Dia menolaknya dengan menggeleng kecil.
"Aku tahu pernikahan akan semembosankan itu, makanya aku tidak ingin menikah."
Dia menaruh daging yang matang di piringku.
Mungkin alasanku tergila-gila padanya karena jalan pikirnya yang unik. Untuk menghindari kebosanan dia tidak ingin terikat. Dan memang kebosanan bukan yang mudah dijalani. Dia dekat denganku tapi akan dengan mudah membuangku. Menikahinya akan membuatnya selalu berada di dekatku. Itu yang selalu kupikirkan.
Dia sangat lihai mengaduk-aduk perasaanku.
 Kini, matahari sudah hampir tenggelam. aku sengaja tidak pesan makan di kantor. Aku menunggunya menghubungiku. lapar yang tak tertahan tak mengalahkan rinduku padanya yang tak juga berkabar.
Aku benar-benar merindukan hangat bibirnya yang semalam mengecupku saat berbisik, "Kagumi aku, tapi aku bukan barang yang bisa dimiliki orang." Aku merasa aku benar-benar gila.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H