Setiap manusia memiliki keistimewaan dengan kecerdasannya masing-masing. Kecerdasan kognitif dapat berupa kecerdasan dalam berpikir dan emosional. Kecerdasan kognitif dapat diukur melalui tes inteligensi. Kecerdasan manusia yang kompleks seperti kecerdasan dalam soft skill dan hard skill. Pada masing-masing kecerdasan ini dapat dipelajari. Pembelajaran yang progresif mampu meningkatkan kemampuan individu dalam bidang yang ingin dikuasainya.Â
Tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini. Bahkan tes IQ (Intelligence Quotient) bukanlah tolak ukur kecerdasan manusia secara pasti. Tes IQ ditujukan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memecahkan permasalahan menggunakan penalaran dan logika berpikirnya. Namun, bentuk tes IQ dapat dipelajari bentuk soalnya sehingga seseorang dapat meningkatkan nilai tesnya setelah berlatih.Â
Tes IQ dan tes iteligensi umum lainnya yang telah dikenal luas seperti TPA (Tes Potensi Akademik), TIU (Tes Iteligensi Umum), TBS (Tes Bakal Skolastik) dan sebagainya berisi beberapa bagian soal yang menguji kemampuan bernalar dan berlogika. Berbagai tes ini berisi soal pengetahuan umum, matematika, berbahasa, psikologis, dan logika gambar.Â
Menurut laman website Psikologi Universitas Gajahmada, tes inteligensi berfungsi untuk mengukur kemampuan kognitif individu yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya. Tes IQ pada karyawan berfungsi mengetahui potensi kinerja. Tes IQ pada siswa dapat memprediksi kemampuan akademiknya. Tes IQ juga bermanfaat untuk mengetahui potensi gangguan perkembangan seperti gangguan kemampuan belajar. Tes IQ dirancang untuk mengetahui apakah seorang siswa perlu mendapatkan program khusus terkait gangguan perkembangan yang dialaminya. Pada perguruan tinggi test TPA berfungsi untuk mengukur kemampuan mental dasar mahasiswa yang digunakan dalam tes penerimaan mahasiswa. Namun, tes TPA tidak serta-merta dijadikan tolak ukur penerimaan mahasiswa untuk masuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi tetap menggunakan catatan prestasi, wawancara, dan surat rekomendasi dari sekolah asal.Â
Tes inteligensi pada dasarnya dirancang untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir dan mental seseorang. Tes inteligensi bekerja sebagai tolak ukur yang mampu memprediksi ketahanan mental dan kemampuan berpikir seseorang dalam akademik ataupun karir. Seseorang yang sudah terbiasa mengerjakan soal inteligensi akan mencapai skor yang baik dan demikian sebaliknya. Tes inteligensi banyak digunakan untuk keperluan rekrutmen karyawan swasta maupun negeri dan  tes masuk perguruan tinggi. Tes ini memiliki model soal yang dapat dipelajari oleh individu sehingga meningkatkan peluang kesempatan mereka untuk masuk perusahaan swasta bergengsi, menjadi pegawai negeri (PNS), dan berkuliah di perguruan tinggi impian. Bila seseorang giat berlatih meningkatkan kemampuan berhitung, membaca, dan bernalar, maka ia berpeluang mencapai skor terbaik.Â
Tes inteligensi dapat memengaruhi mental seseorang saat mengerjakan soal yang rumit. Tes ini dapat menguji kemampuan mental dalam menghadapi banyaknya jumlah soal, manajamen pengerjaan soal dengan waktu terbatas, dan kecepatan memutuskan pilihan jawaban berdasarkan hasil penalarannya. Bagi orang yang mendadak diberikan soal inteligensi pasti akan panik dan sulit berpikir dengan baik. Orang yang baru pertama kali melihat soal juga akan mudah stress. Sementara orang yang sudah terbiasa mengerjakan soal inteligensi cenderung lebih tenang saat tes berlangsung. Melalui gambaran ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang sudah terbiasa dengan soal inteligensi tentu akan mencapai skor yang baik. Selain itu mereka dapat berfokus mengerjakan soal dalam keadaan tenang.Â
Dalam jurnal penelitian Ritchie dan Drob (2016) dengan judul " How Much Does Education Improve Intelligence" menganalisis bahwa pendidikan berkolerasi terhadap peningkatan kecerdasan siswa. Pendidikan merupakan metode yang paling kuat, konsisten, dan tahan lama untuk meningkatkan kecerdasan seseorang. Pendidikan bermanfaat mencerdaskan siswa dengan peningkatan IQ skor sebesar 1 hingga 5 poin berdasakan pendidikan tambahan setiap tahunnya.Â
Gambaran mengenai tes inteligensi yang ditengarai mampu mengukur kecerdasan berpikir manusia masih relevan digunakan hingga saat ini untuk keperluan mengukur kemampuan akademik maupun bekerja. Seseorang yang ingin mendapatkan skor tes terbaik harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin dengan membiasakan diri mengerjakan soal tes. Setiap materi soal yang kompleks menjadi tantangan bagi setiap individu dalam mempelajarinya. Tantangan pembelajaran soal inteligensi yang rumit menghadirkan pusat pelatihan dan bimbingan belajar komersil. Pusat pelatihan dan bimbingan belajar dengan fasilitator terbaik mampu meningkatkan pemahaman seseorang terhadap pemecahan soal inteligensi. Selain itu, buku cetak bimbingan belajar soal inteligensi juga turut memfasilitasi pembelajaran. Â Fasilitator berpengalaman juga hadir dalam streaming digital dan sosial media membagikan pengetahuannya.Â
Otak manusia sangat istimewa. Kemampuan kognitif dan kecerdasan dapat ditingkatkan dengan belajar. Otak manusia memiliki sifat plastisitas. Plastisitas otak yaitu kemampuan otak dalam mengubah hubungannya dan menyambung dirinya. Kemampuan ini dapat membuat otak manusia terus berkembang. Otak manusia terus berkembang dan beradaptasi dengan mempelajari dan beradaptasi dengan hal baru serta menyimpan ingatan informasi sebagai kenangan. Plastisitas otak dapat terjadi melalui dua sebab. Sebab pertama sebagai hasil dari adanya pengalaman dan pembelajaran. Sebab kedua yaitu lingkungan dan genetik berperan penting dalam proses plastisitas. Saat seseorang mengalami stroke otak kiri dengan kelumpuhan sisi tubuh bagian kanan, maka seiring dengan adaptasi latihan dan pembelajaran gerakan tubuh melalui rangsangan sensorik dan motorik, maka bagian sel-sel sarah pada otak yang rusak dapat pulih dan terhubung kembali.Â
Terdapat dua jenis plastisitas otak yaitu plastisitas fungsional dan struktural. Plastisitas fungsional yaitu kemampuan otak memindahkan fungsi dari area otak yang rusak ke area otak lain yang tidak rusak. Plastisitas struktural yaitu kemampuan otak merubah struktur fisiknya sebagai hasil pembelajaran. Pada plastisitas struktural ini berperan penting dalam peningkatan kemampuan otak berpikir melalui proses pembelajaran. Kemampuan plastisitas struktural otak mampu membangun dan meningkatkan koneksi antar neuron pada otak. Jumlah neuron pada otak yaitu 100 miliar. Neuron merupakan sel saraf yang bertugas mengirimkan impuls/ rangsangan dari reseptor sebagai penerima rangsang dari otak ke sumsum tulang belakang sebagai penerima rangsang. Rangsangan yang diterima oleh otak atau sumsum tulang belakang akan diteruskan ke tubuh untuk menerima rangsangan tersebut.Â
Pada saat seseorang mempelajari hal baru seperti memainkan piano maka neuron pada otak akan saling berkomunikasi mengirimkan informasi pembelajaran tersebut. Pada awal pembelajaran akan terasa sulit karena komunikasi antar neuron di otak masih lemah dimana otak dituntut menerima informasi baru. Seiring waktu melalui pembelajaran yang insten dan progresif, maka komunikasi antar neuron pada otak berjalan dengan lancar sehingga individu tersebut menjadi ahli bermain piano. Proses pembelajaran yang terekam dalam memori otak dapat dieksplor individu tersebut sewaktu-waktu ia membutuhkannya.Â
Pada era teknologi dan digitalisasi ini, kecerdasan buatan/ artificial intelligence (AI) selalu dibandingkan dengan kecerdasan kognitif manusia. AI dikembangkan sebagai efisiensi pekerjaan dan akademik. Penggunaan AI ini memerlukan pembelajaran spesifik agar setiap individu dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Perlu diketahui bahwa informasi yang dihasilkan oleh AI seperti ChatGPT memiliki bias yang tinggi. Pemanfaatan AI sebagai alat yang dapat mendorong efisiensi tugas pekerjaan dan akademik, setidaknya berkontribusi nyata dalam percepatan penyelesaian permasalahan dan tugas yang kompleks. Â
Mesin kecerdasan buatan hanyalah rancangan manusia. Kecerdasan manusia tidak dapat dibandingkan dengan kecerdasan buatan tersebut. Otak manusia memiliki kemampuan plastisitas yang dapat merubah bentuk struktur dan fungsional otak terkait pembelajaran baru.Â
Kecerdasan buatan dibuat berdasarkan kemampuan plastisitas otak manusia. Informasi data yang dimasukan ke dalam mesin AI seiring waktu meningkatkan replikasi algoritmanya dan terus bermutasi dari waktu ke waktu. AI bekerja dengan menghubungkan berbagai probabilitas data. Â Hal inilah yang membuat AI terlihat cerdas yang selalu dibandingkan dengan kecerdasan manusia yang membuatnya.Â
Banyak media memberitakan bahwa di masa depan pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI. Namun, kecerdasan manusia yang beragam dan kompleks tidak dapat dibandingkan sepenuhnya dengan AI. Kecerdasan soft skill dan hard skill setiap individu wajib dikembangkan agar di kemudian hari ia dapat terus mengembangkan diri dalam berbagai bidang dan kesempatan.Â
Lantas kemampuan apa yang harus dikembangkan oleh setiap individu?Â
Kemampuan dalam membaca, menulis, dan berbicara merupakan kemampuan penting yang harus dikembangkan. Pembelajaran yang spesifik dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut. Membangun rutinitas dengan membaca dan menulis yang dilakukan secara simultan dan progresif dapat mengasah kemampuan berpikir kritis. Banyak membaca dan menulis maka secara otomatis dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Saat kita ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, tentu kita memerlukan bahan informasi dari banyak membaca. Rutinitas yang dibangun dari kegiatan membaca, menulis, dan berbicara pada akhirnya dapat meningkatkan kecerdasan kognitif.Â
Proses pembelajaran yang diterima oleh otak melalui informasi dan adaptasi lingkungan yang diinput ke otak, maka kapasitas kemampuan memori dan berpikir otak akan meningkat. Semakin kompleks struktur otak maka kecerdasan seseorang semakin berkembang. Pada bidang apapun seseorang dapat menjadi unggul. Maka dari itu, kita mengetahui bahwa guru dan dosen memiliki kecerdasan yang lebih unggul dalam masyarakat. Mereka mendedikasikan rutinitasnya untuk selalu belajar dengan banyak membaca, menulis, dan berbicara. Tidak heran, guru dan dosen banyak menjadi pakar di berbagai bidang ilmu dan teknologi. Selain melaksanakan tugas mengajar, mereka juga menjadi konsultan di berbagai industri dan teknologi.Â
Selain itu, para scientis (peneliti) dan tenaga medis tidak luput dari rutinitas membaca, menulis, dan berbicara. Mereka selalu konsen dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensinya. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin meningkatkan kecerdasannya, ia harus membangun rutinitas tersebut.
Bagaimana proses pembelajaran melalui membaca, menulis, dan berbicara dalam perkembangan otak?
Seperti tulisan pada artikel sebelumnya, bahwa saat kita mempelajari informasi baru dengan membaca melalui visual (indera penglihatan) sebagai reseptor, maka otak belakang (occipital) mengirimkan visualisasi ke otak depan (frontal) melalui koneksi antar neuron. Pada otak depan informasi baru tersebut diolah dan direkam pada bagian temporalis sebagai tempat penyimpanan memori. Saat kita hendak menulis, informasi dari memori dieksplorasi dan diterjemahkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pemikiran yang ingin disampaikan. Demikianlah kerja otak saat kita berpikir.Â
Kesimpulan
Kecerdasan dapat dikembangkan dengan belajar dan berlatih. Tes inteligensi merupakan metode untuk mengukur kemampuan bernalar dan berlogika. Soal-soal inteligensi dapat dipelajari sehingga seseorang dapat meningkatkan skor tesnya. Otak manusia memiliki kemampuan plastisitas fungsional dan struktural. Adapun proses pembelajaran baru dan adaptasi lingkungan baru dapat mengembangkan plastisitas otak. Kecerdasan manusia melebihi kecerdasan buatan, dimana kemampuan dalam menulis, membaca, dan berbicara merupakan kecerdasan pada manusia yang tidak dapat dikalahkan oleh kecerdasan buatan. Rutinitas dengan membiasakan diri untuk membaca, menulis, dan berbicara dapat mengembangkan kecerdasan kognitif.Â
***
ReferensiÂ
Apa itu Plastisitas Otak dan Mengapa Begitu Penting? - dalam https://www.id.InnerSelf.com
Plastisitas otak atau bagaimana pengalaman mengubah otak dalam https://www.esaludmental.es
Ritchie, Stuart J dan Drob, M. Trucker. 2018. How Much Does Education Improve Intelligence. Physological Science: Vol. 29 (8), 1358-1369.Â
Sekilas tentang Tes Potensi Akademik – UPAP Psikologi UGM ditulis oleh Adminutama, 22 Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H