Mohon tunggu...
FISIP UAJY
FISIP UAJY Mohon Tunggu... Dosen - Instagram: @fisip_uajy | Email: fisip.info@uajy.ac.id | www.fisip.uajy.ac.id

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta | Akun dikelola oleh Tim Informasi dan Komunikasi FISIP UAJY

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Budaya Inklusif di Perguruan Tinggi

14 Juli 2020   15:23 Diperbarui: 14 Juli 2020   15:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sambutannya, Bambang menjelaskan, "Kita perlu mengubah mindset mengenai disabilitas, ini menjadi kunci dalam pendidikan inklusif. Kita semua bisa disebut difabel yakni memiliki kebutuhan khusus/berbeda, misalnya saja bila saya lepas kaca mata, saya sudah kesulitan untuk melihat."

Bambang menegaskan, "Maka ketika kebutuhan khusus kita itu difasilitasi, kita sudah dapat setara."

FISIP UAJY  sudah mengembangkan kebijakan dan layanan perkuliahan yang inklusif kepada mahasiswa/i nya. Sharing dimulai dengan paparan kebijakan UAJY terhadap mahasiswa-mahasiswi disabilitas. Kemudian dilanjutkan testimoni dari Dafi, penyandang disabilitas tuli dari Prodi Sosiologi, FISIP UAJY. Untuk memberi gambaran layanan, video layanan perkuliahan dan sarana-prasarana untuk penyandang disabilitas di UAJY ditayangkan.

Nizam menyampaikan, "Kemendikbud memfasilitasi berbagai kegiatan untuk anak didik dengan disabilitas, termasuk telah membuat panduan layanan kelas daring untuk pengajaran dan mahasiswa di Perguruan Tinggi untuk persiapan pelaksanaan perkuliahan tahun ini."

Subagya menambahkan, "Kunci pendidikan inklusif adalah akomodasi dan adaptasi. Yang penting mengubah mindset, bahwa anak belajar tanpa batas."

Sebagai sharing dalam testimoninya, Dafi menyatakan, "Pentingnya aksesibilitas disabilitas untuk mendorong mewujudkan universitas inklusif."

"Yang soal langkah-langkah mewujudkan kampus inklusif, menurut saya lebih penting cari koneksi organisasi difabel yg mahasiswa pernah gabung, agar bisa menyesuaikan kebutuhan aksesnya," tambah Dafi.

Emilia berharap, "Dengan mengikuti kunjungan virtual ini, peserta kegiatan dapat mengidentifikasi tantangan, menemukan solusi dan meyusun strategi yang tepat untuk mengembangan layanan perkuliahan yang inklusif di kampusnya, serta peserta dapat mulai memikirkan untuk menyelenggarakanprogram pendidikan inklusif dan disabilitas pada universitas mereka."

Penulis: Vita Astuti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun