Mohon tunggu...
Fiter Antung
Fiter Antung Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lebih senang disebut sebagai pemerhati Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Aco Lundayeh", Eksistensi Identitas Kultural Dayak Sebagai Daya Tahan Peradaban Global

3 Juli 2018   19:49 Diperbarui: 3 Juli 2018   20:15 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama hampir dua bulan belakangan, masyarakat Dayak Lundayeh di Kecamatan Mentarang melakukan gotong royong memperindah tampilan desanya serta mempersiapkan gelaran upacara adat yang akan ditampilkan. Segenap kekuatan dikerahkan. Keterlibatan seluruh masyarkaat sangat terasa. Kepedulian serta merta muncul, karena penulis yakin, masyarakat Dayak Lundayeh menyadari bahwa "Hari Lundayeh" adalah  sarana mengokohkan kearifal lokal sebagai jati diri bangsa yang memiliki nilai identitas masyarakat Lundayeh, untuk dibangun secara kokoh dan diinternalisasikan secara mendalam pada seluruh masyarakat Dayak Lundayeh secara khusus, dan bagi pondasi kekuatan budaya bangsa Indonesia.

Menanamkan nilai-nilai kearifan Dayak Lundayeh kepada lintas generasi sejak dini adalah cara tepat menangkal penggerusan nilai-nilai kultural. Harus dipahami, bahwa nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang ketinggalan zaman, tetapi dapat bersinergi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Kita mengetahui bahwa dunia internasional sangat menuntut demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup yang menjadi agenda pembangunan di setiap negara. 

Namun seyogyanya kita dapat memanfaatkan isu-isu tersebut agar bersinergi dengan aktualisasi dari filosofi budaya Lundayeh yang diusung pada kegiatan Aco Lundayeh 'Lundayeh Ferurum, Lundayeh Ngekem Idi Mere Luk Do' yang artinya bahwa masyarakat Lundayeh bersatu, Lundayeh bekerja dan memberi kebaikan. Menurut penulis, langkah tersebut akan mengajarkan masyarakat untuk berbersikap serta berperilaku yang selalu mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhan dalam melaksanakan hidup dan kehidupan.

Penulis menilai bahwa kegiatan "Aco Lundayeh" adalah bentuk dari lokalitas budaya yang efektif sebagai tameng dari gempuran modernitas yang masif. 

Menghidupkan nilai-nilai tradisionil yang mulai jarang dimunculkan dengan menggelar kegiatan budaya selama tujuh hari adalah bagian dari pembangunan budaya yang berkarakter sebagai penguatan jati diri dan kearifan lokal serta menjadi dasar pijakan dalam pelestarian dan pengembangan budaya. Upaya memperkuat jati diri Dayak Lundayeh yang dilakukan melalui penanaman nilai-nilai budaya pada kegiatan "Aco Lundayeh" adalah salah satu langkah yang bernilai positif. Dapat dikatakan bahwa "Aco Lundayeh" juga merupakan bentuk revitalisasi budaya lokal dan penguatan budaya daerah.

"Aco Lundayeh" membentuk perilaku dan pembangunan budaya yang berkarakter pada penguatan jati diri dan sifat interdependensi masyarakat . Penulis juga memaknai bahwa Karakter pembangunan budaya tersebut secara efektif merangkul dan menggerakkan seluruh elemen dalam menghadapi arus homogenisasi, yang membuka proses lintas budaya dan silang budaya yang secara berkelanjutan akan mempertemukan nilai-nilai budaya satu dengan lainnya. 

Kemudian Sebagai tindak lanjut pembangunan jati diri bangsa melalui revitalisasi budaya daerah, "Aco Lundayeh" adalah jalan untuk  memberikan pemahaman atas falsafah budaya Lundayeh. Menurut penulis, langkah ini harus dijalankan berkelanjutan dan konsisten, tidak hanya berhenti pada satu tahapan pelaksanaan gelaran budaya "Aco Lundayeh" saja. Harus ada kontinuitas yang juga  menonjolkan nilai-nilai khas lokal demi memperkuat budaya nasional. Karena itu, pembenahan dalam pembelajaran kebudayaan mutlak dilakukan, tidak hanya secara formal namun juga non formal. Langkah penting untuk melakukannya adalah dengan meningkatkan kualitas para pemangku budaya secara berkelanjutan. 

Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan pemangku budaya yang menjiwai nilai-nilai budayanya adalah aset penting dalam proses pemahaman falsafah budaya. Pengembangan kesenian tradisional, menggalakan pentas-pentas budaya di berbagai wilayah mutlak dilakukan oleh para pemangku budaya. Sejatinya, kajian budaya juga perlu dilakukan. Tetapi, semua itu tidak akan menimbulkan efek meluas tanpa adanya penggalangan jejaring antar pengembang kebudayaan di berbagai daerah. Jejaring itu juga harus diperkuat oleh peningkatan peran media cetak, elektronik dan visual dalam mempromosikan budaya lokal.

Pada era global, siapa yang menguasai teknologi informasi memiliki peluang lebih besar untuk menguasai peradaban. Karena itu, strategi penguatan identitas kultural Lundayeh, selain pergelaran "Aco Lundayeh", perlu juga memperhatikan pemanfaatkan akses kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal. 

Kultur Lundayeh yang khas dapat menjadi sebuah produk yang memiliki nilai tambah tinggi apabila disesuaikan dengan perkembangan media komunikasi dan informasi. Penulis menyarankan kepada pemangku budaya Lundayeh, untuk menjadikan media sebagai alat memasarkan budaya lokal ke seluruh dunia. Jika ini bisa dilakukan, maka daya tarik budaya Lundayeh akan semakin tinggi sehingga dapat berpengaruh pada daya tarik lainnya, termasuk ekonomi dan investasi.

Globalisasi mungkin saja mendatangkan musibah kepada seni dan kebudayaan daerah, tetapi dari sudut pandang yang berbeda, pelaku kebijakan dan praktisi budaya lokal harus bepikir dan bertindak global pula, agar arus peradaban baru dapat menjadi ruang serta memberikan kesempatan kepada kebudayaan lokal untuk menyebar ke luar batas negara dan memberikan pengaruh kepada dunia. Dengan kata lain, identitas kultural Dayak Lundayeh akan terus bertahan dan menjadi benteng pertahanan identitas serta tradisi masyarakat.

Telah terbit di Harian Radar Tarakan tanggal 3 Juli 2018 (Kolom Opini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun