Mohon tunggu...
Fiska Aprily
Fiska Aprily Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Freedom of Expression" ala "Influencer" Muda yang "Keblinger"

16 September 2017   18:23 Diperbarui: 16 September 2017   18:36 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setahun belakangan ini, media sosial menjadi perbincangan hangat  dengan adanya  influencer muda yang kian muncul bermacam -- macam perilaku dan kehidupan sosialnya. Sebagai seseorang yang mempunyai  anak atau adik yang berada pada tingkat pendidikan SD hingga SMA, kita  patut cemas dengan kondisi ini. Faktanya, beberapa akun media sosial yang memiliki ratusan ribu followers dan dianggap sebagai influencer ini justru mengunggah konten -- konten yang tidak selayaknya, contohnya membagikan aktifitas membolos,merokok saat sekolah, dsb.

Pada kasus ini, ada dua remaja puteri yang santer diberitakan sebagai bad influencer bagi pengguna media sosial khususnya remaja yaitu Karin Novilda atau Awkarin dan Anya Geraldine. Dikutip dari detik.com, psikolog anak dan remaja Ratih  Zulhaqqi menyebut, Awkarin dan Anya seperti remaja pada umumnya, yaitu membutuhkan perhatian dan menunjukkan ekistensinya. Psikolog anak dan remaja dari RaQQi-Human Development & Learning Centre ini menjelaskan, perilaku yang ditunjukkan Awkarin dan Anya sama seperti remaja pada saat jamannya, yang membedakan adalah semakin mudahnya remaja pada saat ini untuk menyalurkan hasrat menunjukkan eksistensinya melalui media sosial. Selain faktor eksistensi, rupanya ada hal lain yang tidak dapat dipungkiri bahwa ada motif ekonomi di sana dengan bentuk endorsement.

Awkarin, dianggap mempunyai gaya hidup yang terlalu dewasa bagi usianya dan memberikan pengaruh buruk bagi pengikutnya. Tuduhan ini bukanlah tanpa alasan, dengan dalih tampil apa adanya dan tidak munafik Awkarin menunjukkan aktifitasnya merokok, berciuman, dan bahkan mabuk -- mabukkan. Sedangkan Anya dianggap terlalu vulgar dan berlebihan dalam menunjukkan gaya berpacaran untuk remaja seusianya.

Tak ayal, aktifitas -- aktifitas mereka kerap ditiru oleh beberapa remaja pengikutnya. Dilakukan oleh salah satu gadis kecil, ia memamerkan tato di punggungnya dan menuliskan lirik lagu Awkarin yang dirilis beberapa saat lalu sebagai judul fotonya. Ini salah satu alasan mengapa KPAI memutuskan untuk mulai melakukan pendekatan pada Awkarin.

Kebebasan berekspresi tidak sama dengan menjadi lepas tanggung jawab atas apa yang kita lakukan dan kita katakan. Tentu kita mempunyai norma -- norma yang berlaku dikehidupan sehari - hari sebagai mahluk sosial. Di era digital, kita dituntut untuk dapat memilah dan bijak menyikapi hal -- hal yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Kita tidak seharusnya diam dan membiarkan hal -- hal yang keliru menjadi sesuatu yang patut dimaklumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun