[caption caption="https://alanmalingi.wordpress.com/2014/07/17/syiar-dalam-syair"] [kegiatan kelompok Ziki Guru Bura di desa Rai Oi kecamatan Sape]
Dali ini pertama kali di bawa dan di kenalkan oleh bapak Hj. Abdurahman yang sekaligus menjadi guru untuk mempelajari dali tersebut. Seiring berjalan waktu dali ini di kenal dan di pelajari oleh banyak masyarakat Bima sampai sekarang, pada akhirnya beliau meninggal dunia dan dali ini di teruskan oleh murid-muridnya, dan setelah beliau meninggal orang mengenalnya dengan nama “guru bura” dan akhirnya dali ini di namakan menjadi “ dali guru bura”.
Dali ini di lakukan ataupun di laksanakan pada saat ruwah orang meninggal dunia yang ke 3 hari, 7 hari dan 44 harinya orang meninggal. Sesuai dengan keinginan kondisi ekonomi keluarganya. Dali ini bertujuan untuk memberikan pencerahan, nasehat terhadap orang yang masih hidup untuk memperbanyak amal, beribadah kepada Allah dan bertaqwa kepadanya, mengingatkan akan adanya kematian yang menanti.
Menceritakan bagaiman kehidupan akhirat yang sesuai dengan perbuatana kita di dunia, bila di dunia kita melakukan perbuatan baik maka di akhirat mendapatkan yang baik pula dan sebaliknya bila di dunia melakukan perbuatan yang di bencinya akan mendapatkan ganjaran di akhirat nanti sesuai dengan isi Al-Qur’an tetapi di terjemakan ke dalam bahasa mbojo dengan cara menggunakan irama-irama tertentu.
Ntoko Dali merupakan Ntoko yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Patu berisi nasehat dan petuah untuk melaksanakan ibadah dan segala amal shaleh serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela. Nasehat itu berasal dari intisari dalil (dali), karena itu ntoko ini di berinama “dali”. Ntoko ini mulai populer pada zaman kesultanan , dijadikan sebagai media dakwah. Dari kegiatan ini masyarakat, bisa membangun kerjasama dan partisipasi antar sesama, gotong royong, simpati, tolong menolong dan rasa belasungkawan.
Contoh patu dali :
Bismillah ditampu’u kai baca
Alhamdulillah ditampu’u kai roi
Ede dibae ade ita doho sa udu
Loaku mori sana ade ndai di ada
(Bismillah untuk memulai membaca
Itulah untuk diketahui semuanya
Agar hidup senang kita sebagai hamba )
Alhamdulillah untuk memulai puji-pujian
Aina mbou baloa sambea
Niki padasa raka kaimu dosa
Ncarasi cambe jabara’i ma cambo
Ncarasi renta jabara’i ma rente
(Jangan Sombong karena mendirikan shalat
Tiap padasan kamu cari dosa
Nanti dikubur, salah jawab dicambuk oleh Malaikat
Nanti dikubur, salah bicara dikerangkeng oleh Malaikat )
Pai ma bade weki di mamade
Tuta Tando da, toro tandi di
Ngari wi’i rade hampa wo’o
Romompa ndeu di daloa ba ndai
( Jika kalian tau perkara kematian
Tidur terlentang sendiri dalam kubur
Gali kuburan sampai leher
Hanya mandi yang tidak bisa dilakukan sendiri )
Mori midi kawarapu made
Katahopu rawi aina dondo rewo
Mangaku kambou Islam tingawa sambea
Sodi di rade indo taloa cambe karidi
(Dalam hidup ini ingatlah akan kematian
Perbaiki sikap jangan suka keluyuran
Jangan hanya mengaku Islam jika tidak mendirikan shalat
Pertanyaan Kubur tidak bisa dijawab sembarang )
Refrensi : https://alanmalingi.wordpress.com/2014/07/17/syiar-dalam-syair/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H