Mohon tunggu...
Fidelis R. Situmorang
Fidelis R. Situmorang Mohon Tunggu... -

Tuan Ringo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan sayang?

26 Oktober 2010   10:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:05 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir dari kehidupan adalah misteri bagi setiap orang. Kita tidak tahu kapan dan bagaimana hidupnya akan berakhir. Tapi itu tidak berlaku bagiku. Aku tahu kapan hidupku akan berakhir, dan bagaimana hidupku akan berakhir. Bagiku ini terasa sangat menyedihkan sekaligus menakutkan. Aku tidak tahu harus mengatakan apa tentang hal ini. Aku juga tak tahu apakah aku harus membenci ayahku yang menyebabkan aku harus mengalami hal ini, padahal aku sangat menyanyanginya. Atau mungkin Tuhan sangat menyanyangiku hingga ia ingin aku segera tinggal di dalam rumahnya. Tapi yang jelas aku sangat takut menghadapi ini semua. Jantungku sering berdebar kencang dan perutku sering terasa mual karenanya.

Sayang,

Berdoalah untukku supaya aku diberi kekuatan untuk menghadapi ini semua. Sungguh akhir-akhir ini aku ingin kamu ada di sini untuk menemaniku. Menemaniku sebagai seorang kekasih yang memberikan pelukan perlindungan yang hangat ketika rasa takut itu datang, agar aku bisa membenamkan wajahku di dadamu sampai aku dapat tertidur dengan tenang.

Sayang,

Bukankah Allah yang memiliki hidup? Jika sekiranya Ia mengijinkan aku hidup lebih lama lagi, aku ingin hanya dirimulah yang menemaniku di seluruh masa hidupku. Tapi jika tidak, aku ingin wajahmu ada dekat di mataku supaya aku bisa membawa gambar wajahmu saat memasuki rumah Tuhan.

Sudah dulu ya, sayang. Aku bersyukur mampu menuliskan surat ini kepadamu. Sungguh suatu anugerah kalau aku ternyata bisa merasakan jatuh cinta kepadamu di saat seperti ini.

NB : Aku titip ayah ya... Anggaplah dia sebagai orang tuamu sendiri.

Catatan :

* Yefta adalah orang Gilead yang memerintah sebagai hakim atas orang Israel. Ketika Menjadi Panglima perang, ia bernazar kepada Tuhan, jika ia memenangkan peperangan melawan Bani Amon, maka apa yang keluar dari pintu rumahnya ketika ia pulang berperang akan diserahkan kepada Tuhan sebagai korban bakaran.

** Ketika Yefta pulang ke rumahnya, putri tunggalnyanya keluar menyambut dia dengan memukul rebana dan tarian. (Hakim-Hakim 11 : 34)

*** Yefta melakukan apa yang dinazarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun