Sungai Kapuas merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini merupakan salah satu sungai terpanjang yang ada di pulau Kalimantan dan sekaligus menjadi sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1143 km. Nama sungai Kapuas di ambil dari nama daerah Kapuas (sekarang Kapuas Hulu). Sungai ini menjadi salah satu daya tarik wisata air yang ada di Kota Ponianak khususnya. Bagi masyarakat sekitar sungai ini dimanfaatkan untuk sarana transportasi, kebutuhan sehari-hari, sebagai sumber pembangkit listrik (PLTA) dan objek wisata.
Padatnya jumlah penduduk yang ada di Pontianak menyebabkan banyak muncul pemukiman masyarakat di sekitar tepian sungai Kapuas ini. Permasalahan yang sering terjadi akibat dari pemukiman warga ini yaitu menumpuknya sampah di sekitar aliran sungai Kapuas. Masyarakat yang tinggal di tepian sungai ini menyalahgunakannya sebagai tempat pembuangan limbah dan sampah. Sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan lagi atau benda yang dibuang oleh manusia sebagai penggunanya setelah berakhirnya suatu proses. "Buanglah sampah pada tempatnya," pasti kata-kata seperti ini sering kita jumpai dan kita dengar, kata-kata tersebut yang memotivasi kita untuk tidak buang sampah sembarangan. Tapi kenyataannya sekarang, yang ada di lingkungan kita, banyak sampah yang berserakkan di mana-mana.
Hasil survei yang telah dilakukan dibeberapa tempat di sepanjang tepian Sungai Kapuas didapat bahwa hampir setiap gang memiliki sampah yang menumpuk. Namun sampah yang paling banyak menumpuk terdapat di Gang Bansir. Sampah yang didominasi plastik menumpuk dan hampir memenuhi seluruh aliran sungai. Selain sampah plastik terdapat juga beberapa sampah sisa-sisa kayu dan daun-daun yang berserakan.Â
Berdasarkan pernyataan warga sekitar sampah menumpuk karena belum tersedianya tempat pembuangan sampah akhir yang cukup besar untuk menampung semua sampah yang ada. Â Selain itu kurangnya kesadaran warga sekitar juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut. Beberapa warga sekitar mencari gampangnya saja untuk membuang sampah dengan membuang ke aliran sungai di dekat rumah mereka. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut sudah menjadi kebiasaan warga itu sendiri. Selain itu jarang dilakukannya kegiatan gotong royong di sekitar warga menyebabkan sampah yang ada di sungai semakin menumpuk.
Sampah yang menumpuk di tepian Sungai Kapuas merupakan salah satu masalah yang masih belum dapat teratasi oleh pemerintah kota Pontianak. Sering sekali bencana alam seperti banjir terjadi di daerah sekitarnya karena penumpukan sampah di aliran sungai sehingga menyebabkan meluapnya aliran sungai ke jalan sekitar. Sampah rumah tangga yang langsung dibuang ke sungai menyebabkan sungai menjadi tercemar. Meskipun demikian hingga saat ini masyarakat di daerah sekitar masih menggunakan air sungai tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Selain mencemarkan dan menghambat aliran air, sampah tersebut dapat merusak pemandangan masyarakat sekitar ataupun pengunjung objek wisata di tepian sungai Kapuas.Â
Sungai Kapuas sendiri menjadi salah satu objek wisata air yang dimiliki warga sekitar seperti saat ini sudah terdapat wahana permainan air kano di sungai tersebut. Dengan adanya pemandangan sampah yang menumpuk tentu saja hal ini akan menurunkan nilai wisata air yang ada tersebut. Masyarakat sekitar juga menyadari sampah dapat menjadi sumber masalah bagi masyarakat dan pengunjung cafe atau warung kopi yang berada di tepian sungai kapuas.
Sampah plastik, botol, barang-barang bekas dan limbah rumah tangga berserakan dan menumpuk di tepian sungai kapuas menjadi pemandangan yang sudah biasa bagi masyarakat sekitar. Menurut salah satu warga yang bernama Mahmud meskipun sampah menumpuk di tepian sungai kapuas, aliran sungai tersebut tetap digunakan atau dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan rumah tangga sehari-hari seperti mencuci piring, mencuci baju dan MCK. Meskipun sampah menumpuk di tepian sungai, dengan senangnya anak-anak yang ada di sekitar sungai memanfaatkannya sebagai tempat hiburan mereka.Â
Hal ini menunjukkan bahwa sampah yang ada di sungai sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka. Ironisnya dengan adanya sampah yang mencemari sungai tentu saja menyebabkan banyaknya bakteri yang dapat menimbulkan penyakit seperti diare dan penyakit kulit. Namun hal ini tidak membuka pikiran warga sekitar terhadap kesehatan keluarganya tertutama anak-anak yang dibiarkan oleh orang tuanya dengan bebas berenang di sekitar aliran sungai yang terdapat sampah yang menumpuk. Sehingga perlu adanya pemberian informasi kesehatan dari pihak dinas kesehatan kepada warga sekitar untuk menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan dan membuka kesadaran mereka tentang bahaya sampah yang menumpuk di sekitar mereka.
Jika hujan dan air sedang tinggi mereka tidak akan mengambil sampah yang ada di sungai melainkan mencari sampah di sekitar rumah warga dan tak jarang juga mereka tidak mendapatkan apa-apa. Penghasilan yang pemulung dapatkan tentunya tidak banyak menurutnya tetapi pemulung mengatakan bahwa dari hasil mencari sampah di tepian sungai kapuas dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Sampah masih tetap menumpuk di tepian Sungai Kapuas karena pemulung hanya mencari sampah yang memiliki nilai jual kembali seperti botol plastik dan kaleng sehingga sampah seperti kayu dan ranting masih saja menumpuk di sekitar tepian aliran sungai. Hal ini sebenarnya dapat diatasi jika warga sekitar membuang sampah pada tempatnya. Pemulung sampah tetap dapat mengambil sampah yang memiliki nilai jual dan tidak ada sampah kayu yang menumuk di aliran sungai tersebut. Jika hal tersebut dapat dilakukan tentu saja akan lebih menguntungkan kedua belah pihak dari warga sekitar tepian sungai Kapuas dan pemulung sampah. Selain itu adanya teguran langsung dan denda pada masyarakat yang membuang sampah di aliran sungai tentunya juga perlu dilakukan untuk memberikan efek jera dan menimbulkan kesadaran warga sehingga warga dapat memanfaatkan tempat pembuangan akhir yang ada.
Perlunya perhatian pemerintah kota Pontianak khususnya dinas kebersihan yang lebih intensif mengenai permasalahan sampah yang ada di tepian Sungai Kapuas ini. Hal ini dapat dilakukan dengan penyediaan tempat pembuangan akhir yang lebih besar dan merata dan dilakukannya pemeriksaan rutin setiap bulannya. Selain itu perlunya diberikan penyuluhan kepada warga sekitar tentang memisahkan sampah yang dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang, sampah basah dan sampah kering sehingga lebih memudahkan untuk pembuangan akhirnya. Namun kebersihan sungai tidak cukup hanya mengandalkan petugas ataupun pemerintah saja, peran serta warga juga sangat dibutuhkan untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Kesadaran tentang pentingnya kebersihan lingkungan sekitar dan kesehatan menjadi salah satu kunci penting bagi warga untuk mengurangi bahkan mencegah terjadinya penumpukan sampah di sekitar aliran sungai di rumah mereka. Jika kita malas untuk melakukan apa-apa, kita tinggal bungkus saja sampah pada tempat kantong plastik dan buang di tempat yang benar yang nantinya akan diangkut oleh tukang sampah, dan akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan cara inilah kita akan mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar kita, mengurangi kerusakan lingkungan, mencegah banjir akibat selokan-selokan yang tersumbat dengan sampah. Jadi kita sebagai makhluk sosial, pedulilah dengan satu sampah pun, karena satu sampah itu mengakibatkan kerusakan yang besar dan sangat berdampak buruk terhadap lingkungan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H