Ia terkenal paling tidak bisa diam, apapun yang bisa ia kerjakan, akan ia kerjakan tanpa kenal lelah. Melakukan pekerjaan rumah, bercocok tanam dan pastinya memasak yang akan ia lakoni setiap saat. Aku yang lebih sedikit beraktivitas dibandingkan dengan dirinya, namun aku yang merasa lelah melihat gerak tubuhnya yang sulit dihentikan.
Tak kalah pula, ia terkenal ramah dan pandai bercakap-cakap dengan orang lain. Ada saja bahan yang menjadi perbincangannya. Semua warga yang lewat depan rumah pasti akan ia sapa.
"Hai, Pak. Mampirlah dulu... minum kopi dan merokok. Sudah lama tak jumpa."
Dikarenakan keramahannya, warga yang disapa tersebut tak segan untuk mampir dan mengobrol di teras rumah kami, ditambah penawaran secangkir kopi dan beberapa batang rokok. Tergantung seberapa lama perbincangan mereka, semakin lama berbincang semakin banyak batang rokok yang dihisap.
Suatu waktu, ada warga lain yang melewati rumah kami,
"Darimana, Bu... sudah lama tak pernah kelihatan. Mau kembang atau tanaman gak?"
Untuk kali ini, warga yang disapanya adalah sekelompok kecil ibu-ibu yang pastinya suka sekali dengan tanaman. Penawaran untuk mendapatkan tanaman gratis tidak mungkin ditolak oleh kelompok kecil ibu-ibu tersebut.
Ia mulai sibuk menyiapkan tanaman-tanaman yang akan diberikan, mencari kantong-kantong plastik sebagai pembungkusnya. Selanjutnya, perbincangannya mengenai cara merawat tanaman-tanaman tersebut. Semakin banyak pertanyaan yang diajukan oleh ibu-ibu, ia semakin bersemangat untuk memberikan keterangan tentang tanaman-tanaman tersebut.
Sebenarnya, ia bukan ahli pertanaman atau memiliki pendidikan khusus tentang pertanaman namun karena kecintaannya yang sangat dalam terhadap makhluk hidup yang satu ini, maka tak akan pernah jemu baginya untuk selalu belajar bercocok tanam. Hingga 'tangan dinginnya " membuahkan hasil yang baik, membawa keteduhan bagi rumahnya.
Tak sekedar warga saja yang selalu ia ajak untuk berbincang-bincang di teras rumahnya, namun adapula petugas keamanan, penjual tanaman keliling hingga kuli bangunan yang biasa membantu renovasi rumah para warga. Kepada mereka, ia tak sekedar menawarkan secangkir kopi dan sebatang rokok, akan tetapi adakalanya ia menawarkan hidangan lengkap lauk pauk. Melihat mereka makan dengan lahap, akan membuat ia bahagia.
Namun, sekali lagi itu semua terjadi beberapa waktu yang lalu. Berbeda dengan keadaannya saat ini. Ia hanya duduk terdiam di bangku teras atau di atas kursi roda. Sekedar untuk mencari udara segar dan berjemur ataupun melihat keadaan tanamannya. Tak dapat lagi ia menyapa para warga yang berjalan melewati rumah kami. Yang terjadi adalah para warga yang menyapanya terlebih dahulu dan ia sekedar melambaikan tangan sesaat dan tersenyum tipis.Â