Mohon tunggu...
Firsty Chintya L. Perbawani
Firsty Chintya L. Perbawani Mohon Tunggu... Dosen - International Relations Lecturer, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Doctoral Candidate of Social Sciences, Universitas Airlangga. Researcher, Indonesian Community for European Studies. Currently focused on International Peace and Security Studies; Securitization Theory; Migration Studies; European Union.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Peningkatan Kesadaran Pembangunan Berkelanjutan: Pemanfaatan Pembuatan Tas dari Baju bekas

3 Juni 2022   14:13 Diperbarui: 3 Juni 2022   14:18 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi tujuan di berbagai negara di dunia, program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang sering disebut dengan Sustainable Develepment Goals (SDGs) memiliki banyak sekali agenda di dalamnya. Salah satunya yakni penanganan perubahan iklim (BAPPENAS, 2022). Tema tersebut yang menggerakkan Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Program Studi Hubungan Internasional (HI), Universitas Pembangunan Nasional 'Veteran' Jawa Timur (UPNVJT) 

yang terdiri dari Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas, M.MECAS, Firsty Chintya Laksmi Perbawani, S.Hub.Int., M.Hub.Int., dan Muhammad Indrawan Jatmika, S.IP, M.A. menggelar pengabdian masyarakat "Children Save the Earth" bagi siswa SD Muhammadiyah Karangturi, Bantul.

Dimensi Lingkungan SDGs 13 dan Urgensi Penanganan Perubahan Iklim

Kembali pada bahasan teoritis, apa yang dimaksud dengan SDGs? SDGs adalah sebuah dokumen biru berisikan 17 komitmen global untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Tantangan yang dihadapi berupa kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, hingga perdamaian dan keadilan. 

Pada artikel kali ini, akan lebih berfokus pada SDGs 13 yakni penanganan perubahan iklim. Tujuan SDGs 13 sendiri tidak dapat terpisahkan dari dimensi lingkungan, karena mau tidak mau perubahan iklim diawali dengan rusaknya lingkungan yang ada di bumi. Naiknya suhu bumi, pemanasan global, efek gas rumah kaca, semua berkontribusi untuk terjadinya bencana alam.

Rusaknya lingkungan merupakan tanggung jawab masyarakat yang ada di bumi. Perjanjian Paris di tahun 2015 menjadi langkah awal yang menunjukkan respons global berbagai negara atas ancaman perubahan iklim untuk setidaknya bisa menurunkan suhu sebesar dua derajat Celsius. Semua negara yang tergabung akan menyetujui untuk menangani perubahan iklim, 

melalui aliran keuangan dan pendanaan terstruktur, pembuatan kerangka kerja teknologi baru, hingga penyesuaian pembangunan lingkungan yang ditingkatkan (UN Environment Programme, 2018).

Manusia sebagai Agen Perubahan yang Esensial: Tumbuhkan Kesadaran

            Menanggapi ancaman perubahan iklim yang tak terkendali, manusia adalah aktor yang paling dibutuhkan untuk secara nyata berkontribusi.  Kesadaran dimulai dari level individu dan sedini mungkin. Dimulai dari hal sekecil mungkin, seperti mengurangi sampah plastik dan melakukan daur ulang benda-benda sekitar. 

Selain itu, di tataran pemerintah negara, semua harus bergandeng tangan untuk melakukan program dengan orientasi: (1) green transition, yakni segala bentuk investasi harus mempercepat dekarbonisasi semua aspek ekonomi; (2) green economy, yakni membuat masyarakat lebih tangguh dan tidak meninggalkan siapa pun; dan (3) build back together cooperation, 

yakni bekerja sama dengan negara lain, karena tidak ada negara yang bisa sukses sendirian (UN Environment Programme, 2018).

Upaya Sosialisasi Sejak Dini: Kegiatan Pengmas di SD Muhammadiyah Karangturi

Tim Pengabdian Masyarakat Hubungan Internasional UPN Veteran Jawa Timur, Indrawan Jatmika, Firsty Chintya, Januari Pratama  (kiri-kanan). Dokpri
Tim Pengabdian Masyarakat Hubungan Internasional UPN Veteran Jawa Timur, Indrawan Jatmika, Firsty Chintya, Januari Pratama  (kiri-kanan). Dokpri

Aktualisasi dari berbagai urgensi hingga manusia sebagai agen perubahan tersebut dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat HI UPNVJT berkolaborasi dengan tim dari Gombalproject.id untuk melakukan penyuluhan yang dihadiri oleh siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Muhammadiyah Karangturi, Bantul, D.I Yogyakarta. 

Walaupun tergolong masih dini dan tidak diwajibkan memahami apa itu SDGs, secara umum, para siswa memahami bahwa kerusakan lingkungan adalah hal yang nyata. Setidaknya mereka menyadari bahwa misalnya, air es di Kutub Utara dan Selatan mulai mencair, bumi dengan hawa yang semakin panas, hingga sampah plastik yang bisa membunuh paus, hiu, dan ikan-ikan yang ada di lautan.

Edukasi dilanjutkan dengan bagaimana upaya yang bisa mereka lakukan, dimulai dari upcycling baju bekas yang sudah kesempitan, atau tidak menarik lagi untuk digunakan. Dengan narasumber dari tim Gombalproject.id, para siswa diajarkan bagaimana cara membuat tas belanja yang sederhana dengan hanya memerlukan gunting dan pakaian bekas. 

Kegiatan berjalan lancar dan antusiasme siswa pun diakhiri dengan sesi foto bersama dari tim dosen Pengmas HI UPNVJT, tim Gombalproject.id, kepala sekolah dan siswa peserta dari SD Muhammadiyah Karangturi, Bantul, D.I Yogyakarta (/FCL).

Referensi:

BAPPENAS. (2022, 04 26). Sekilas SDGs. Diambil kembali dari Kementrian PPN/Bappenas: https://sdgs.bappenas.go.id/sekilas-sdgs/

UN Environment Programme. (2018). SDGs 13: Taking Urging Action to Combat Climate Change and Its Impact. New York: United Nations Environment Programme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun