Mohon tunggu...
Fiter YopiValendra
Fiter YopiValendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fiter Yopi Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Mahasiswa universitas Kanjuruhan Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemajasan dan Unsur Intrinsik dalam Drama "Sepasang Merpati Tua"

23 Desember 2022   17:55 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:04 2406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Analisis Drama yang berjudul " Sepasang Merpati Tua ", karya Bakti Soemanto

Unsur Intrinsik

1. Tema

Tema yang berjudul " Sepasang Merpati Tua " Yaitu, keinginan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Di buktikan dengan tokoh kakek yang ingin menjadi diplomat demi membujuk para penghuni kolong jembatan agar mau mencari pekerjaan yang layak, dan tokoh kakek memiliki angan menjadi teknorat dalam bidang sampah. 

2. Tokoh 

Tokoh utama adalah nenek,karena banyak diceritakan dalam drama ini

Tokoh tambahan adalah kakek, dimana secara langsung maupun tidak langsung memiliki keterkaitan dengan tokoh nenek

Tokoh protagonis : Nenek, tokoh yang membangun jalannya cerita

Tokoh Antagonis : kakekkakek, tokoh yang memberikan konflik dalam cerita

Tokoh datar : Nenek, dari awal sampai akhir menunjukkan kebaikan

Tokoh bulat : Kakek, awalnya tokoh kakek yang percaya diri menunjukkan sikap pemarah

3.Penokohan 

Nenek : Tokoh yang peduli, gengsi, manja dan suka mengkritik, dapat ditunjukkan dengan selalu mendengarkan perkataan tokoh kakek dan mendukungnya. 

Kakek : baik hati, bergaya, bijaksana, pemalu, suka memuji dan pengkritik,memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang ditunjukkan dengan keinginannya untuk mensejahterakan masyarakat. 

4.pemajasan dalam drama "Sepasang Merpati Tua"

Majas Litotes : pada dialog " Aku ingin jadi diplomat yang diberi pos di kolong jembatan saja", menggunakan ungkapan untuk menurunkan kualitas diri.

Majas Eufemisme : pada dialog " Hidup kita diwarnai dengan cara berpikir yang sadis", ungkapan tersebut diperhalus.

Majas metafora : pada penggalan dialog " agar tumbuh keberaniannya menjadi diri sendiri. Tidak menjadi manusia bebek ", 

Memakai analogi yang berbeda yakni manusia dengan bebek ( hewan). 

Majas Sinisme : pada dialog " yaaah. Waktu dulu kau jadi juru tulis, empat puluh tahun lampau. Tapi sekarang, kopiah hanya bernilai tambah penghangat belaka " , dimana 

Ini bersifat mencemooh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun