Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dampak Mengonsumsi Kuliner Modern dengan Ultra Proses

24 Agustus 2024   16:40 Diperbarui: 23 September 2024   20:40 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Farhad Ibrahimzade (https://unsplash.com)

          Pada masa sekarang dengan kehidupan yang lebih modern dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kegiatan makan dan makanan itu sendiri sudah menjadi food-lifestyle. Masyarakat desa dan kota sudah banyak mendapatkan informasi masif dari media sosial dan televisi mengenai kreasi kuliner yang menarik dan membuat perut lapar. Kecenderungan kebiasaan makan masyarakat saat ini telah banyak berubah mengikuti perkembangan zaman. Kehidupan dahulu sebelum era digitalisasi, pola makan pada masyarakat Indonesia terpaku pada sepiring nasi dengan sayur dan lauk. Sebagai contoh nasi, sayur tumis bayam, tempe, dan ikan goreng. Namun, seiring dengan meluasnya sebaran konten foto dan video mengenai ulasan kuliner cantik dan tampak lezat, ternyata mengubah kebiasaan makan sebagian besar masyarakat terutama perkotaan besar. 


Saat ini masyarakat banyak memilih makan seblak, semangkok ramen Jepang, odeng Korea, aneka pasta, dan makanan sejenis lainnya. Ternyata makanan ini banyak dikonsumsi oleh usia remaja dan dewasa yang bekerja sebagai menu sarapan, makan siang, atau bahkan makan malam. Berbagai produsen dan pengusaha kuliner berkompetisi menciptakan aneka kuliner menarik yang lezat dengan formulasi  gula, garam, dan lemak berpadu dengan penyedap rasa, pewarna makanan, dan rasa buah sintetik  yang membuat makanan lahir dengan over kalori dan minim nutrisi. Sejumlah makanan yang beredar diproses dengan cara memasak yang beruntun yaitu direbus, digoreng, dan kemudian dipanggang. Fast food merupakan jenis makanan yang banyak melalui proses masak beruntun seperti ini yang sudah banyak dikupas di media dengan sebutan makanan ultra proses. 


Makanan ultra proses mengandung nutrisi yang rendah, kepadatan energi yang tinggi, rendah serat, minim protein, dan gizi yang buruk dikarenakan kaya akan lemak jenuh, gula tambahan, dan garam yang tinggi. Fast food yang lahir dari ultra proses hanya mementingkan aspek rasa sedap, renyah, lembut, garing, dan tentu saja memanjakan lidah. Siapapun yang mengkonsumsi fast food akan kembali mengulangnya. Mengapa demikian? karena makanan lezat mengubah sinyal dopamin di otak yang bereaksi dengan mendorong motivasi dan mengubah kebiasaan saat menyantap makanan lezat sebagai pemicu penghargaan. Hal ini sering dijadikan self reward pada masyarakat akan suatu peristiwa semisalnya setelah bekerja shift malam, melalui hari yang melelahkan, dan bahkan menjadi teman saat bekerja atau belajar. Selain itu menurut penelitian bahwa, insulin terbukti mengatur  dopamin yang memberikan rasa kenyang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa makanan lezat kaya kalori dari gula dan lemak memicu kerja insulin yang cepat memberikan rasa kenyang, namun setelah itu tubuh akan cepat kembali lapar dan mengubah perilaku untuk makan lebih banyak yang berakhir pada obesitas. 

Sumber: Brooke Lark (https://unsplash.com)
Sumber: Brooke Lark (https://unsplash.com)

Kuliner modern yang hadir seperti salad buah dengan limpahan susu kental manis dan parutan keju, smoothy dengan susu kental manis, donat, dan muffin dengan taburan cream cokelat, steak ayam kekinian dengan saus barbeque, latte kekinian, dan sebagainya. Kuliner modern dan fast food tergolong makanan yang mudah didapatkan, murah, dan lezat. Berbagai jenis makanan ini rupanya dapat mempengaruhi kesehatan mental manusia. Makanan yang tinggi kalori dengan gula, garam, dan lemak memupuk mikroba bakteri stress pada usus yang memicu otak untuk mengalami kecemasan dan bahkan depresi. Hal ini terjadi karena kuliner modern dan ultra proses memicu reaksi inflamasi dan depresi yang dikarenakan perubahan neurotransmitter serotonin pada otak yang melibatkan suasana hati, emosi, kognisi, dan keadaan depresi. Inilah yang terjadi ketika kita mengkonsumsi makanan lezat berlebihan maka kita akan terus ketagihan untuk kembali mengulanginya. Makanan lezat membuat otak belajar untuk mengingat sensasi yang diciptakan saat kita mengkonsumsinya, bila kita tidak mengkonsumsinya maka muncul rasa cemas. Efek akumulasi domino ini bereaksi pada kesehatan tubuh baik jantung, ginjal, hati, pembuluh darah, saraf, dan otak.

sumber: jeshoots.com (https://unsplash.com)
sumber: jeshoots.com (https://unsplash.com)

Kehidupan kita tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan apa yang terlihat di depan mata. Lingkungan tempat kita berada baik keluarga, sekolah, dan tempat kerja mempengaruhi kebiasaan kita sehari-hari dalam hal makan. Seorang Ibu yang ingin menghemat biaya bulanan beralih memilih sosis, nugget, ayam olahan, mi instan, susu kotak, jus, dan minuman kemasan sebagai bekal makan siang anak dengan alasan harga murah dan praktis. Kebiasaan kotak bekal anak yang minim nutrisi dan rendah protein ini membentuk kebiasaan makan anak yang ketagihan makanan ultra proses. Tentu akibatnya seperti banyak yang diberitakan di media masa bahwa maraknya anak usia 5 tahun sudah mengalami gagal ginjal yang harus melalui proses cuci darah di berbagai rumah sakit. Apakah ini sebagai bentuk pandemi fast food-illness? Mari kita contohkan lagi, karyawan perusahaan yang bekerja ditemani segelas latte kekinian setiap hari dikarenakan lingkungan kerja didominasi pecandu latte. Anak sekolah dan dewasa terpicu untuk membeli es krim kekinian dan minuman bobba karena melihat antrian panjang orang lain yang membuat rasa penasaran. Selain itu, saat kita sedang menskrol media sosial yang menayangkan konten kuliner maka kita terpicu untuk segera memburu lokasi kuliner itu berada. Lagi-lagi fenomena ini lahir dari suatu bentuk pengaruh lingkungan dan manusia bereaksi karena terpicu oleh apa yang dilihatnya. 


Sekarang kita kembali ke masa dahulu dimana pola makan masih alami dengan makanan kaya protein, kabohidrat alami, vitamin, dan nutrisi. Makanan alami tidak harus mahal, bahkan makanan ultra proses terbilang lebih mahal. Namun, masyarakat modern berpola pikir bahwa makanan modern lebih tinggi kastanya dan terlihat menakjubkan dimana orang memamerkannya di media sosial, yang terlihat cantik dan lezat. Maka kita terpicu untuk ikut berpartisipasi memamerkan makanan lezat tersebut di media sosial  kita. Apakah makan makanan lezat salah? tentu saja tidak salah. Kita bebas memakan apa saja. Kita diberikan kebebasan untuk memilih. Hanya saja, segala hal ada batas dan aturannya. Makan makanan lezat melebihi batas dan bahkan menjadi kebiasaan sehari-hari, dimana makan 3 kali sehari dengan menu sarapan seblak, makan siang fried chicken kekinian, dan makan malam ramen serta minimnya minum air putih yang diganti dengan latte, minuman kemasan, dan es teh viral. Jika pola makan ini diulang setiap hari dan mungkin dengan menu berbeda yang mirip, percayalah bom waktu akan meledak. Kita akan melihat wujud dari pandemi fast food-illness di beberapa tahun mendatang. Masyarakat modern dengan teknologi modern, makanan modern dengan proses modern, dan dampak lingkungan hidup yang modern. Semuanya ada dampak risiko. Bila kita hanya sesekali mengkonsumsi jenis makanan lezat ini ya tidak masalah bukan? 

Berikut tips untuk kembali hidup sehat dengan mengatur kebiasaan sehari-hari. Mari simak dan terapkan sebagai wujud kepedulian terhadap masa depan dengan memberikan perhatian pada tubuh kita.


1. Beralih ke Makanan Alami

rens-d-d-kdbggq9ze-unsplash-66c9a5c8c925c44564539e52.jpg
rens-d-d-kdbggq9ze-unsplash-66c9a5c8c925c44564539e52.jpg

                                                                                              Sumber: Rens D (https://unsplash.com)

     Temukan makanan alami yang banyak tersedia di sekeliling kita. Jika Anda pekerja kantoran yang sibuk, Anda dapat memilih       makanan di warteg yang menyediakan aneka makanan alami. Perhatikan apakah makanan tersebut terlalu asin, manis, atau tinggi penyedap. Jika demikian, sesekali tidak masalah mengkonsumsi. Namun, siapkan waktu luang untuk membeli sayuran alami di pasar atau belanja sayuran online. Biasakan diri untuk mempersiapkan sayuran, daging sapi, ayam, ikan, atau telur di kulkas Anda serta berikan waktu untuk membersihkan dan menaruhnya secara terpisah dalam berbagai toples. Sayuran dan lauk tersebut siap dimasak dan memudahkan Anda. Makanan alami yang murah dan kaya nutrisi seperti tempe, tahu, telur, ubi, jagung, kacang-kacangan, sayuran hijau, brokoli, dan sebagainya. Anda dapat memenuhi kulkas dengan bahan-bahan makanan ini yang tentunya diperhitungkan jumlahnya untuk dimasak dalam sepekan. Dalam hal ini, diperlukan kesediaan waktu Anda untuk melakukannya. Jadikan sebagai rutinitas 1 hari dalam sepekan untuk melakukannya. Beralih ke makanan alami sebagai bekal makan siang Anda. Segera terapkan!


2. Berlatih untuk Makan Makanan Alami

Sumber: Anh Nguyen (https://unsplash.com)
Sumber: Anh Nguyen (https://unsplash.com)

Kembali membiasakan diri makan makanan alami tentu bukan perkara yang mudah. Lidah sudah terbiasa dengan makanan lezat kaya akan bumbu. Pada awalnya Anda akan mengalami fase denial dalam diri Anda ketika putus dari makanan lezat. Anda akan mudah cemas, gelisah, tidak bersemangat, dan selalu merasa lapar. Untuk melewati fase ini, Anda dapat perlahan-lahan dapat memicu diri Anda dengan mengkonsumsi makanan alami yang dimasak dengan takaran rendah garam. Kurangi perisa tambahan pada makanan alami yang diolah. Sop ayam dengan potongan wortel, kubis, dan tomat pada kuahnya sebetulnya sudah memberikan rasa kaldu manis dari daging ayam yang direbus, maka tidak diperlukan gula dan penyedap rasa tambahan. Cukup taburkan sejumput garam setelah sop ayam matang.  Ingin membuat tempe goreng, tempe tersebut tidak perlu diberikan tambahan garam dan penyedap rasa, cukup digoreng saja, sebetulnya tempe sendiri sudah memiliki rasa gurih. Begitu pula makanan alami lainnya, kita berlatih untuk memasaknya secara alami dengan minim garam. Latih tubuh kita untuk mengkonsumsi makanan alami rendah penyedap rasa setiap hari. Berikan pelajaran terus-menerus pada otak akan sensasi makanan alami ini. Maka kita akan terbiasa dengan pola makan sehat ini dan makanan modern sudah tampak tidak menarik di mata kita. 


3. Terapkan Kebiasaan Berolahraga

Sumber: Bruno Nascimento (htpps://unsplash.com)
Sumber: Bruno Nascimento (htpps://unsplash.com)
   

Berolahraga bermanfaat memelihara kesehatan otot, tulang, sendi, jantung, pembuluh darah, dan kesehatan mental. Alihkan diri kita dari ketergantungan makanan lezat dengan berolahraga. Sebagai awal bentuk kebiasaan ini dengan berolahraga sederhana. Anda dapat memilih salah satu olahraga yaitu berlari, angkat beban, peregangan/ yoga/pilates, dan senam. Terapkan kebiasaan berolahraga minimal 10 menit setiap hari. Jika Anda merasa sulit memulainya, sederhanakan dengan melakukan peregangan pada bagian tubuh Anda. Biarkan pompa jantung Anda bekerja dan mengalirkan suplai oksigen untuk memulihkan ketegangan otot Anda. Anda dapat pula memilih berjalan kaki sebanyak 10.000 langkah sehari, bila sulit dilaksanakan, bisa dengan berjalan selama 15 menit saat berangkat atau pulang bekerja. Waktu olahraga terbaik yaitu setelah bangun pagi dan sebelum sarapan. Siapkan waktu Anda untuk melatih diri berolahraga setiap hari. Manfaatnya jauh dari yang dapat Anda bayangkan. Anda akan menjadi individu berbeda dengan kondisi tubuh yang bugar dan kulit wajah yang cerah dan bersih. Selain itu, karyawan perkantoran mayoritas merupakan masyarakat sedentari yang bekerja dengan posisi duduk statis dengan waktu 9 pagi hingga 5 sore. Maka otot-otot postur tubuh tentu mengalami ketegangan dan berujung pada nyeri. Latihan peregangan di kursi kerja selama 10 menit dapat membantu merileksasikan otot, mengurangi rasa nyeri, dan meningkatkan kelenturan sendi. 


4. Kurangi Interaksi dengan Media Sosial


Sumber: Solen  Feyissa (https://unsplash.com)
Sumber: Solen  Feyissa (https://unsplash.com)
    

Konten media sosial menjadi pemicu kita berburu kuliner modern nan lezat. Selain itu, media sosial juga berperan dalam buruknya kesehatan mental individu. Melihat berbagai konten pencapaian orang lain dan apa yang orang lain makan, membuat rasa iri datang. Hal ini menjadikan diri mudah cemas dan sulit tidur karena terlalu banyak menskrol media sosial pada jam tidur. Perilaku makan kita yang tidak sehat juga ditengarai oleh konten kuliner pada media sosial yang cantik dan lezat. Beralih untuk menghapus media sosial sebagai jalan perang melawan pengaruh hedonisme dan manipulasi sosial. 


5. Ciptakan Lingkungan Sehat

Sumber: https://unsplash.com
Sumber: https://unsplash.com

Kita berada di lingkungan yang memicu kebiasaan tidak sehat. Bila teman sekantor Anda mayoritas penikmat latte yang baunya saja sudah memacu otak dan tertekan untuk ikut membeli, maka Anda dapat berlatih dengan meletakkan sebotol air putih di samping laptop Anda. Jika perasaan ingin latte itu muncul, segera minum air dari botol tersebut. Ulangi hal ini setiap hari sampai Anda terbiasa tidak memikirkan untuk membeli segelas latte. Dalam hal ini terdapat hal positif, uang latte Anda dapat ditabung untuk biaya berlibur atau menambah investasi pensiun. Hal yang menarik bukan? lalu bagaimana bila Anda merupakan peminum kopi hitam? tentu saja tidak masalah, namun bisa less sugar, atau bahkan no sugar.  Namun perlu diingat bahwa ambang batang minum kopi sehari yaitu 6 cangkir. Itupun no sugar. Hal yang sama untuk jenis makanan lainnya, bila lingkungan Anda penikmat jajanan seblak, bakso olahan, fast food lainnya, Anda dapat segera menyantap bekal makan Anda atau beralih makanan warteg yang sesekali masih boleh disantap. Terlepas makanan warteg masih tinggi garam, gula, dan lemak. Demikian pula nasi padang. Hidup di Indonesia dengan kuliner tradisional yang sudah menjadi modern, diciptakan dengan berbagai tambahan bumbu penyedap yang menarik dikonsumsi dan membuat ketagihan. Maka, segera berlatih untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Bawa cemilan ubi rebus, pisang rebus, jagung rebus, atau kacang rebus. 


Referensi :

Wallace, CW dan Fordahi, SC. (2022). Obesity and dietary fat influence dopamine neurotransmission: exploring the convergence of metabolic state, physiological stress, and inflammation on dopaminergic control of food intake. HHS Public Access, 35(2): 236–251.

Rodriquez, OC, dkk. (2023). Consumption of ultra-processed foods is associated with depression, mesocorticolimbic volume, and inflammation. Journal of Affective Disorders in Elsevier, 335 (2023) 340–348. 


  

          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun