Malam tadi saya membantu isteri menilai blog mahasiswanya. Mereka adalah mahasiswa teknik informatika yang sedang mengambil mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, serupa Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi yang ada di UI.
Lumayan bingung juga ketika harus memberi nilai. Kebanyakan membuat blog hanya untuk menggugurkan kewajiban, yang setiap artikelnya hanya terdiri dari satu paragraf. Tema yang diberikan pun otomatis dijadikan judul artikel. Seolah sekadar untuk judul saja mereka terlalu malas memikirkannya. Sempat terpikir untuk memberitahukan nilainya di kotak komentar agar dia tahu. Tapi saya urungkan niat itu.
Satu dua mahasiswa punya blog yang bagus, jauh di atas rata-rata temannya. Mereka-mereka inilah yang memang sudah lama ngeblog. Ini memberi bukti bahwa ngeblog itu butuh perjuangan: perjuangan untuk memulai dan mempertahankan konsistensi sampai sampai perjuangan melawan blogger’s block.
Dalam blognya, almarhum Mula Harahap pernah menulis bahwa salah satu tujuan ngeblognya adalah untuk membangun makam di dunia maya. “Dari meja tulisnya masing-masing, di mana pun mereka berada, mereka cukup melakukan ziarah dengan sekali klik dan tiba di makam saya, yaitu blog ini.” tulisnya.
Pada akhirnya, motivasi ngeblog akan ikut menentukan kasta sebuah blog. Tentu blog yang dibuat sekadar menggugurkan kewajiban untuk mendapatkan nilai akan berbeda dengan blog yang dibuat untuk dijadikan makam di dunia maya.
Ngebloglah sebelum ngeblog itu dilarang. Ngebloglah karena kita suka ngeblog. Ngebloglah karena kita ingin punya sesuatu untuk dikenang saat sudah meninggal nanti, karna nisan tidak memberi apa-apa selain nama, tanggal lahir, dan tanggal kematian. Tabik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H