Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa yang Anda Inginkan dalam Hidup ini?

27 Desember 2024   17:17 Diperbarui: 28 Desember 2024   08:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https:/www.unsplash.com

Tanpa kita sadari, segala keinginan kita menjadikan beban pikiran yang tiada habisnya. Beban pikiran dapat membuat kita menjadi cemas, gelisah, tegang, dan bingung. Banyak anggapan bahwa pekerjaan di perusahaan swasta memberikan ketidakpastian masa depan dan tidak adanya jenjang karir sehingga banyak dari kita yang menjadi lebih gelisah dan cemas. Kita jadi mudah membandingkan diri dengan karir PNS yang dianggap lebih stabil. 

Belum lama ini juga sedang heboh bahwa pendidikan di luar negeri memberikan masa depan lebih terjamin. Anak muda Indonesia diberikan pandangan luas mengenai pendidikan di luar negeri. Saat ini orang-orang mulai berlomba untuk memperebutkan beasiswa kuliah di luar negeri. Mungkin banyak orang berpandangan bahwa, hanya orang yang suka pendidikan saja yang mau berjuang mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di luar negeri. 

Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Kembali lagi ke teori perilaku. Manusia cenderung mudah mengikuti apa yang ada di sekelilingnya. Saat ini memang gencar Kemendikti Ristek mempromosikan pendidikan luar negeri melalui program fellowship, beasiswa fullbright, dan sebentar lagi LPDP di Januari 2025. Apakah benar anak muda yang sedang berjuang mendapatkan beasiswa ini murni ingin mengenyam pendidikan tinggi? Atau hanya sekadar ikut-ikutan saja dengan pandangan bahwa kelak akan mendapatkan pekerjaan dengan masa depan cerah? Tentu fenomena perilaku ini sangat positif. 

Tapi, apakah manusia tidak pernah berusaha untuk mengukur timeline hidupnya dengan baik? Semisal mereka belum beruntung mendapatkan beasiswa tersebut, apakah mereka lantas memaksakan diri untuk mendapatkannya di tahun-tahun berikutnya? Tentu saja ada harga yang harus dibayar yaitu usia. Ketika kita memilih untuk kuliah full time, artinya kita akan sulit membagi waktu dengan bekerja.

Maka, beasiswa fullbright akan membuat kita full kuliah, walau ada juga program Phd yang memberikan insentif bulanan bila sebagai mahasiswa kita andil dalam project research atau sebagai asisten peneliti dalam tim profesor. 

Begitu banyaknya versi sukses yang diciptakan oleh masyarakat sosial. Versi sukses sosial dahulu sebelum era teknologi, orang sukses itu punya perusahaan besar dan atau pengusaha sukses dengan banyak bisnis besar menjamur dimana-mana. Selain itu, motivator dulu sering berujar bahwa indikator sukses itu berusia di bawah 30 tahun. 

Beda halnya dengan era teknologi saat ini, mereka yang sukses yaitu orang dengan pemegang akademik tertinggi dan memiliki pengaruh besar dalam industri dan teknologi. Selain itu juga mereka yang berhasil masuk dalam jajaran pejabat pemerintahan menjadi indikator sukses di mata sosial.

Sebenarnya, status sosial yang kita ketahui saat ini hanyalah pandangan sosial yang diciptakan manusia itu sendiri. Manusia melabeli segala sesuatu membentuk berbagai kasta atau tingkatan dalam kehidupan dan tatanan sosial. Berbagai label inilah yang membuat manusia saling berlomba dan memantaskan diri untuk mencapai posisi tertentu yang dianggap lebih prestige. 

Begitu besar tekanan sosial membuat kita mudah cemas dan gelisah. Kita juga cenderung memberikan tekanan pada diri sendiri. Pandangan dan label sosial seolah mengawasi kemana pun kita melangkah dan mengambil keputusan. Menjadikan pribadi lebih besar dan berkembang sangat wajar. 

Kita bebas menentukan karir dan pendidikan apa yang kita pilih ,selama pilihan tersebut merupakan keputusan tepat yang kita lakukan. Namun, bila kita hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh banyak orang, maka itu bukanlah keputusan yang baik untuk kita. Mengapa?Karena pada akhirnya, pilihan karir atau pendidikan tersebut suatu hari pasti akan membebani kita bila tidak sesuai dengan diri kita sendiri. 

Maka dari itu, ajaran filsuf mengenai hidup sebagai stoik menjadikan manusia lebih manusiawi terhadap dirinya sendiri. Menjadi stoik membuat kita lebih bijaksana dalam memandang kehidupan. Kita tidak memaksakan segala sesuatu, mampu mengendalikan diri, menerima apa yang tidak dapat kita kendalikan, dan menjalani kehidupan sesuai dengan jalur kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun