Â
Di dunia dimana anak kecil jago kelahi dan membakar orang dewasa hidup-hidup. Gundala menjadi film pertama dalam daftar panjang rencana projek BCU.
Dihelemi oleh sutradara horror kenamaan Joko anwar film ini tidak terlepas dari sentuhan horror dan color yang gelap khas film Joko sebelumnya (Satan slave) bahkan sempat muncul seperkian detik musik terkenal dari film trsbt,tak tahu dengan maksud tujuan apa,mungkin hanya sebagai guyonan khas joko anwar.
Berceritakan tentang Sancaka(Abimana A) anak yang mendapatkan kekuatan dari sambaran petir,mempunyai masa kecil yang kelam dimana dia harus ditinggal ayah (Rio dewanto) dan ibunya (Marissa Anita) *not death sampai harus hidup dijalanan dan menyaksikan ketidak adilan terus terjadi di sekitarnya, sampai akhirnya sang penyelamat Awang (Faris Fadjar) muncul menyelamatkan Sancaka dari keroyokan geng pengamen,dan mengajarkan Sancaka untuk bisa  membela diri ,apatis dan tidak berempati dengan masalah orang lain ,tumbuh dewasa kata-kata tersebut terpatri betul di benak Sancaka,sampai dewasa petuah ayah Sancaka kembali menghantuinya lewat karakter seperti Wulan/Merpati (Tara Basro)  bisa dibilang seorang  aktivis perempuan yang tinggal di sebelah kamar Sancaka yang mengingatkan Sancaka untuk bertindak sebaliknya,berempati dan membantu orang yang  lemah ,ikut campur urusan orang lain.
Saat pertama kali melihat sosok Gundala lengkap dengan kostumnya langsung saya berfikiran dia semacam ripoff dari karakter superhero Flash ,yang sama-sama  memperoleh kekuatannya dari petir ,namun daripada berlari kencang Gundala malahan menyemprotkan petir dari tubuhnya macam dewa petir Thor,saya yakin generasi milenial yg sama sekali tidak familliar dengan karakter ini pun mempunyai kesan yg sama.Karena sudah terbiasa terpapar film-film superhero Marvel yang merajai pasaran membuat saya sedikit khawatir dengan  aspek CGI di film Gundala ini ,kita tahu sendiri film Indonesia selalu kesulitan menampilkan efek-efek CGI yang enak dilihat.Apalagi untuk film genre superhero yang biasanya banyak mengandalkan CGI sebagai world building dan superpower karakternya.
Namun jangan takut  karna superpower yg dimunculkan di film ini pun terbilang sedikit dan Joko Anwar saya rasa mengambil keputusan yang benar, dengan berfokus pada  kekuatan Gundala yg lain yg lebih enak dilihat ketimbang CGI kilatan petir,dan fokus cerita serta aksi silat yang sebagian besar dieksekusi dengan ciamik  dengan  koreografi oleh pesilat kenamaan Kang Cecep yang juga berperan sebagai karakter villain bernama Swara Batin membuat film ini seperti film martial khas Indonesia  ketimbang film superhero.Â
Akting Abimana terbilang cukup solid memerankan karakter superhero Gundala disini,mengingat genre action merupakan hal baru baginya,ia menjual koreagrafi kang Cecep dengan sangat baik layaknya jagoan silat beneran.Hanya saja sedikit kecewa dengan final fight dimana Gundala harus menghadapi assasin-assasin asuhan Pengkor malah terbilang sangat biasa dan sebagian karakter villain ini dimunculkan hanya untuk dibunuh saja,kecuali mungkin karakter Cantika (Hannah al rasyid) yang kemungkinan masih mempunyai kontrak untuk main di film  BCU lainnya,seperti halnya juga pengkor yang dibiarkan hidup.
Selebihnya film Gundala mempunyai action yangg cukup baik ,ditambah sedikit humor khas Joko anwar yang masuk dengan enaknya ,namun mengalami kekeruhan dalam hal penceritaan dimana terlalu banyak karakter yang diperkenalkan sehingga mengurangi waktu untuk membangun Gundala sebagai film Gundala sendiri, malah  harus berkorban menjadi film yang menyetting film-film selanjutnya  pada jagat sinema Bumi lagit ini, btw karakter Sri Asih (Pevita Pearce)baca Deus ex machina yang muncul di akhir film dengan mengibaskan selendangnya muncul dengan tiba-tiba like shes know wassup membuat saya harus menggulungkan mata sejenak.
Tapi berhasil ditarik kembali dengan kemunculan Ki Wilawuk (Sudjiwo Tejo) di akhir  yang  membuat saya sedikit penasaran akan ancaman apa yang bisa ia bawa di film Gundala selanjutnya.
Kalau kalian excited nggak sama film Gundala atau film BCU selanjutnya?Tulis di kolom komen!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H