Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, hubungan manusia, dan science. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Melatih Otak Berpikir Kritis, Bermanfaat Menyehatkan Otak

9 Desember 2024   07:40 Diperbarui: 11 Desember 2024   18:28 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: unsplash.com

Otak manusia sangat istimewa. Otak merupakan organ penting yang mengatur dan mengendalikan tubuh manusia, mengolah informasi, pembelajaran, pusat kesadaran, koordinasi, berkoneksi dengan lima indera, dan sebagainya. 

Sumber gambar: mayfieldclinic.com
Sumber gambar: mayfieldclinic.com

Secara anatomi yang dikemukakan dalam artikelnya anatomi otak oleh mayfieldclinic, pada dasarnya otak terdiri atas 3 bagian yaitu cerebrum (otak besar) , cerebelum (otak kecil), dan batang otak. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri dari saraf yang keluar sepasang pada sum sum tulang belakang dan saraf cranial dari otak. 

Sistem saraf bagaikan percabangan kabel-kabel yang keluar dari batang otak (saraf cranial) dan sum-sum tulang belakang. Sistem saraf bekerja mempersyarafi bagian tubuh yaitu sistem saraf tepi dan sistem saraf cranial berjumlah 12 yang mempersyarafi bagian wajah seperti penglihatan, motorik wajah, menelan, dan sebagainya . Saraf memiliki 2 bagian yaitu serabut saraf motorik dan sensoris. Serabut saraf motorik mewakili sinyal pergerakan pada bagian tubuh, sedangkan serabut saraf sensoris berkaitan dengan sensasi/ sensitifitas. Maka, ketika saraf mengalami cidera, maka akan mengganggu pergerakan tubuh dan sensasi pada bagian tubuh yang dipersyarafi oleh saraf tersebut.

Otak besar terdiri dari bagian kiri dan kanan. Otak besar memiliki fungsi penting yaitu belajar, berpikir, penafsiran sentuhan, penglihatan, berbicara, emosi, dan mengendalikan gerakan tubuh. Otak besar terdiri atas lobus frontal, parietal, oksipital, dan temporalis. Pada masing-masing lobus ini memiliki tugas vital yang memengaruhi kinerja otak.

Sumber gambar: mayfieldclinic.com
Sumber gambar: mayfieldclinic.com

Berikut pembagian lobus pada otak besar dan peranannya:

Lobus frontal yang biasa dikenal dengan prefrontal cortex berperan dalam membentuk perilaku, kepribadian, emosi, berpikir kritis, bernalar, kecerdasan, kesadaran, dan konsentrasi. Pada lobus frontal terdapat area broca yang berfungsi sebagai pusat bahasa dimana kita dapat menyampaikan presentasi, menulis, membaca, dan belajar bahasa. 

Lobus parietal berperan dalam menerjemahkan bahasa, menerjemahkan informasi persepsi indera peraba, suhu, penglihatan, pendengaran,  informasi adanya nyeri, persepsi visual dan spasial, dan memori. 

Lobus oksipital menerjemahkan penafsiran penglihatan yaitu cahaya, warna, dan gerakan.

Lobus temporalis beperan dalam memahami bahasa, menyimpan memori/daya ingat baik jangka pendek maupun jangka panjang, pendengaran, urutan, dan organisasi.

Untuk otak kecil dan batang otak tidak dibahas lebih lanjut, karena artikel ini fokus membahas bagaimana peran dari otak besar terhadap kemampuan kita berpikir. 

Berdasarkan anatomi di atas, otak besar memiliki fungsi vital dalam kemampuan kita belajar, berpikir kritis, menemukan solusi dalam suatu permalasahan, mempelajari suatu bahasa, dan sebagainya. Otak besar dengan fungsi spesifik yang dikoordinasikan oleh masing-masing lobusnya, memungkinkan kita dapat mengembangkan diri ke arah yang lebih baik dari versi kita.

Pola perilaku, emosi, dan cara kita berbahasa sehari-hari, bila itu penuh dengan hal-hal buruk, maka kita perlahan menciderai otak kita. Kurang beristirahat, jarang berolahraga, malas bergerak, malas belajar, dan tidak bergairah dalam mengembangkan diri, otomatis jumlah lekukan pada otak besar tidak berkembang. Selain itu, pada lobus temporal dimana kurang dilatih, akan menurunkan kemampuan daya ingat. 

Sistem limbik yang merupakan suatu sistem dalam otak terdiri atas hipotalamus, girus cingulate, amygdala, dan hipokampus. Sistem limbik sebagai pusat pembelajaran, ingatan, dan emosi. Sistem limbik ini juga terletak pada otak besar. Pada hipotalamus mengendalikan rasa lapar, haus, pengatur tubuh untuk tidur, tekanan darah, sekresi hormon, dan emosi. Amygdala berperan dalam reaksi emosional dan hipokampus berperan dalam memori. 

Saat kita memutuskan untuk tekun belajar baik itu memperdalam suatu ilmu, bahasa, berlatih mengerjakan soal-soal ujian, menghapal, menulis, dan senagainya, berarti kita sedang melatih sistem limbik pada bagian struktur dalam otak besar. Sistem limbik bekerja sama secara terorganisir pada sistem otak besar. Maka, berpikir kritis sangat penting untuk menyehatkan otak, terutama memacu kinerja otak agar selalu berkembang.

Berpikir kritis merupakan proses berpikir yang lebih kompleks, mencerna suatu informasi/ pembelajaran dengan melakukan studi mendalam, membandingkan dengan lebih saksama antar ilmu yang dipelajari, mencari dan memecahkan suatu permasalahan kompleks, dan mengkoordinasikan antara hubungan sebab akibat dari suatu permasalahan/ teori yang dipelajari. Berpikir kritis tingkatannya lebih dari sekadar berpikir. Berpikir kritis menimbang lebih mendalam suatu kompleksitas dari suatu probabilitas permasalahan. Berpikir kritis menguraikan kemampuan berpikir dalam rangkaian algoritma probabilitas, yang dikerucutkan menjadi suatu pembuktian kritis. 

Seringnya kita melatih kemampuan berpikir kritis, maka kita terbiasa mengolah berbagai informasi dengan lebih relevan dan kritis. Kita tidak mudah menelan mentah-mentah segala informasi yang tampak di permukaan. Kita membuktikan informasi yang didapat dengan riset lebih mendalam. Membaca berbagai literatur, mendengarkan dari orang-orang yang pakar di bidangnya, dan bertukar informasi dengan rekan yang sama-sama ahli di bidang tersebut. Teori pembuktian ini kemudian dihubungkan dan menghasilkan pembuktian yang konkrit.

Melatih cara berpikir kritis lebih sering dilakukan pada saat kita menyusun tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi), membuat jurnal ilmiah, dan menulis buku. Sebenarnya, berpikir kritis tidak sekadar membuat karya tulis ilmiah saja, bahkan berpikir kritis sangat diperlukan dalam hidup sehari-hari.

Sebagai contoh, saat kita mendengar informasi mengenai pemberitaan miring di media masa, tentu sebagai orang yang memiliki tingkat pemikiran unggul, kita tidak akan langsung mempercayai pemberitaan miring tersebut. Selain itu, pemberitaan yang ada juga sebenarnya tidak membawa dampak signifikan yang positif dalam hidup kita. Tindak mengabaikan pemberitaan miring, merupakan salah satu bagian dari berpikir kritis. 

Pada saat kita mengerjakan pekerjaan kantor, disana juga kita menggunakan kemampuan kita untuk berpikir kritis dalam membuat tugas tersebut. Menafsirkan data, mengolahnya, membandingkan dengan data sebelumnya, memprediksi trend selanjutnya, dan mengaitkannya dengan pertumbuhan pasar baik itu nilai tukar uang, kebijakan politik ekonomi, dan sebagainya. Kecenderungan data rill di lapangan yang sedang bergejolak memengaruhi kinerja data yang sedang dikerjakan. 

Mengerjakan soal-soal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi yang dikenal dengan HOTS (High Orders Thinking Skill). Soal-soal kompleks dalam kategori HOTS, dikerjakan dengan kemampuan berpikir yang lebih mendalam untuk memecahkan permasalahan dari soal yang diberikan. Berlatih mengerjakan soal HOTS membuat kinerja otak lebih berkembang, kita membiasakan otak untuk berlatih dan beradaptasi dalam memecahkan soal-soal HOTS tersebut. Maka dengan terbiasanya otak memecahkan soal HOTS, maka kemampuan berpikir otak melampaui kemampuan sebelumnya. 

Berpikir kritis membuar diri kita lebih berkembang. Tentunya, kita akan jauh lebih baik sari versi kita selanjutnya. Mengambil pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi juga bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kita dalam berpikir kritis. Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk terus membaca, belajar, memperluas pergaulan dengan orang-orang hebat, menemukan mentor, dan berinvestasi pada kursus bahasa/ keterampilan/ilmu pengetahuan yang memambah value diri kita. 

Begitulah proses dari berpikir kritis. Kita bernalar untuk memecahkan suatu permasalahan kompleks dan menemukan berbagai algoritma probabilitas, yang digunakan untuk pembuktian akhir dari hipotesa yang telah kita buat. Melalui proses berpikir kritis ini berarti kita telah berupaya untuk mengembangkan kemampuan otak kita untuk bekerja dengan maksimal. Melatih kemampuan otak sangat bermanfaat. Selain menjadi lebih cerdas dalam perilaku, manajemen emosi, kecerdasan bahasa, dan intelektual, memori kita akan selalu berkembang dan mengurangi risiko terhadap berbagai penyakit otak. 

Selain mengasah kemampuan otak dengan berpikir kritis, kita juga harus bergerak, berolahraga, dan makan makanan bergizi untuk menjaga kesehatan otak dan tubuh. Dengan demikian, pada masa tua nanti kita akan tetap bugar, bisa bergerak bebas, tidak pikun, dan terlihat awet muda. 

Semoga bermanfaat

Referensi

Mayfieldclinic.com

"Tulisan ini tidak menggunakan tools GenAi"

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun