Bulan Agustus ini identik dengan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, untuk kedua kalinya, kemerdekaan kali ini harus dilewati di tengah pandemi covid-19.
Kebiasaan meriah lomba seperti makan kerupuk, balap karung, memindahkan kelereng dan panjat pinang pada tanggal 17 Agustus sudah jarang terlihat. Bagi sebagian orang, khususnya anak-anak, ada rasa kecewa karena tidak bisa merayakan kemerdekaan dengan meriah sebab harus di rumah saja untuk menekan angka penyebaran kasus covid-19.
Sebelum pandemi, perayaan kemerdekaan selalu meriah dengan lomba dan dekorasi di berbagai tempat. Semangat pun berkobar-kobar dari mulai anak kecil hingga dewasa. Namun, apakah anak-anak atau bahkan kita sebagai orang dewasa telah menghayati makna kemerdekaan sebagaimana mestinya?
Apakah kemerdekaan hanya identik dengan pembacaan proklamasi, pengibaran Sang Saka Merah Putih, dan lomba yang meriah dimana-mana?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemerdekaan merupakan keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya) atau bisa juga disebut sebagai kebebasan.
Pandemi ini memberikan kita peluang untuk berkontemplasi tentang makna kemerdekaan dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak juga dapat diajak berdiskusi memaknai kemerdekaan secara lebih luas dan mendalam.
Lalu, bagaimana cara berdiskusi tentang makna kemerdekaan dengan anak-anak?
Sebelum jauh berdiskusi dan menyampaikan gagasan kepada anak, orang tua perlu untuk mengkaji ulang tentang makna kemerdekaan bagi dirinya sendiri. Apakah hanya sebatas makna secara tekstual saja atau juga telah memiliki makna yang kontekstual?
Menemukan makna kemerdekaan secara kontekstual setelah memahami makna tekstualnya dapat melatih kita sebagai orang tua untuk memiliki pola pikir yang lebih berkembang.
Menurut Dweck dalam bukunya Mindset: The New Psychology of Success, pola pikir berkembang atau sering disebut growth mindset akan membantu kita fokus pada usaha dan pembelajaran.
Melalui pola pikir berkembang ini, orang tua dapat memberikan gambaran kepada anak-anak bahwa untuk mencapai sebuah "kemerdekaan" perlu kerja keras, strategi yang baik, dan kemauan untuk terus berusaha. Hal ini juga akan mendorong anak-anak untuk memiliki ketangguhan saat menghadapi kegagalan.