Mohon tunggu...
Fita Amalia Nur Aini
Fita Amalia Nur Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan FEB Unervitas Negeri Semarang

Keluar dari zona nyaman dan mencoba hal baru dalam dunia kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pay Later: Kawan atau Lawan? Jeratan Pinjaman Online dan Compulsive Buying pada Generasi Muda

19 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 19 Maret 2024   13:06 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemungkinan terburuk jika pengguna tidak mampu menggunakan fitur Pay Later secara bijak adalah timbulnya bencana pinjaman online berupa tunggakan pinjaman  yang sudah jatuh tempo karena tidak dibayarkan. 

Sering dijumpai berita mengenai pengguna yang terlilit hutang yang menggunung hingga puluhan juta karena kecanduan berbelanja online dengan fitur Pay Later. Hal ini disebabkan karena bunga Pay Later yang terus bertambah diiringi dengan kegagalan untuk melunasi setiap bulannya. Yang awalnya hanya memakai Pay Later dengan jumlah sedikit akhirnya bisa sampai puluhan juta sebab tagihannya terus melonjak karena tidak membayar dan mencicilnya. 

Yang paling dikhawatirkan adalah mereka menutupi utang tersebut dengan melakukan pinjaman online ilegal ditempat lain atau sering dikenal dengan istilah Galob (Gali Tutup Lubang). Bukannya menjadi solusi untuk keluar dari jeratan utang, justru semakin menjerumuskan dalam pusaran utang yang tidak ada habisnya. 

Dampak terburuk dari jeratan pinjaman online ini adalah pengguna akan melakukan segala cara untuk melunasi hutangnya sekalipun dengan cara yang tidak benar. Bisa saja mereka akan menjual barang-barang berharga seperti harta benda, rumah, mencuri dan bahkan sampai kasus bunuh diri karena sudah tidak tahan menanggung malu dan stres memikirkan jeratan hutang yang terus-menerus menghantui.

Tingginya minat penggunaan Pay Later yang diikuti dengan rendahnya tingkat keberhasilan bayar karena pengguna Pay Later didominasi oleh pelajar yang belum memiliki penghasilan. 

Menyebabkan pihak pengguna memiliki reputasi kredit yang buruk, sedangkan pihak peminjam juga akan mengalami kerugian. Sehingga diperlukan evaluasi secara terus-menerus mengenai metode pembayaran Pay Later, agar metode pembayaran ini dapat menguntungkan seluruh pihak yang bersangkutan. 

Pengadaan sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif dari pihak pemerintah sangat diperlukan untuk melindungi dan meminimalisir risiko finansial yang merugikan para generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun