Karakter narsitic personality disorders sangat populer pada masa ini. Seluruh media masa membahas karakter ini secara runut, demi membuka lebar kesadaran literasi masyarakat akan kecenderungan karakter ini yang mungkin hidup di sekitar mereka.Â
Begitu panasnya topik personality dari narsistik, banyak orang mengutarakan bahwa dirinya menjadi korban dari si narsistik. Para korban ini sebagian besar adalah seorang istri atau anak, dimana secara umum narsistik diidap oleh jenis kelamin pria dan orang tua baik ibu atau ayah.Â
Seorang istri yang suaminya seorang narsistik hidup terbelenggu dalam segala aturan, dikontrol penuh, selalu direndahkan, selalu dianggap saingan, dan harus melayani suami secara penuh lahir dan batin. Anak yang orang tuanya narsistik menjadi pribadi yang tidak percaya diri, merasa selalu ditakut-takuti, hidup dikontrol, dan anak tidak boleh berkembang.Â
Orang dengan personality narsistic hanya dapat didiagnosa oleh psikiater/psikiatrist/psikolog. Seseorang yang memiliki kecenderungan karakter ini, pada umumnya sulit dideteksi dengan mudah. Mereka mampu hidup dengan baik dalam masyarakat. Biasanya mereka sangat disegani karena perilakunya sangat baik kepada orang-orang di sekitarnya. Namun, sikap mereka sangat buruk kepada pasangan hidup dan anak kandungnya.
Seorang narsitik mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami penyimpangan karakter. Sejumlah tanda yang memperlihatkan seseorang memiliki kecenderungan narsistik yaitu selalu terlihat ingin menjadi pusat perhatian, merasa dirinya paling hebat, merasa tidak terkalahkan dari siapapun, tidak memiliki empati, dan manipulatif. Bila kita menemukan seseorang dengan karakteristik ini, bisa jadi ia adalah seorang narsistik.Â
Bila kita baru pertama kali berinteraksi dengan seorang narsistik, sifat utama yang menonjol yaitu dia dapat menceritakan semua prestasinya, kekayaannya, dan bahkan menceritakan bagaimana ia telah berbuat baik. Ketika orang seperti ini berbicara mengenai hal-hal seperti ini tanpa perlu kita tanyakan, ini bisa saja dia seorang narsistik yang sedang melakukan penjajakan dengan kita untuk menarik perhatian kita agar mau bersahabat dengannya.Â
Adapula sikap narsistik yang berupaya menarik hati lawan jenis yang menjadi targetnya, dengan berbuat baik secara berlebihan. Perilaku baik biasanya mudah menarik simpati orang lain. Seringnya kita mendapatkan suplay kebaikan narsistik, maka kita akan mudah bergantung kepadanya. Maka dari itu, banyak orang yang terjebak dengan si narsistik hingga jatuh hati dan menikah dengannya.
Mungkin dari antara kita dapat merefleksikan diri, apakah kita sendiri seorang narsistik yang telah banyak menyakiti hati orang di sekeliling kita. Â Bila demikian, saatnya untuk berusaha memperbaiki diri dan berupaya maksimal untuk mengurangi sifat terlalu melebih-lebihkan diri sendiri, terlalu membanggakan diri sendiri, dan selalu menyalahkan pasangan/keluarga.Â
Orang yang menjadi korban dari sifat narsistik ini, akan mengalami gangguan kesehatan mental. Mereka cenderung sulit melepaskan diri dari narsistik. Sebagian besar mereka menolak kenyataan bahwa orang itu merupakan orang yang jahat.Â
Perilaku narsistik merusak kesehatan mental orang terdekatnya seperti pasangan, anak, dan keluarganya. Mereka cenderung mengontrol kehidupan orang terdekatnya. Ia selalu melimpahkan semua kesalahan, mengekang, berbuat licik, penuh kebohongan, dan tidak setia. Begitu buruknya sikap ini, maka orang narsistik sulit menyadari penyimpangan perilakunya, dan cenderung merasa di atas angin.Â
Penutup
Sebagai makhluk sosial, kita wajib membentengi diri dari orang yang berperilaku terlalu baik dan selalu menyombongkan diri/ self sentris. Orang dengan tipe perilaku ini akan sulit untuk dijadikan teman, sahabat, atau bahkan pasangan hidupm orang-orang seperti ini memiliki emosi yang meledak-ledak jika sudah menunjukkan sifat aslinya. Merusak mental dan mengacaukan kehidupan orang di sekelilingnya.
Jika ingin memiliki mental yang sehat, jauhkanlah diri dari orang seperti ini. Sayangi diri Anda dengan bersikap selektif dalam memilih teman, sahabat, dan pasangan hidup.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H