Mohon tunggu...
firta yolin
firta yolin Mohon Tunggu... Editor - freelancer

make it our life is so simple

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalur Rempah Nusantara: Dulu, Kini, dan yang Akan Datang

25 April 2024   06:00 Diperbarui: 25 April 2024   09:30 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila kita membaca sejarah peradaban Nusantara, sebelum terbentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, Nusantara sudah menjadi pusat perhatian dunia. Suatu kepulauan yang terdiri dari beberapa kerajaan ternyata memiliki kekayaan alam yang luar biasa seakan memiliki tambang emas terbesar di bumi ini. Tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari kurang lebih 3000 jenis dan berlimpah, sangat berguna bagi keberlangsungan hidup manusia. Jenis tumbuhan yang sangat berguna adalah rempah-rempah yang berbuah berlimpah dari berbagai dataran yang ada di Nusantara.

Awalnya rempah-rempah tersebut tidak dipergunakan untuk penyedap rasa atau bumbu masakan namun digunakan sebagai bahan utama obat-obatan. Karena sangat berguna, oleh sebab itu oleh bangsa lain rempah-rempah tersebut dicari dan mulai diperdagangkan. Berawal dari bangsa Melayu dan negara-negara lainnya dan menjadi semakin terkenal hingga negara-negara Eropa ikut mencari pula rempah-rempah tersebut. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa sejak jaman dahulu kala Nusantara menjadi salah satu lokasi penting dalam jalur perdagangan. Apabila dipetakan, Nusantara menjadi pusat dari Jalur Rempah dunia.

Dalam catatan sejarah, dari berbagai sumber yang saya kutip, Jalur Rempah ini menjadi cermin perjalanan peradaban, perdagangan dan kekayaan alam yang tak ternilai. Dan seiring berjalannya waktu, Jalur Rempah tersebut dinamakan Jalur Rempah Nusantara. Jalur Rempah Nusantara digunakan sebagai penamaan atas terjadinya jalur perdagangan maritim yang menghubungkan kepulauan rempah di wilayah Nusantara dengan berbagai negara di Asia, Timur Tengah dan Eropa. Jalur Rempah memainkan peran kunci dalam sejarah perdagangan internasional. Selain memegang peran kunci dalam perdagangan internasional, Jalur Rempah menjadi faktor penting bagi peradaban ekonomi di wilayah Nusantara. Rempah-rempah seperti cengkih, pala, lada, kayu manis dan kapulaga menjadi daya tarik utama dan akhirnya menjadi pemicu pula hadirnya kolonialisme di Indonesia. Dengan hadirnya kolonialisme di Indonesia, maka terbentuklah tatanan politik. Tak hanya perniagaan, dengan kehadiran bangsa-bangsa lain juga maka terjadilah penyebaran agama dan juga penyebaran budaya asing ke Nusantara. Jalur Rempah sesungguhnya adalah pemahaman terhadap jalinan hubungan niaga antara wilayah sumber komoditas dan wilayah pasar konsumen. Hubungan tersebut merupakan mata rantai distribusi baik dalam jarak dekat maupun jauh ditandai dengan aliran barang komoditas, terutama rempah.

Dari tulisan di atas dikatakan bahwa awal mula terjadi perdagangan rempah dari Nusantara dengan berbagai negara Asia melalui jalur maritim, hingga sampailah berita tentang kekayaan rempah Nusantara tersebut ke Eropa. Negara-negara Eropa mulai mencari dimanakah letak pulau yang memiliki kekayaan rempah yang berlimpah tersebut.

Sejarah mencatat bahwa Jalur Rempah telah ada sejak 4500 tahun yang lalu. Letak geografis Nusantara yang strategis, diantara dua benua , dua samudera Hindia dan Pasifik, serta Laut Cina Selatan, memudahkan Nusantara menjadi jalur perdagangan maritim dan didukung pula dengan adanya emporium yaitu kota pelabuhan yang menunjang segala fasilitas bagi perdagangan maritim serta fasilitas juga untuk pemeliharaan kapal yang berlabuh.

Kedatangan bangsa Austronesia ke wilayah Nusantara menandai awal dari pertukaran rempah dan komoditas lainnya antar pulau di Indonesia Timur. Budaya yang mereka bawa menjadi dasar dari budaya bahari yang membawa rempah hingga ke wilayah Asia Selatan dan bahkan Afrika Timur. Pada abad ke-15 dan ke-16, setelah mencari kepulauan yang menghasilkan rempah, bangsa Eropa menemukan kepulauan Nusantara dan terlibat aktif dalam perdagangan rempah. Perdagangan ini menjadi sumber kemakmuran bagi negara-negara di sekitar Laut Mediterania. Bangsa Eropa yang pertama kali menapaki Nusantara adalah bangsa Portugis, yang berlabuh di Malaka yang juga menjadi kota emporium pertama di Nusantara.

Tahun 1511, Portugis menaklukkan Malaka. Dan pada tahun berikutnya mereka mencapai Kepulauan Maluku dan Banda dengan bantuan pelaut Melayu yang mengetahui jalur maritim ke wilayah tersebut. Akibat dari rasa tidak bersahabat yang dimiliki oleh Portugis terhadap pedagang Muslim dan juga emporium Malaka sepenuhnya dikuasai oleh Portugis maka bermunculan kota-kota pelabuhan baru di Aceh, Banten, dan Makasar.

Setelah kedatangan Portugis, datanglah bangsa Spanyol yang bersaing untuk memonopoli perdagangan rempah. Pada saat itu, Portugis bersekutu dengan Kesultanan Ternate, sedangkan Spanyol bersekutu dengan Kesultanan Tidore. Kemudian pada tahun 1599, Belanda pu tiba di Kepulauan Maluku dan disambut baik oleh masyarakat setempat. Kedatangan Belanda tak lain adalah untuk membeli rempah dalam jumlah yang besar, dan keberhasilan pembelian tersebut membawa keuntungan yang besar sehingga memicu pengiriman besar-besaran armada dagang dari berbagai pelabuhan di Belanda. Dikarenakan Belanda membawa rempah dalam jumlah yang besar, menyebabkan pasar mengalami penawaran yang berlebihan yang mengakibatkan penurunan harga rempah. Dengan adanya masalah tersebut maka pada tahun 1602, didirikan maskapai perdagangan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). VOC tidak memonopoli semua kegiatan perdagangan maritim di Indonesia namun hanya memonopoli perdagangan terhadap komoditi rempah terutama cengkih dan pala. Akan tetapi, berdirinya VOC tak luput dari konflik. Serangkaian konflik yang dilakukan VOC dengan Pangeran Jayakarta, Banten dan Inggris, maka pada tahun 1619 VOC dapat merebut Jayakarta. Dengan keruntuhan Jayakarta, VOC mendirikan Batavia, dan Batavia menjadi tempat kegiatan VOC di seluruh Asia.

Pada abad ke-17 dan ke-18, Indonesia menjadi negara penentu dalam perdagangan global karena menghasilkan komoditas rempah-rempah. Perdagangan rempah di Nusantara meninggalkan jejak peradaban berupa situs sejarah, ritus budaya hingga melahirkan beragam produk yang terinspirasi dari alam Nusantara yang kaya. Bangsa lain yang datang ke Nusantara tidak sekedar untuk berdagang, akan tetapi lebih kepada pembangunan peradaban. Berkat rempah, Nusantara menjadi tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan dunia dan menjadi wilayah persemaian dan silang budaya yang mempertemukan berbagai ide, gagasan, konsep, ilmu pengetahuan, agama, bahasa, estetika hingga adat kebiasaan.

Dikarenakan Jalur Rempah Nusantara memiliki pengaruh yang sangat penting bagi peradaban Indonesia, maka sejak tahun 2017, Kemendikbud Ristek ( Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi) mengupayakan Jalur Rempah Nusantara sebagai warisan budaya kepada UNESCO (United Nation Educational, Scientific and Culture Organisation). Pengajuan  Jalur Rempah (Spice Rates) sebagai warisan budaya dunia didasarkan pada pemahaman bahwa Jalur Rempah bukan sekedar jalur pertukaran antar budaya dan pengetahuan yang melampaui konteks ruang serta waktu.

Tak hanya pengajuan Jalur Rempah sebagai warisan budaya kepada UNESCO, namun sejak tahun 2020 Kemendikbud Ristek pun mengadakan program Muhibah Budaya  Jalur Rempah yang dimaksudkan semakin memperkenalkan Jalur Rempah kepada generasi saat ini dan membawa 'cerita' tentang Jalur Rempah sebagai warisan budaya kepada generasi berikutnya dan juga masyarakat pada umumnya.

Menghidupkan kembali Jalur Rempah juga untuk mengingatkan kembali kepada generasi muda dan generasi yang akan datang tentang peran sentral Jalur Rempah dalam membentuk identitas bangsa, negara dan peradaban Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Tak cukup sampai di situ, Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerjasama antar bangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global yang mengutamakan pemahaman antar budaya, penghormatan dan pengakuan atas keberagaman tradisi beserta warisannya, memiliki semangat keadilan, kesetaraan dan saling berkontribusi serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan.

Peran serta seluruh masyarakat Indonesia dalam mempertahankan Jalur Rempah Nusantara sebagai warisan budaya juga sangat diperlukan. Selain melalui literasi, juga pengenalan kepada generasi berikutnya, serta berbagai cara melalui talenta yang kita miliki masing-masing. Diawali dengan rasa bangga kita terhadap Nusantara dengan berbagai budaya, bahasa dan keanekaragamannya yang tak dimiliki oleh bangsa lain. Kita dapat memperkenalkan adat-istiadat, makanan tradisional, tari-tarian, bahasa daerah yang berbeda-beda dan masih banyak lagi keberagaman yang dimiliki Nusantara. Jangan sampai kita lengah, warisan budaya Jalur Rempah Nusantara diklaim oleh negara lain. 

Dikutip: dari berbagai sumber 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun