Mohon tunggu...
Fitka Sari
Fitka Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Perangkai Kata

Marriage isn't even on my list!

Selanjutnya

Tutup

Hobby

"Kongkow" Bareng Juri Cipta Puisi FLSSN 2024 (Budi Sardjono, Latief EnR, Tedi Kusyairi)

25 April 2024   21:32 Diperbarui: 28 April 2024   07:47 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau bukan karena diutus MGMP di kotaku menjadi panitia FLSSN, mungkin aku tak akan pernah bisa bersua dengan mereka, penulis-penulis hebat yang menjadi juri. Sebagai seorang introvert, awalnya tugas ini membebaniku. Aku bertugas menyambut juri, menyilakan mereka masuk ke ruang transit dan mengajak mereka ngobrol sampai tiba waktunya lomba dimulai. 

Sesepele itu sebenarnya. Tapi, ah..untung saja ada tugas dadakan. Aku diminta cek ke ruangan lomba baca dan cipta puisi yang dijaga anak-anak OSIS.  Ruang yang tidak bisa dikatakan dekat membuatku wara-wiri. Ruang lomba baca puisi di lantai 2 sebelah timur, dan ruang cipta puisi di pojok kelas sebelah barat daya lantai 1. Tapi karena tugas baru itu, tugasku untuk "nyambut juri" dihandle panitia lain yang tak lain ketua MGMPku.

Lomba dimulai setelah acara pembukaan selesai. Juri masuk ke ruangan yang aku tungguin. Aku cukup bersalaman, para juri lantas bergegas  mengumumkan tema puisi yang harus dibuat anak-anak.  Selama menunggu proses cipta puisi yang diberi waktu 4 jam, aku berkesempatan mengobrol satu-satu dengan juri. 

  Pak Budi Sardjono, juri pertama yang paling senior. Ini kedua kalinya kami berkesempatan bertemu setelah sebelumnya beliau mengisi materi Penulisan Drama dalam MGMP kami. Seorang penulis yang saat kutanya sudah berapa buku yang terbit, beliau menjawab "cuma" 70-an buku. Waw! 70-an buku dan beliau bilang "cuma", aku tergelak.  

Tips dari beliau saat kutanya bagaimana bisa ide tidak habis, "Jalan-jalan, jangan di rumah saja. Gimana ide muncul kalau cuma liat langit-langit kamar," ujarnya. Aku kembali tergelak. Baliau seakan bisa membaca pikiranku yang selepas kerja hanya rebahan di kamar.  

Saat beliau tahu dari mana asalku, beliau menjawab, "Wisata di daerahmu lebih kaya dari Sleman. Main-mainlah, dan buat tulisan,"ujarnya.

 Aku menyanggah. Kukatakan semua hal mengenai tempat yang ada di muka bumi ini nyaris sudah pernah ditulis orang.
"Itu bisa benar, tapi yang membedakan sudut pandang. Cari sudut pandang yang lain," ucap beliau.

Selain bercerita tentang Watu Lumbung dan Cantelan atau (Sergoum?), beliau membicarakan mahalnya pementasan drama. Itu bisa disiasati dengan "Dramatic Reading" seperti monolog, tetapi bisa dua atau tiga orang. Tidak banyak biaya, yang penting vocal dan penghayatan kuat (matang?). 

Saat kutanya apa buku-bukunya dalam bahasa Indonesia atau Jawa, beliau menjawab dua-duanya. "Suka bacaan Jawa?" "Lumayan, Pak. Dulu rajin menulis di Djaka Lodhang, "jawabku.  "Tak kasih bukuku mau?" ah dan sekejap, buku ini menjadi milikku. Hehe..makasih pak! Ini kaya kado aja karna kebetulan aku ultah bulan ini.

Dokpri Fitka 
Dokpri Fitka 

Juri kedua, Pak Latief dari Kedaulatan Rakyat. Memegang 7 rubrik (Kuliner dan apa aja lupa wkwk). Aku terlalu terpana pada bagian rubrik Minggu Pagi yang melebur dan dalam pikiranku bertanya bagaimana cara mengisi rubriknya. Bukan karena aku suka menulis cerita, hanya saja lucu mengajarkan cerpen dan drama tapi tidak punya karya cerpen dan drama yang dimuat di media haha..

Dengan baik hati, beliau meminta kontakku dan mengirimkan contoh-contoh karya yang dimuat di KR dalam 500 kata.  beliau bercerita tentang betapa dekatnya beliau dengan UNY (beberapa dosen ternyata teman beliau. Beberapa nama mahasiswa disebut dan beberapa aku mengenalnya (Sukma dan Eko Triono), yah meskipun mereka tentu tak mengenalku balik. hehe...

Beliau bercerita sedikit tentang Prof.Suminto dan kabarnya sekarang. Bercerita tentang beliau yang menjadi juri di FLSSN Sleman dengan bidang lomba yang berbeda (musik?).  Beliau bertanya tentang apakah aku sudah punya anak, dan kujawab aku tak mau menikah.

Saat ditanya kenapa, aku pura-pura mendatangi meja pendaftaran yang dijaga anak-anak, yang kebetulan, ada orang-orang Baldik kebingunan mencari tandatangan, haha..Mana bisa kuceritakan betapa aku tak ingin menikah, karena aku memilih melajang dengan 1001 alasan yang tak akan habis jika kuceritakan dalam sekali duduk begini, apalagi baru sekali bertemu. Dikira sok akrab. Bisa-bisa ceritaku dibuat berita dan terbit di KR. Kan "cotho", haha..

Juri ketiga, Pak Tedi atau bang Tedi Kusyairi. Redaktur majalah Mentaok. Koordinator #SelasaSastra. Seorang penggiat Sastra  Ini pertemuan kelimaku dengan beliau. Pertama, beliau jadi Narsum di kantorku. Kedua, jadi narsum di MGMPku, 2 x. Keempat saat bersua di rumah Budaya Tembi untuk sekolah sastra Una Uni. Dan saat ini, di ajang FLSSN beliau sebagai Juri. 

Dokpri Fitka
Dokpri Fitka

Ada sedikit kejadian memalukan. Aku lupa bahwa juri belum makan siang haha..Dan Bang Tedi membisikiku, bertanya apa ada makan siang haha..Tergopoh-gopoh aku menelepon ketua MGMPku, setelah sebelumnya aku WA, apa ada makan siang buat juri, tapi pesanku tanpa balasan. Untungnya semua bisa teratasi.
Terima kasih semua, semoga bisa bertemu kembali di lain kesempatan :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun