Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Lonely Marriage Dapat Dipicu dari Salah Memilih Pasangan Hidup

28 Oktober 2024   16:54 Diperbarui: 28 Oktober 2024   20:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan berarti menyatukan dua individu yakni pria dan wanita dalam satu ikatan utuh dan bersepakat untuk menjalankan kehidupan bersama-sama baik suka maupun duka, sedih maupun bahagia, sakit maupun sehat, susah maupun mudah serta menerima segala kelebihan dan kekurangan karakter satu sama lain. Ketika Anda sudah siap menikah berarti Anda sudah siap menghadapi segala permasalahan dalam hidup bersama pasangan Anda. Anda pula harus menerima kenyataan, bahwa pernikahan seperti apapun tidak dapat memaksakan takdir jika tidak dapat memiliki anak. Selain itu, Anda juga harus menerima segala konsekuensi dari keputusan Anda, bahwa pernikahan tidak selalu dapat membuat Anda bahagia dan sesempurna apa yang Anda ekspektasikan. 

Pilihan untuk menikah itu bagi saya sangat sulit. Mungkin bagi sebagian besar orang, menikah itu merupakan suatu keharusan dan dapat diputuskan segera setelah menemukan orang yang cocok untuk diajak hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Lalu, mengapa bagi saya keputusan menikah itu sulit? Begini, pernikahan itu dalam agama apapun melarang adanya perceraian. Jika seandainya, orang yang dipilih ternyata seorang yang manipulatif, narsistik, atau memiliki kelainan karakter, maka ini merupakan konsekuensi besar yang akan dihadapi dalam pernikahan. Menghadapi seseorang dengan kelainan karakter itu sangat sulit, selain menghabiskan banyak energi, tentu mental kita akan tersiksa. Apalagi orang tersebut merasa dirinya tidak sakit mental, maka sulitlah kita ajak untuk mendapatkan pengobatan psikologis. 

Sumber gambar: https:/www.unsplash.com
Sumber gambar: https:/www.unsplash.com

Memahami karakter seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Seringkali, dalam percintaan apapun, lawan jenis yang naksir kepada kita pasti akan berupaya menarik perhatian kita dengan menghujani banyak hadiah, perhatian, mengirimi chat setiap hari dan sepanjang hari, dan lain sebagainya. Ini trik efektif yang umum dilakukan siapa saja baik pria dan wanita untuk mendekati orang yang dicintainya. 

Pendekatan ini dikenal istilah PDKT dan sasarannya disebut gebetan. Upaya pendekatan apapun perlahan menciptakan perasaan suka satu sama lain. Maka, hubungan tersebut berubah menjadi status pacaran setelah pria mengucapkan "aku cinta padamu, maukah kamu menjadi pacarku?", jika sudah pacaran beberapa waktu, merasa yakin satu sama lain, kemudian si pria mengucapkan pertanyaan begini,"maukah kamu menjadi istriku? Ibu dari anak-anakku?", maka pernikahan pun akan terjadi kemudian.

Ini merupakan proses dari hubungan yang dijalani oleh pria dan wanita hingga terikat dalam pernikahan. Awalnya dimulai dengan mengenal satu sama lain, berpacaran, setelah yakin baru menikah. Pada masa pendekatan, segala hal tampak baik dan berkesan. Bagaimana tidak? Inilah upaya promosi diri yang wajar dilakukan untuk mendapatkan hati seseorang. Dalam masa pendekatan, semua orang terlihat baik. Namun setelah berpacaran, munculah sifat-sifat tertentu yang sulit untuk dibedakan dengan sifat asli, bahkan terlanjur dibawa ke pernikahan, dimana biasanya sifat asli seseorang terlihat sangat jelas. 

Dalam agama Islam, biasanya pria dan wanita menjalani ta'aruf dengan bantuan orang lain untuk menceritakan satu sama lain dan mengirimkan proposal berisi identitas diri, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, karakteristik kepribadian, dan informasi aktivitas sehari-hari secara tertulis. Mereka tidak berpacaran, tetapi hanya mengenal lewat proposal dan bantuan orang penengah pemberi informasi. Ketika sudah cocok, maka mereka dapat bersepakat menikah, pacarannya ya setelah menikah. 

Pendekatan sebelum pacaran, pacaran sebelum menikah, dikisahkan dalam banyak bentuk. Serial drama Korea dan drama Cina tentang percintaan banyak memberikan pandangan bahwa cinta sangat manis. Usaha seseorang untuk mendapatkan cinta dibumbui dengan berbagai rintangan. 

Karakter pria dan wanitanya selalu terlihat sempurna dengan kepribadian yang baik, saling pengertian, saling mencintai dengan tulus, rela berkorban, mau berjuang satu sama lain, dan pastinya si pria selalu dikisahkan sebagai sosok sempurna yang kaya raya dan sukses sedangkan si wanita bagaikan upik abu yang beruntung mendapatkan pangeran. Puncak dari cerita, mereka menikah, punya anak, dan bahagia selamanya. 

Kisah percintaan pada serial drama memberikan ekspektasi pada pria dan wanita bahwa karakter pasangan ya harus seperti di drama korea. Bagi wanita, pria idaman itu ya tampilannya good looking dengan kehidupan yang mewah. Kalau Anda pernah nonton serial Meteor Garden, cerita cinta antara Sancai dan Dao Ming Se penuh konflik. Dikisahkan upaya Dao Ming Se mendekati Sancai, hingga akhirnya Sancai pun memiliki perasaan kepada Dao Ming Se, dimana serial ini diakhiri dengan mengungkapkan perasaan satu sama lain. Isinya hanya perjuangan cinta. Yang menjadikannya lebih menarik yaitu karakter Dao Ming Se merupakan orang kaya raya, sedangkan Sancai wanita miskin. Tentu, kisah modelan Cinderella ini banyak menjadi inspirasi wanita untuk menemukan pria yang seperti Dao Ming Se di dunia nyata.  

Tingginya standar pria di mata wanita menjadikan banyak kesempatan bagi si wanita untuk mendapatkan pria yang tepat itu terlewatkan begitu saja. Bagi kebanyakan wanita usia 25-an dan 30-an, pria mapan lebih penting daripada hanya sekadar ketampanan wajah. Pada era 90-an, bagi remaja wanita, pria tampan dan punya motor merupakan standar pacar yang diidamkan daripada pria pintar dengan tampang biasa saja. 

Pada era digital ini, bagi wanita, pria yang punya mobil, rumah, dan berpenampilan branded menjadi standar untuk dijadikan suami. Standar ini biasanya lebih banyak ditentukan oleh wanita pada usia 20an hingga 30an, nah begitu si wanita mencapai usia 35 tahun ke atas, dimana begitu banyak pria terlewatkan karena ia terlalu sibuk memasang standar mapannya pria, sehingga pria yang manipulatif pun mulai bermunculan. 

Kehidupan cinta yang sempurna hanya ada di serial drama tv saja. Pada kenyataannya, cinta dalam pernikahan mengalami begitu banyak permasalahan. Hanya kedewasaan antar pasangan yang mampu menjaga keutuhan dari pernikahan. 

Rasa bosan, jenuh, dan kesepian dalam pernikahan lumrah dialami dalam pernikahan lintas generasi. Seringnya melihat orang yang sama setiap hari mulai dari tidur hingga bangun tidur lagi, beraktivitas, dan pergi kemanapun dengan orang yang sama. Tentu saja setiap pasangan pasti akan mengalami fase kebosanan, dimana pada awal pernikahan begitu banyak cerita yang dapat dibagikan satu sama lain, namun seiring dengan setiap saat bersama, sekadar bicara saja sudah tidak ada topik yang menarik untuk dibahas. 

Maka, kesepian dalam pernikahan itu selalu ada. Baik dari generasi nenek moyang kita dulu hingga generasi digital saat ini. Hanya saja, dahulu pemberitaan mengenai kehidupan pernikahan jarang dibahas karena media yang ada dulu hanya televisi dan media cetak. Saat ini, siapa saja dapat membagikan kisah rumah tangganya di media sosial. Maka, segala bentuk perasaan dalam pernikahan pun bisa kita temukan dalam berbagai unggahan yang dibagikan di media sosial. 

Keterbukaan kehidupan antar manusia saat ini memang sangat lebar. Masalah kesehatan mental lebih menjadi topik yang banyak dibahas dalam kehidupan pernikahan pada era digital ini. Mengapa demikian? Manusia mahkluk yang memiliki perasaan dan pikiran, dimana hubungan antar manusia akan saling memengaruhi akal sehat. Menghadapi pasangan yang berbeda karakter dengan kita bukanlah hal yang mudah. Karakter yang pendiam paling sulit dihadapi. Biasanya pasangan pendiam akan menciptakan kebisuan dalam rumah tangga. 

Karakter pria lebih cenderung pendiam dibandingkan wanita. Namun mereka lebih butuh dimengerti. Sedangkan wanita membutuhkan perhatian. Wanita lebih banyak berbicara sedangkan pria dituntut untuk mendengarkan si wanita. 

Saat si pria berbicara, wanita diminta untuk mengerti tanpa perlu mengomentari atau memberikan solusi. Sedangkan ketika wanita berbicara pun sebenarnya sama, wanita hanya ingin didengarkan. Tetapi biasanya saat pasangan kita membicarakan masalahnya, kita malah memberikan solusi dan saran untuknya, bahkan cenderung mengomentari dengan terburu-buru, atau menyalahkannya. Inilah yang membuat satu sama lain lebih baik memilih diam saja, menyimpan begitu banyak cerita dan masalah, dan lebih nyaman membagikannya dengan teman. 

Saat ini orang-orang cenderung lebih banyak berinteraksi dengan handphone. Suami atau istri lebih banyak menatap handphone daripada harus berbicara dengan pasangannya. Mereka mencari hiburan dengan media sosial sampai lupa untuk berinteraksi dengan pasangannya. Masing-masing sibuk dengan handphone, padahal duduk atau berbaring bersebelahan. Bahkan saat makan saja sibuk dengan handphone. Beginilah kehidupan saat ini. Tidak banyak kata yang keluar, satu sama lain sangat kesepian, kesepian itu diisi dengan mencari hiburan dari media sosial, menonton serial drama, dan curhat dengan teman-teman. 

Bosan dan jenuh satu sama lain juga dapat menciptakan rasa sepi dalam pernikahan. Berbicara satu sama lain juga sudah menjadi kesukaran. Kesibukan bekerja satu sama lain juga dapat mengurangi interaksi fisik dan komunikasi. Bahkan berkirim pesan dengan handphone kepada pasangan saja sudah jarang dilakukan. Suasana hangat dan harmonis yang berubah setelah menikah biasanya dipengaruhi oleh karakter asli pasangan. Bisa saja baik istri atau suami sifat aslinya pendiam, manipulatif, egois, atau cuek. 

Biasanya karakter seperti ini sulit dihadapi. Bagi mereka pernikahan hanyalah sebuah wadah untuk menciptakan keturunannya. Sedangkan hubungan emosional dengan pasangan sudah tidak penting lagi. Kesibukan pekerjaan seolah menutupi segala hal yang terjadi dalam rumah tangga. 

Isu kesepian dalam pernikahan sudah terjadi sejak lama. Pasangan yang saling mengikat janji dalam pernikahan dapat menunjukan sifat asli yang keluar setelah menikah. Inilah yang sulit dikendalikan. Saat masa penjajakan, segala karakter pria atau wanita yang sudah memunculkan berbagai red flags tertutupi dengan kebaikan-kebaikannya. 

Red flags yang muncul dalam masa penjajakan misalnya sering mendiamkan Anda, tiba-tiba menjauh tanpa sebab, tiba-tiba bisa muncul lagi seolah tidak terjadi apa-apa, marah tanpa sebab, mengekang, mengomentari cara Anda berpakaian, posesif, melarang Anda berteman dengan teman tertentu, sibuk dengan gadget saat bersama Anda, dan sebagainya. 

Pandanglah hal-hal ini, jadikanlah sebagai perhatian lebih bagi Anda untuk memutuskan meneruskan hubungan ke arah serius atau tidak. Jika Anda memutuskan meneruskan hubungan ke pernikahan, maka segala konsekuensi dari karakter orang seperti ini yang akan Anda hadapi seumur hidup.  

Rasa sepi dalam kehidupan pernikahan lebih banyak dialami wanita. Setelah menikah, banyak wanita memilih menjadi ibu rumah tangga. Suami sibuk bekerja, sedangkan istri hanya di rumah. Maka ia dapat merasakan kesepian. Biasanya istri yang memilih menjadi ibu rumah tangga, keluar dari pekerjaannya setelah menikah, keputusannya ini ditenggarai oleh permintaan suaminya. Menurut penulis, keputusan ini tidak sepenuhnya salah. Perlu dipertimbangkan apakah ini tepat. Kehidupan tidak selamanya mulus. Tidak selamanya sebagai istri bergantung dengan penghasilan suami. Bekerjasama dengan mencari nafkah jauh lebih baik. Kebutuhan istri juga banyak tidak hanya sekadar makan dan pakaian. 

Kesepian setelah menikah dapat di-treatment dengan mengajak pasangan menikmati akhir pekan bersama dengan menonton bioskop, berburu kuliner, bepergian ke alam, dan sebagainya. Nikmati akhir pekan seperti masa pacaran. Selain itu, antar pasangan dapat saling berkomunikasi sebelum tidur, menanyakan kabar dan kegiatan hari ini. Bila kebiasaan ini dilakukan, dipastikan rasa sepi itu akan berakhir berganti dengan pacaran kembali. Ajak pasangan untuk mengungkapkan perasaan satu sama lain, koreksi segala hal-hal yang tidak disukai, Anda juga dapat konsultasi pernikahan ke psikiater. 

Sebelum memastikan menikah, alangkah baiknya Anda dan pasangan konseling pra nikah. Konseling pranikah bertujuan mengulik karakter satu sama lain lebih mendalam. Psikolog/ psikiater akan memberikan asesment menyeluruh pada Anda dan pasangan. Dengan demikian, segala hal yang nantinya akan menjadi keputusan yang saling menguntungkan satu sama lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun