Mohon tunggu...
Fiska Aprily
Fiska Aprily Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Dilan oleh Pidi Baiq

11 September 2017   22:15 Diperbarui: 11 September 2017   22:22 4304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

31 Mei 2014

Jakarta Book Fair 2014

Istora Senayan, Jakarta.

ini tentang Dilan buku Surayah (Pidi Baiq) yang baru saja kuhadiri launching nya.

DILAN, dia dilanku tahun 1990.

Hai! kali ini, sedikit aku berbagi ilmu dan pengalaman baru melalui seorang penulis yang begitu humoris. Kami sebagai pembaca memanggilnya Ayah. Sabtu sore di panggung utama Jakarta Book Fair, pertama kalinya kulihat langsung dia, Ayah. Aku mengaguminya mudah saja, melalui jawaban - jawaban ringan bermakna berlian. Akun twitternya, @pidibaiq (barang kali penasaran dan ingin follow) memberiku pemahaman, bahwa serumit apapun dan setidakjelas apapun pertanyaan, pasti dapat dijawab dengan mudah. tergantung bagaimana kita mau berpikir seperti apa.

Pertemuanku dengan Ayah sore itu memberiku banyak pelajaran melalui tokoh bernama Dilan, dalam bukunya. Berikut sedikit yang aku ingat celoteh Ayah di launching bukunya:

" Buku Dilan ini, aku ciptakan berdasarkan kisah nyata, sosok Dilan yang di idam - idamkan calon perempuan yang memimpikan menjadi Milea, tentu saja setelah mereka (perempuan) membaca buku ini. he he he, aku jamin. "

" Buku ini bisa dibilang bukan novel, tapi taktik meluluhkan hati cewek, itulah yang Dilan lakukan sampai Milea mau kepadanya. "

" Buku ini akan memberikan penyesalan bagi kita, Mengapa kota - kota ini berkembang? Mengapa tidak semenyenangkan saat seperti 1990? entahlah, aku juga kecewa. ha ha ha "

" Buku ini mengingatkan, bahwa kemajuan teknologi dan komunikasi membuat rindu tidak lagi memuncah, tidak lagi mencabik emosi. "

Kira - kira begitu Ayah menceritakan bukunya, dia orang Bandung, tapi cara bicaranya kawan, aku sempat menduga dia batak, tapi entahlah aku belum begitu mengenal seluk beluk Ayah. nanti kuceritakan ya.

Nah kemudian, beberapa dari kami menjadi penanya untuknya, berikut sekadarnya obrolan kami:

Penanya 1 : Ayah, apa pemeran Dilan ini adalah Ayah? dan kenapa nama sekolah tidak disebutkan, yah?

Ayah        : Ha ha ha, tidaklah penting aku atau bukan, yang ingin aku kasih tau adalah begini, itulah potret seorang Dilan, kalau ada yang bisa dicontoh perbuatan baiknya, silakan. begitu bukan? dan mengenai SMA yang tidak aku sebutkan  adalah selain nanti jadi terkenal SMA nya, hahahaha. sebenarnya aku ingin kalian berimajinasi bahwa seolah - olah itu terjadi di sekolah kalian. ingat, imajinasi adalah luar biasa.

Penanya 2 : Yah, Beni mantan Milea kan di ceritakan di awal, setelah putus kok ngga diceritain lagi? yang mau saya tanyakan, setelah mereka putus, Beni masih gangguin Milea nggak yah? telpon atau maksa minta balikan deh gitu yah?"

Ayah        : Begini, coba aku tanya pada kau. kalau mantan kamu nyebelin, trus kamu nulis buku? kamu mau ngga nyeritain dia di buku kamu? enggak kan? kamu maunya nulis yang seneng aja tentang seseorang? paham maksudku? begini anak muda, yang lalu ya sudah, yang penting perasaan kamu saat ini punya siapa, dan kalau kamu jadi mantan, jangan jadi mantan yang nyebelin. oke kalian dapat maksudku?

Kira - kira hanya itu yang bisa aku ingat tentang pertemuanku dengan Ayah, kalau ada lagi yang aku ingat. aku tulis lagi ya, hehe. Ayah juga nyanyi kira - kira 3 lagu bareng The Panas Dalam. Pokoknya, Ayah itu keren!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun