Mohon tunggu...
Firyal Zahira Suryaningsih
Firyal Zahira Suryaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuanya selamat datang, terimakasih telah berkunjung ke profile kami.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya E-Commerce, Membuat Menangis Pedagang UMKM di Pasar Tanah Abang

12 Oktober 2023   19:07 Diperbarui: 12 Oktober 2023   19:11 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/ ELSA CATRIANA)

Seperti yang kita ketahui perubahan jaman di era digital semakin hari semakin canggih . Pesatnya perkembangan teknologi yang semakin cangkih membuat dampak positif dan negatif bagi masyarakat. Seperti salah satu contoh E-Commerce yang saat ini menjadi salah satu pilihan alternatif untuk membeli sesuatu barang atau jasa , ambil salah satunya yaitu Tiktokshop. Bahkan yang saat ini menjadi perbincangan hangat dikalangan pedagang UMKM di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat yang sudah mulai mengeluhkan tentang sistem perdagangan secara online bahkan tidak sedikit dari pedagang yang gulung tikar .

Sebagai suatu pasar grosir terbesar di Asia Tenggara, Pasar Tanah Abang sudah menjadi Icon khusus dari pertumbuhan ekonomi khususnya dibidang tekstil. Namun sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir , pasar ini sudah mulai sepi pengunjung . Masalah ini mengacu pada ketidakcocokannya antara pasar tradisional dengan proferensi belanja modern masyarakat saat ini.

Ada berbagai alasan mengapa pasar tanah abang sepi pengunjung. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknologi elektronik (e-commerce) . Kemudahan akses internet yang memungkinkan masyarakat untuk bertransaksi lebih mudah dan efisien tanpa harus pergi ke pasar tradisional.

Sejumlah pedagang pasar tanah abang Blok A mengaku pendapatanya anjlok beberapa waktu terakhir. Salah satu sebabnya , karena tidak mampu bersaing dengan produk di TikTok Shop dan platfrom sejenis.

(Foto: Antara).
(Foto: Antara).

Anton(36) yang sudah berjualan di Pasar Tanah Abang sejak 2007 mengakui adanya penurunan drastis selama pengalaman berdagangnya. Bahkan dia heran mengapa banyak produk di platform digital dijual dengan harga murah. "Kalau dipikir-pikir, kita beli bahan, lalu kita buat sendiri aja harganya ga masuk tapi kenepa di online bisa Rp 39 Ribu, gaa masuk akal," katanya kepada wartawan di Pasar Tanah Abang di Blok A, Jakarta, Selasa(19/09/2023). Ketika disinggung mengenai pendapatan omset Anton saat berdagang dalam satu hari bisa mencapai 20 juta kala itu .

Namun , beberapa waktu belakangan ini diakui cukup berat untuk mendapatkan 2 juta dalam sekali berdagang. Hal senada pula diunkapkan para pedagang lainnya di Pasar Tanah Abang pengakuan dari mereka kebanyakan adalah tidak dapat menyaingi harga yang di tawarkan di online. Jelas saja banyak para pembeli lebih memilih berbelanja di online dari pada langsung datang ke pasar, sudah harga lebih murah dan tidak perlu capek-capek keluar tenaga dan ongkos sudah sistematis barang akan sampai dengan sendirinya.

Hal ini yang membuat para pedagang di Pasar Tanah Abang mulai menuntut keadilan dan menyerukan pendapatnya kepada pemerintah untuk menutup TikTok Shop karena jika dibiarkan terus seperti ini besar kemungkinan para pedangan di Pasar Tanah Abang akan gulung tikar.

Dan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, pihaknya tengah mengejar revisi Permendag Nomor 50 tahun 2020 tentang ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektonik. Revisinini di klaim Zulkifli Hasan bisa membuat persaingan lebih fair, antara pedagang offline dan online.

Hal ini merespon kondisi pedagang Pasar Tanah Abang , Jakarta Pusat yang mengeluhkan penurunan omset akibat TikTok Shope cs menjadi sorotan. Bapak Zulkifli Hasan menjelaskan, pihaknya akan menata ulang kembali sehingga, pihak UMKM dan penjual offline tidak dirugikan dengan kehadiran pedagang-pedagang yang penjualannya menggunakan TikTok Shop dan sejenisnya.

"Nanti kita tata, agar persainganya fair, tidak merugikan UMKM, tidak merugikan pedagang-pedagang yang offline dan lainnya," jelas Zulkifli Hasan. Ketua Umum Partai PAN tersebut juga menjelaskan , Kemendag tidak bisa melarang artis atau influencer yang berjualan di TikTok cs. Tetapi, ia menegaskan akan mengatur terkait penerapannya. " Itu tidak bisa dilarang tapi nanti diatur, bukan dilarang, diatur," ungkap Zulkifli Hasan

Maraknya e-commerce memang telah mengubah lanskap bisnis secara signifikan di berbagai pasar tradisional, termasuk di Pasar Tanah Abang. Hal ini dapat memengaruhi pedagang UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang mengandalkan penjualan fisik di pasar tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan pedagang UMKM merasa tertekan dan bahkan menangis karena persaingan dengan e-commerce adalah:

1. Persaingan yang Ketat: E-commerce memiliki sumber daya dan skala operasi yang lebih besar daripada pedagang UMKM. Mereka dapat menawarkan harga lebih kompetitif, diskon besar, dan promosi yang sulit ditandingi oleh pedagang tradisional.

2. Kemudahan Akses: E-commerce memberikan kemudahan akses bagi konsumen untuk membeli produk secara online tanpa harus datang langsung ke pasar fisik. Ini membuat banyak pelanggan beralih ke belanja online, mengurangi jumlah pelanggan yang datang ke pasar tradisional.

3. Biaya Operasional: E-commerce seringkali memiliki biaya operasional yang lebih rendah daripada pedagang UMKM karena mereka tidak perlu menyewa tempat fisik, membayar gaji pegawai, atau menanggung biaya lainnya yang seringkali menjadi beban bagi pedagang tradisional.

4. Logistik dan Pengiriman: E-commerce memiliki sistem pengiriman yang efisien, sehingga mereka dapat menjangkau pelanggan di seluruh wilayah dengan cepat. Sementara itu, pedagang UMKM mungkin kesulitan dalam hal logistik dan pengiriman produk.

5. Perubahan Pola Konsumen: Pola konsumen telah berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Banyak orang sekarang lebih suka berbelanja secara online karena kenyamanan dan variasi produk yang lebih banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun