"Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai." (Q.S An-Nahl : 14).Â
Sejatinya, mutiara yang dihasilkan oleh Tiram mutiara merupakan hasil dari bentuk pembelaan diri dari benda asing. Tiram mutiara hidup di lautan sehingga berpotensi terserang benda asing seperti pasir, serpihan cangkang, dan benda padat lainnya yang masuk ke dalam tubuh tiram sehingga dapat menganggu kehidupannya.Â
Benda asing tersebut masuk melalui celah cangkang yang terbuka dan menuju ke bagian di antara cangkang dan mantel. Kemudian, tiram mutiara akan merespon benda ini sebagai ancaman yang berpotensi melukai tubuhnya. Oleh karena itu, tiram mutiara mengeluarkan secret dari kelenjar nakre yang dihasilkan di lapisan hipostrakum. Zat nakre ini mengandung kalsium karbonat dalam bentuk kristal aragonite dan kalsit, serta protein yang membentuk zat conchiolon yang berfungsi sebagai lem perekat. Lapisan-lapisan kalsium karbonat dan protein inilah yang membentuk lapisan Mutiara di sekitar benda asing tersebut. Seiring waktu, lapisan nakre terus terbentuk dan perlahan memisah dari bagian tubuh kerang sehingga terbentuklah mutiara yang utuh.
Pelajaran bermakna
Pelajaran yang dapat dipetik dari proses terbentuknya mutiara adalah bersabar atas masalah yang diberikan Allah. Benda asing yang masuk ke dalam tubuh tiram mutiara diibaratkan sebuah masalah yang datang. Karena ia menyakiti tubuh tiram mutiara. Masalah dalam konteks tiram mutiara ini merupakan qada yang tidak dapat dikendalikan oleh dirinya, sebab sudah menjadi ketetapan Allah. Namun, tiram mutiara tidak menutupi diri dari masalah tersebut, bahkan dia hidup berdampingan dengan masalah tersebut. Tiram mutiara dengan sabar melapisi benda asing itu dengan zat nakre yang ada dalam lapisan cangkangnya. Zat nakre sebagai solusi atas masalah tersebut. Sehingga terbentuklah mutiara yang indah serta bernilai ekonomis tinggi.
Dari tiram mutiara dapat diketahui bahwa Allah menciptakan makhluk-Nya dengan teliti, tiada kesalahan, sesuai kadarnya masing-masing. Dia tidak hanya menciptakan, melainkan juga menyempurnakan ciptaan-Nya. Allah menciptakan tiram mutiara dan menyempurnakannya dengan zat nakre sebagai pertahanan diri.
Sebagai manusia, kita haruslah dapat bersikap seperti tiram mutiara. Ketika masalah datang dan tidak bisa dicegah, sikap terbaik adalah menerima masalah tersebut dan bersabar dalam menghadapinya. Karena tidak satupun makhluk yang luput dari masalah. Sebagaiman firman-Nya yang artinya: "Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Q.S Al-Baqarah : 155).Â
Selain itu, kita tidak boleh menilai masalah yang datang sebagai bentuk ketidaksukaan Allah pada kita. Karena kita tidak mengetahui maksud di balik masalah tersebut. Bisa jadi suatu hal yang tidak kita sukai, menyimpan sebuah kebaikan di dalamnya. Begitupun dengan masalah yang terasa berat, pasti akan datang hal baik yang sedang menanti. Jangan pula merasa cemas dan khawatir terhadap masalah yang menimpa kita. Karena Allah berjanji, bahwa setiap ujian yang diberikan tidak akan melampaui batas kesanggupan hamba-Nya. Selain itu, yakinlah bahwa setiap masalah itu tidak akan berlangsung lama. Sebab, Allah berjanji setiap kesulitan pasti ada kemudahan menyertainya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI