Mohon tunggu...
FIISABIILILLAH JANNAH
FIISABIILILLAH JANNAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa baru Universitas Negeri Surabaya prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan kurang ibadah, ini pentingnya peran empati dalam kesehatan mental

6 Januari 2025   23:30 Diperbarui: 6 Januari 2025   23:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“sholat, biar mental mu sehat!”

“kamu kurang iman, mangkannya stress”

“kamu itu cuman kurang bersyukur saja”

Adalah kalimat yang kerap dilontarkan pada mereka yang sedang berjuang. Padahal, kesehatan mental bukanlah soal kurangnya ibadah, melainkan tentang dukungan, empati, dan pemahaman dari orang-orang di sekitar. Itulah mengapa kebanyakan orang yang menderita penyakit mental, seperti anxiety, bipolar, skizofrenia, dan sebagainya lebih memilih memendam sendiri dan merahasiakan nya. Karena sebagian besar reaksi orang orang di sekitar tidak sesuai harapan. Kebanyakan orang langsung menghakimi bahwa penderita kurang iman, alay, lebay, kurang bersyukur dan terlalu mengada ngada. Mungkin karena kurang nya edukasi terkait kesehatan mental atau kurang nya empati di dalam diri. Padahal efeknya sama dengan kematian, yang membedakan hanyalah bisa mati di tangan sendiri. Di sinilah pentingnya kita belajar untuk mendengar tanpa menghakimi dan menunjukkan empati, terutama dalam hubungan keluarga dan sosial.

Mengapa orang sering disalahkan?

Ketika seseorang mengungkapkan rasa cemas, depresi, atau emosi lain yang sulit dikendalikan, meskipun niatnya baik, respons yang sering kali di terima adalah “berusahalah untuk lebih banyak berdoa” atau “mendekatkan diri kepada Tuhan”. Meskipun respon nya baik justru bisa memperburuk keadaan. Alih-alih merasa didukung, orang dengan penyakit mental malah merasa dihakimi dan disalahkan.

Misalnya, seorang remaja seringkali mengalami kecemasan berlebihan akibat tekanan akademis atau masalah keluarga. Ketika dia mencoba memberitahu orang tuanya tentang hal itu, yang mereka katakan hanyalah, “itu kamu kurang ibadah, banyak sholat sama bersyukur pasti hatimu tenang.” Akhirnya,  remaja tersebut merasa semakin terisolasi dan memutuskan untuk memendam perasaanya.

Sekarang setelah kita memahami dampak tanggapan yang tidak tepat terhadap orang-orang yang mempunyai penyakit mental, penting  untuk mengevaluasi kembali cara kita menanggapinya. Dalam hal ini, empati menjadi kunci utama dukungan yang lebih efektif. Tanpa empati, hubungan yang seharusnya menjadi sumber kekuatan justru dapat meningkatkan perasaan kesepian dan tidak berdayaan.

Peran empati dalam mendukung kesehatan mental

1. Mengurangi stres dan kecemasan

Empati memungkinkan seseorang untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Ini bisa mengurangi stres dan kecemasan karena orang yang empatik cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik, yang pada gilirannya menyediakan dukungan emosional.

2. Meningkatkan kesejahteraan emosi

Melakukan perilaku empati dapat meningkatkan kesejahteraan emosi seseorang. Ketika kita membantu orang lain dan menunjukkan perhatian yang tulus, ini dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kepuasan hidup kita sendiri.

3. Mengurangi risiko depresi

Orang yang lebih empatik cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih kuat dan mendalam, yang dapat bertindak sebagai penyangga terjadinya depresi. Hubungan sosial yang kuat sering kali menjadi faktor protektif yang penting dalam menjaga kesehatan mental.

4. Meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik

Empati membantu dalam memahami perspektif orang lain dan dapat memfasilitasi komunikasi yang lebih baik dan penyelesaian konflik yang lebih efektif. Ini penting untuk kesehatan mental karena konflik yang tidak terselesaikan bisa menjadi sumber stres.

5. Memperkuat hubungan sosial

Empati memperkuat hubungan sosial dan membuat individu merasa lebih terhubung dengan orang lain. Hubungan sosial yang positif sangat penting untuk kesehatan mental karena memberikan dukungan, cinta, dan rasa keterhubungan.

6. Mendorong sikap altruistik

Empati mendorong sikap altruistik dan perilaku menolong. Terlibat dalam kegiatan yang membantu orang lain dapat memberikan makna dalam hidup, yang penting untuk kesejahteraan mental.

7. Meningkatkan kesadaran diri

Empati juga dapat meningkatkan kesadaran diri, karena seseorang perlu memahami dan memproses emosinya sendiri untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Kesadaran diri yang lebih tinggi sering kali dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih baik.

8. Mengurangi perasaan kesepian

Dengan memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan interaksi positif dengan orang lain, empati dapat membantu mengurangi perasaan kesepian. Kesepian adalah faktor risiko utama untuk masalah kesehatan mental, termasuk kecemasan dan depresi.Empati yang tulus sering kali dimulai dari cara kita berkomunikasi. Komunikasi yang penuh empati bukan hanya tentang apa yang kita katakan, tetapi juga bagaimana kita mendengarkan dan merespons orang lain.

Berikut adalah beberapa cara sederhana untuk menerapkan empati dalam komunikasi sehari-hari

1. Dengarkan dengan Penuh Perhatian: Fokus pada apa yang dikatakan orang lain tanpa memikirkan jawaban Anda. Ini menunjukkan bahwa Anda menghargai perasaan mereka

2. Gunakan Bahasa Tubuh yang Terbuka: Tunjukkan sikap terbuka dengan menghadapkan tubuh dan tatap mata lawan bicara. Ini membantu menciptakan suasana yang nyaman

3. Hindari Memotong Pembicaraan: Biarkan orang lain menyelesaikan kalimatnya sebelum Anda merespons. Memotong pembicaraan dapat membuat mereka merasa tidak dihargai

4. Validasi Perasaan Mereka: Ulangi atau rangkum apa yang mereka katakan untuk menunjukkan bahwa Anda mengerti perasaan mereka, misalnya dengan mengatakan, "Saya mengerti bahwa kamu merasa marah karena

5. Hindari Penilaian Cepat: Jangan cepat menghakimi apa yang dikatakan orang lain; tetaplah terbuka untuk memahami perspektif mereka terlebih dahulu

Empati adalah kemampuan  memahami dan merasakan apa yang dialami orang lain, baik  suka maupun duka. Dalam konteks kesehatan mental, empati memainkan peran penting tidak hanya dalam mendukung orang lain, namun juga dalam menciptakan lingkungan yang aman dan saling pengertian. Ketika Anda bisa menunjukkan empati, Anda memberi orang lain ruang untuk merasa diterima, didengarkan, dan tidak dihakimi. Ini bisa menjadi landasan untuk hubungan yang lebih sehat dan bermakna.

Namun menunjukkan empati tidak selalu mudah. Banyak dari kita mungkin  takut untuk mengatakan hal yang salah  atau tidak mengetahui cara membantu seseorang yang menderita. Namun langkah kecil seperti mendengarkan secara terbuka, menggunakan bahasa yang tidak menghakimi, dan menawarkan dukungan tanpa syarat dapat membuat perbedaan besar. Selain itu, empati juga dapat dilatih melalui kesadaran diri dan keinginan untuk lebih memahami orang lain.

Penting bagi kita sebagai masyarakat untuk mulai mendidik diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya kesehatan mental dan empati. Hindari memberikan jawaban yang bias atau tidak masuk akal seperti "kamu kurang bersyukur" atau "Ini hanya cobaan mu aja". Sebaliknya, jadilah pendukung setia yang bisa memberikan kekuatan kepada mereka yang membutuhkan. Pada akhirnya, empati tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bermanfaat bagi diri kita sendiri, memperkaya hidup kita, memperkuat hubungan kita, dan memberikan makna yang lebih dalam pada setiap interaksi. Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Dengan sedikit empati, mari ciptakan dunia yang lebih baik, selangkah demi selangkah.

Empati adalah jembatan yang menghubungkan hati kita dengan hati orang lain, melintasi jurang perbedaan dan kesalahpahaman. Dengan memulai langkah kecil dari diri sendiri, kita bisa menciptakan gelombang perubahan besar yang mendukung kesehatan mental bersama. Jadi, mari kita mulai perjalanan ini dengan satu senyuman, satu telinga yang mendengar, dan satu hati yang peduli. 

https://bk.fip.unesa.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun