Sebagai manusia kita mudah mengalami kecemasan. Semakin dewasa, semakin berkembang pula rasa cemas. Kecemasan kita sebagai manusia dewasa dipicu oleh banyak hal, baik itu karena tuntutan kehidupan dan cara pandang diri yang rendah.Â
Kecemasan itu sebenarnya hanya ada di pikiran saja. Namun, kecemasan mampu menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan mental. Kecemasan yang berlebih dan sulit dikontrol dapat memicu depresi. Bila sudah mengalami depresi, maka seseorang akan melakukan berbagai hal di luar akal sehatnya.Â
Sering kita dengar di media masa, banyak orang melakukan bunuh diri karena sudah mengalami depresi berat yang diawali oleh rasa cemas.
Mereka merasa cemas terhadap tuntutan tugas/pekerjaan, cemas tidak dapat membayar utang, cemas dengan keadaan hidupnya, dan atau cemas karena berbuat salah. Segala kecemasan ini menumpuk di dalam pikiran mereka yang menjadikannya stres berlebih dan berkembang ke arah depresi.Â
Sebagai manusia memang kita seringkali sulit mengontrol pikiran sadar kita. Pikiran negatif cenderung lebih menguasai diri kita. Berbagai hal dalam kehidupan modern saat ini, terutama di perkotaan besar lebih banyak menuntut masyarakat untuk bergerak cepat. Pekerja kantor menghadapi banyak tugas dengan waktu kerja yang panjang, namun istirahat yang kurang. Mereka diharapkan mampu bekerja dengan baik sesuai potensi yang dimiliki.
Oleh karena itu, tekanan dari pekerjaan dan perusahaan mudah memengaruhi karyawan untuk mengalami kecemasan dalam kehidupan kerja.Â
Belum lagi soal upah kerja di Indonesia ini masih belum sesuai dengan standar hidup dan tenaga yang dikeluarkan oleh karyawan. Mereka harus mengimbangi antara kontribusi dalam bekerja dan mengatur biaya hidup agar mampu bertahan di kota besar. Segala hal yang mereka hadapi dalam kehidupan ini banyak memicu rasa cemas yang tidak ada ujungnya.Â
Setiap orang dengan kehidupannya masing-masing memiliki kecemasannya sendiri. Sebagian besar kecemasan utama manusia dewasa yaitu soal keuangan dan kebutuhan hidup.
Bila seseorang sudah berkeluarga, kecemasan itu bercabang ke persoalan pendidikan anak dan biaya hidup seluruh anggota keluarga. Pikiran manusia dewasa dirancang untuk menghadapi masalah, mencari solusi, dan memanipulasi segala permasalahannya.
Oleh karena itu, pikiran manusia bagaikan sebuah labirin, dimana segala hal dipikirkan untuk menemukan jalan keluarnya atau tersesat dalam segala polemik pikiran itu sendiri.Â