Mohon tunggu...
Fithri Dzakiyyah
Fithri Dzakiyyah Mohon Tunggu... -

Fithri Dzakiyyah Hafizah, aktif dalam beberapa gerakan perdamaian, di antaranya sebagai trainer resmi Peace Generation Indonesia, sekretaris di sebuah organisasi kepemudaan Indonesia, Youth Studies Institute, dan sekretaris di sebuah organisasi Islam, Gerakan Islam Cinta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Teknologi, Jurassic, dan Strategi Licik

23 Desember 2016   12:19 Diperbarui: 26 Desember 2016   13:11 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga akhirnya, modifikasi yang merupakan bentuk lain dari ketidakaslian atau kepalsuan itu berhasil menarik kepercayaan banyak massa. Laman yang berpura-pura asli ini menjadi sarana memadai untuk melancarkan strategi yang licik. Semakin lama, popularitas laman ini semakin besar, semakin memikat, seperti puncak keemasan bisnis taman Jurassic World tadi. Laman itu semakin banyak pengikutnya, semakin banyak pendukung, semakin banyak pembela, termasuk penyumbang dana.

Namun, sang pencetus tidak menyadari bahwa gelombang kepalsuan yang mereka buat ini semakin besar, semakin menggulung-gulung, dan akan sangat berbahaya dampaknya kemudian. Mereka masih menganggap keramaian itu sebagai sebuah keuntungan besar yang mendatangkan keberhasilan. Hanya keuntungan yang sejauh ini ada dalam perhitungan. Oleh karenanya, modifikasi itu tetap mereka pertahankan. Mereka tidak menyadari, bahwa modifikasi yang mereka buat, telah merubah wajah asli yang tadinya indah, menjadi wajah yang mengerikan.

Jika seterusnya dibiarkan, maka cepat atau lambat, gelombang kepalsuan yang ditampilkan seolah-olah menunjukkan keaslian ini akan meninggi dan menghantam manusia-manusia tak berdaya, termasuk pengikut-pengikutnya sendiri yang setia, yang tidak mengerti apa-apa. Dan dalam waktu singkat, ia akan merusak sistem-sistem yang sudah ada dan telah lama dijaga dalam skala yang lebih besar. Kemudian, jika hal itu terjadi, siapakah yang patut untuk disalahkan? Jika dikembalikan pada film Jurassic tadi, tentulah orang yang memulai yang menjadi biang keladinya. Namun, uh… betapa ngeri… sanggupkah sang dalang mempertanggung jawabkan semua ini di dunia dan kehidupan setelah kematian nanti?

Pada akhirnya, untuk kembali pada keadaan yang semestinya, kita harus berani mengungkap dan menghentikan gelombang kepalsuan, dan kembali kepada yang asli, yang hakiki, yang murni, tanpa embel-embel. Karena kemurnian akan selalu memberikan kebaikan, keindahan sejati, sebagaimana air yang jernih yang selalu dibutuhkan, yang membersihkan, dan menyegarkan siapa saja. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun